Saingi China, India Beli 36 Jet Rafale


Grafis: KORAN SINDO/ Syarif Hidayatullah

NEW DELHI – India menandatangani kesepakatan formal untuk membeli 36 pesawat tempur Rafale dari Dassault, Prancis, senilai USD8,8 miliar(Rp112,48 triliun).

Itu merupakan transaksi terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Menteri Pertahanan (menhan) India Manohar Parrikar dan Menhan Prancis Jean-Yves Le Drian kemarin menandatangani kesepakatan dalam acara di New Delhi. Kesepakatan itu mengakhiri negosiasi alot antara Prancis dan New Delhi mengenai pembelian pesawat tersebut.

”Anda tidak akan pernah yakin dengan kesepakatan yang telah ditandatangani dan apa yang terjadi hari ini (kemarin),” katan Le Drian dilansir AFP. Sedangkan menurut Parrikar, kesepakatan itu akan memperkuat pertahanan India. ”Pembelian pesawat Rafale akan meningkatkan kualitas serangan India,” tuturnya dilansir Reuters.

Dassault menyatakan, mereka menyambut kontrak penandatanganan tersebut. Pengiriman Rafale pertama diperkirakan pada 2019. India akan mendapatkan 36 pesawat itu dalam enam tahun ke depan. Kesepakatan kemarin sebagai upaya penggantian 126 pesawat MiG-21Soviet yang disebut ”peti mati terbang” karena catatan penerbangan yang rendah.

Angkatan Udara India sejak lama mengeluhkan adanya kesenjangan besar kekuatan tempur udara India dengan China dan Pakistan. ”India juga membutuhkan 100 pesawat baru lagi pada 2020 untuk menggantikan MiG-21,” paparnya.

Bukan hanya karena pesawat tua yang sudah tidak layak terbang, ketegangan India dengan negara tetangga seperti China juga menjadi motivasi kuat. Kemudian, New Delhi juga memiliki rival utama yakni Pakistan yang terus meningkatkan kemampuan militernya. Meskipun persaingan semakin ketat, kekuatan Angkatan Udara India dikurangi menjadi 33 skuadron, padahal New Delhi membutuh 45 skuadron untuk mengamankan perbatasan India-China, maupun Pakistan.

Kemenangan Dassault tersebut juga melalui serangkaian tender sengit dan lobi intensif sejak 2012. Presiden Prancis Francois Hollande juga turun tangan untuk memperlancar lobi itu. Dia langsung memuji kesepakatan itu sebagai kemenangan industri penerbangan Prancis.

”Kesepakatan adalah tanda pengakuan oleh kekuatan militer utama atas performa operasional, kualitas teknik, dan daya saing industri Prancis,” katanya. New Delhi mulai negosiasi eksklusif pembelian jet Rafale sejak empat tahun lalu. Awalnya India ingin membeli 126 pesawat. Tapi, jumlahnya terus berkurang karena faktor biaya dan perakitan di India.

Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi mengumumkan pembelian Rafale tahun lalu saat berkunjung ke Paris. Karena kesepakatan belum mencapai titik terang, Hollande kembali menekan Modi dengan berkunjung ke India pada Januari lalu. Pembelian 36 pesawat Rafale merupakan transaksi terbesar dibandingkan negara lain.

Sebelumnya Mesir membeli 24 Rafale pada 2015. Qatar juga membeli pesawat itu dalam jumlah yang sama dengan Mesir. Pesawat tempur canggih itu kerap melaksanakan misi pengeboman di Suriah dan Irak sebagai kampanye untuk memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Rafale juga dulu kerap diterjunkan dalam operasi militer di Libya dan Afghanistan.

Manmohan Bahadur, pensiunan marsekal asal India, mengungkapkan bahwa Rafale akan memperkuat Angkatan Udara India. Dengan kehadiran Rafale, India semakin percaya diri saat menghadapi rivalnya. ”Seharusnya kesepakatan itu terjadi sejak dahulu. Rafale bisa mengalahkan jet tempur lainnya di kawasan Asia Selatan,” kata Bahadur.

Selain memiliki teknologi canggih, menurut Bahadur, Rafale juga memiliki misil yang beragam. ”Jangkauan misil Rafale lebih baik dibandingkan pesawat yang dimiliki China dan Pakistan,” katanya.

Selain daya jangkauan, kekuatan Rafale juga mendapatkan pujian dari banyak kalangan. Gulshan Luthra dari Institute for Defence Studies and Analyses di New Delhi mengungkapkan, kehadiran Rafale akan memperkuat kekuatan Angkatan Udara India. ”Hal paling fundamental adalah angkatan udara kita tidak memiliki pesawat baru.

Semua pesawat lama harus diganti,” paparnya. Sayangnya, sangat terlambat dalam menyusun kesepakatan tersebut. ”Rafale telah dipilih, dan itu merupakan pesawat yang baik,” imbuhnya. Kemudian, analis pertahanan Nitin Gokhale mengatakan bahwahargaRafaleitucukupadilbagi India. ”Awalnya, harga jual yang diminta Prancis 12 miliar euro.

Tapi, New Delhi menawar hingga jatuh ke nilai 7,9 miliar euro. ”Rafale mampu mengisi kesenjangan yang sangat kritis,” kata Gokhale. Meskipun, pesawat tersebut tidak mampu menutup kekurangan seluruhnya.

”Setelah satu pembelian selesai, pemerintah seharusnya menilai proposal lainnya,” katanya. Meskipun India merupakan importir senjata terbesar dunia, Modi tetapi berjanji untuk membangun dukungan industri pertahanan lokal.

andika hendra m

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia