Belajar Inovasi dari (di) Belanda



“innovate /"In@veIt/= v. make changes in something already existing, as by introducing new methods, ideas, or products. – DERIVATIVES innovation n. innovational adj. innovative adj. innovator n. innovatory adj. – ORIGIN C16 (earlier (ME) as innovation): from L. innovat-, innovare ‘renew, alter’, from in- ‘into’ + novare ‘make new’.” (The Concise Oxford Dictionary)

Dalam sebuah pertemuan dialog lintas agama di hotel Borobudur sekitar setengah tahun lalu, saya bertemu dengan seorang staf salah satu kedutaan besar negara asing di Jakarta. Namanya Andre. Orangnya ramah dan easy going ketika diajak ngobrol tentang arti penting dialog lintas agama di Indonesia. Hingga dalam salah satu bagian obrolan kami, dia menyebut “kuliah di Belanda”. Mendengar frase tersebut, saya terkesima dan naluri skeptis membludak. Saya pun meminta mas Andre, demikian saya memanggilnya, untuk mengalihkan obrolan dari tema dialog lintas agama menuju dialog kuliah di Belanda.

“Kalau ingin belajar tentang inovasi, maka pergilah ke Belanda,” petuah mas Andre mengawali obrolan tentang Belanda. Kok inovasi, tanyaku. “Inovasi di segala bidang, apa itu teknologi informasi, media, komunikasi, teknik, dan lain sebagai. Belanda itu negerinya inovasi,” jawab mas Andre.

Dalam percakapan sambil makan siang dengan menu Sop Buntut. Perlu diketahui, hotel Borobudur memang terkenal dengan menu Sop Buntut-nya. Mas Andre mengungkapkan bahwa dia merupakan lulusan salah satu universitas di Belanda. Ketika kuliah master di negeri Kincir Angin itu, dia mengambil jurusan Eroupean Studies selama satu tahun.

“Sejak kuliah di Belanda, saya tak menyangka bahwa Belanda merupakan negara yang memiliki inovasi di segala bidang,” papar Mas Andre. Hanya saja, menurut dia, informasi mengenai inovasi dari Belanda saat ini cenderung tenggelam di media. Apalagi, masyarakat Indonesia, kata Mas Andre, ketika berbicara inovasi maka akan mengacu kepada Amerika Serikat dan Jepang. “Inovasi-inovasi di Belanda jauh lebih top jika dibandingkan dengan negara lain,” bela Mas Andre.

Hanya saja, waktu makan siang itu sangat sempit. Jadwal dialog lintas agamanya bakal dimulai lagi. Mas Andre pun mohon ijin untuk melanjutkan acara tersebut. Sambil menikmati dessert berupa buah semangka dan nanas, mas Andre berbisik kepada saya, “Kalau ingin belajar inovasi, belajarlah di Belanda.” Kita berdua tersenyum dan berjabatan tangan.

“Kapan-kapan, diskusi kita lanjutkan. Main ke Kebon Jeruk dung!” ajakku. “Kau aja yang main ke Jongol, entar istri saya buat Sup Buntut yang lebih enak dari Hotel Borobudur,” balas Mas Andree. “Insya Allah,” jawabku.

Sejak mengobrol dengan mas Andre, saya masih memiliki tanda tanya tentang inovasi. Beberapa buku yang mengupas tentang inovasi pun saya baca. Tentunya, saya ingin membongkar apa yang diungkapkan mas Andre, bahwa Belanda adalah negara yang memiliki inovasi di berbagai hal. Apa benar juga bahwa inovasi juga berkaitan dengan kemajuan sebuah negara.

Kemudian, bagaimana mengembangkan daya inovasi menjadi kekuatan pribadi kita sebagai seorang profesional dan pribadi yang tangguh. Nantinya, bagaimana inovasi kita berkontribusi minimal sebuah komunitas, masyarakat, mungkin juga negara kita.

Inovasi = 5 I

Untuk bisa memahami apa dasar dan definisi inovasi, saya membaca sebuah buku yang sangat bagus ditulis oleh Mantan Menteri Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman berjudul, “Simfoni Inovasi, Cita Dan Realita”. Buku tersebut memang cukup luas mendeskripsikan permasalahan inovasi dan teknologi.

Menurut Kusmayanto, para akademisi (ilmuwan dan periset) tentu saja menjadi ’ujung tombak’ dalam pengembangan iptek. Tapi sering mereka tidak terlibat langsung dalam pemanfaatan iptek. Para pelaku usaha berperan banyak dalam pemanfaatan iptek, dan penyebarannya. Dalam kasus-kasus tertentu, para pelaku usaha juga melakukan riset dan menghasilkan variasi iptek.

Dalam epilog buku “Simfoni Inovasi, cita dan realita”, Kusmayanto menyimpulkan keterkaitan antara iptek, inovasi dan jalainan hubungan A-B-G (A (akademis/academicians), B (pelaku bisnis/business people) dan G (pelaku penyelenggara pemerintahan/government agencies). Pertama, daya saing perusahaan-perusahaan, efektivitas program-program layanan publik (yang melibatkan iptek) dan produktivitas lembaga-lembaga riset (termasuk perguruan-perguruan tinggi) mencerminkan kapabilitas inovasi nasional sebuah mayarakat.

Lebih lanjut, kedua adalah kapabilitas inovasi yang tinggi dihasilkan melalui interaksi, dan pembelajaran dengan menggali sumber-sumber interaksi tersebut. Ketiga, perkembangan iptek di sebuah bangsa terpaut erat dengan kemajuan bangsa, seperti yang dipercayai penganut pandangan instrumentalis. Keempat, pelaku-pelaku yang terlibat dalam sebuah sistem inovasi pada dasarkan berbeda dari satu yang lain. Kelima, mengenai kapabilitas inovasi bangsa Indonesia, interaksi antara pelaku-pelaku inovasi masih terbatas intensitasnya, dan ini membawa implikasi pada kapabilitas inovasi nasional yang tercermin pada daya saingin industri nasional, dan produktivitas lembaga-lembaga riset.

Satu faktor yang menghambat tumbuhnya kapabiltas inovasi Indonesia adalah berbagai bentuk pengaruh asing. Efeknya adalah para pelaku A, B, G nasional terikat pada pelaku-pelaku asing, dan terisolasi satu dari yang lain.

Yang menarik, Kusmayanto memberikan solusi bagaimana jika kita melengkah ke depan, bilan kita ingin membangun sistem inovasi yang kuat dan sustainable maka prinsip-prinsip berikuta harus diperhatikan, yaitu 5I. Apa saja 5I tersebut?

Pertama menurut Kusmayanto adalah Indigenous. Proses inovasi yang kita laksanakan harus mendorong pengembangan iptek secara indegenous di segala sektor. Inklusif adalah yang kedua. Kita tampaknya memerlukan sistem inovasi yang inklusif, di mana berbagai unsur masyarakat, dalam keanekaragaman kultural dan kenaekaragaman sumber daya alam/hayati, mendapatkan pelaung untuk terlibat.

Ketiga yakni Institusional. Instusionalisasi iptek mencakup aspk struktur dan kultur/budaya.
Keempat adalah Interaksional. Kita perlu mengembangkan regulasi yang memungkinkan para pelaku inovasi dalam organisasi-organisasi yang berbeda untuk bisa berinteraksi secara erat, mendalam, bertukar pengetahuan, dan berkesinambungan. Dan kelima yaitu Interdependen. Interaksi dan kemitraan dengan berbagai pelaku inovasi dari mancanegara, merupakan sumber pembelajaran yang sangat penting.

Inga-Inga...Inovasi Harus Merakyat

Buku baru yang saya baca tentang inovasi karangan Prof Zuhal, Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, berjudul “Knowledge & Innovation; Platform Kekuatan Daya Saing”, dengan lugas mengupas tentang arti inovasi. Dalam buku tersebut, Zuhal mengemukakan bahwa ada tiga pemompa potensi inovasi, yakni penguasaan basis sains, kapasitas pengguna akhir, dan inovasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

Zuhal juga menjawab pertanyaan kenapa inovasi tidak berkembang di Indonesia? Dalam buku itu, dia menyebutkan banyaknya perusahaan di negeri yang masih bertahan hidup dari keunggulan komparatif (resourse based) Kedua adalah kurangnya kemampuan dan pengalaman SDM kita suatu inovasi yang sukses. Dan pendanaan research and development pemerintah yang sangat amat rendah dibandingkan negara-negara lain di Asia.

Tidak kalah penting adalah inovasi harus merakyat! Menurut Prof Zuhal, inovasi teknologi harus dibuat merakyat guna membangun ekonomi kerakyatan. Untuk itu, masyarakat harus dibikin sadar iptek, sadar elektronik, sadar teknologi dan informasi. Selanjutnya, pemerintah harus pula menata rambu-rambu agar para pelaku iptek tadi dapat berinteraksi dan bersinergi secara optimum.

Pendidikan Belanda Mengutamakan Inovasi

Dari pandangan dan pemikiran Kusmayanto dan Zuhal, saya melihat apa yang diungkapkan kedua tokoh ilmuwan Indoenesia justru telah diterapkan Belanda terlebih dahulu. Terutama dalam bidang pendidikan di Belanda. Dalam buku study in holland terbitan NESO, dijelaskan bahwa sistem pendidikan tinggi di belanda tersedia dua jenis pendidikan regular yang utama yaitu universitas riset dan university of applied sciences.

Di Belanda ada 14 universitas riset, tiga diantaranya memiliki spesialisasi di bidang teknik. Pada prinsipnya, universitas tersebut melatih mahasiswa menjadi ilmuwan dan pakar di salah satu bidang, namun banyak program studi juga mengarah ke lingkungan profesional. Sedangkan university of applied sciences lebih berorientasi ke praktek, mahasiswa langsung diarahkan untuk meraih jenjang karir di bidangnya.

Bagaimana pendapat Anda? Sangat jelas bukan! Belanda sangat mengedepankan inovasi dalam kurikulum pendidikan tinggi. Ini dibuktikan dengan digenjotnya riset. Belum cukup sampai di situ saja, kuliah di Belanda lebih mudah lebih go internasional. Kenapa? Pasalnya, 1.391 program berbahasa inggris. Belanda merpakan negara non berbahasa inggris pertama yang menawarkan program studi berbahasa inggris.

Apalagi, pendidikan tinggi Belanda telah diakui reputasinya di duia. Hal ini tercipta melalu sistem nasional dan jaminan mutu. The Times Higher Education Supplement menempatkan 11 universitas di Belanda sebagai bagian dari 200 universitas terpopuler di dunia. Belanda juga diakui dunia intrnasional sebagai pencetus sistem problem-based learning yang mengajarkan siswa untuk dapat menganalisis dan memecahkan masalah secara mandiri dengan menitikberatkan pada belajar mandiri dan disiplin.

Saya memandang, universitas-universitas di Belanda telah menerapkan konsep Kusmayanto dengan rumus A-B-G (A (akademis/academicians), B (pelaku bisnis/business people) dan G (pelaku penyelenggara pemerintahan/government agencies). Ketiganya saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Jika satu saja hilang, maka inovasi tidak akan berjalan dengan baik.

Sinergi itulah yang menjadi titik penting inovasi. Jika kita berbicara tentang inovasi maka tidak bisa egoistis. Semua pihak harus urun rembug dan gotong royong. Tentunya ada satu komando yang dijalankan oleh pemerintah. Sebagai contoh, Belanda sangat gencar memberikan dana segar untuk membantu penelitian para peneliti. Dengan demikian, para peneliti mampu fokus untuk menghabiskan terobosan yang maha dahsyat sesuai dengan keahliannya.

Inovasi Belanda Diatas Rata-Rata Negeri Eropa


Ketika iseng meng-googling, kata inovasi, raksasa internet tersebut ternyata menampilkan sebuah artikel yang berjudul, “Innovation and Innovation Policy in Netherlands;
Overview of Innovation Policy”. Artikel tersebut saya peroleh dari www.proinno-europe.eu, mengupas bagaimana kebijakan inovasi di negeri Belanda.

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa ekonomi Belanda berada pada peringkat ke 8 dalam the Global Competitiveness Index of the World Economic Forum (2008). Dalam hal inovasi, Belanda berada di atas rata-rata 27 anggota Uni Eropa. Menurut saya, ini menunjukkan Belanda merupakan negara papan atas di Uni Eropa, bahkan di dunia baik dari segi inovasi maupun ekonomi.

Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa sistem inovasi Belanda menghadapi beberapa tantangan. Tantangan pertama adalah meningkatkan tingkat hasil dan kualitas pendidikan tinggi. Kedua yakni memperkuat kapasitas inovasi perusahaan Belanda baik skala kecil dan menengah. Terakhir, ketiga adalah menciptakan bisnis yang menarik dan iklim investasi serta menciptakan lebih banyak kesempatan bagi pengembangan enterprener.

Menariknya, sistem inovasi di Belanda dikendalikan sangat sinergi dan komprehensif. Dalam artikel diungkapkan bahwa sistem inovasi di Belanda terdiri dari berbagai tingkat dan dimainkan oleh berbagai pihak. Dua kunci utama pemerintah yang bermain adalah Kementrian Hubungan Ekonomi yang bertanggungjawab dalam dalam riset dan pengembangan berbasis industri dan kebijakan, sedangkan Kementrian Pendidikan, Budaya dan Ilmu Pengetahuan bertangungjawab dalam penelitian ilmiah dan pendidikan.

Lebih lanjut, pada 2008, dibentuk pula departemen program yang menjadi perhubungan antara berbagai lembaga pemerintah yang disebut “Knowledge & Innovation”. Lembaga tersebut memandu pengembangan investasi masa depan dalam bidang inovasi. Bukan Cuma berorientasi kepada bisnis, tetapi juga mengembangkan agenda kesehatan, keselamatan, dan keamanan, air dan energi. Lembaga tersebut juga mengkoordinasi berbagai institusi seperti the agency SenterNovem (kebijakan inovasi) dan dewan penelitian NWO (kebijakan penelitian). Dewan penasehat lembaga tersebut adalah the Advisory Council for S&T Policy AWT, the Royal Academy of Arts and Sciences KNAW dan the Innovation Platform.

Berawal dari Mimpi di Siang Hari, Berujung pada Inovasi


Sekitar beberapa bulan lalu, ketika saya tidur siang, saya bermimpi. Mimpi aneh di siang hari. Begini ceritanya, saya terjebak dalam sebuah perang sipil di sebuah negara di Afrika. Saya ikut angkat senjata bersama salah satu kelompok yang saya anggap sebagai kelompok pahlawan. Hingga dalam sebuah pertemuan, kelompok yang saya bela ternyata terdesak ke sebuah pemukiman.

Aneh bin ajaib, pemukiman tersebut ternyata telah banyak ditinggal oleh penduduknya. Banyak mayat bergelimpangan di jalanan desa yang terletak di pinggir hutan. Ketika itu, saya bertahan hidup bersama salah satu petinggi kelompok. Kemudian, kita berlindung pada sebuah rumah yang cukup anker. Rumah tersebut terdapat berbagai mikoskop dan tabung cairan yang biasa digunakan untuk penelitian.

Hingga saya dan salah pemimpin kelompok itu menemukan sebuah resep obat untuk menanggulangi wabah yang terjadi di tempat tersebut. Saya dan pemimpin tersebut pun meracik obat dengan bahan-bahan yang tersedia di rumah tersebut. Sepertinya, rumah tersebut milik oleh seorang peneliti yang juga ikut menjadi korban wabah penyakit aneh. Dengan penuh perjuangan, kita pun berhasil membuat obat.

Setelah obat tersebut selesai, saya dan pemimpin kelompok tersebut meminum obat tersebut. Kita pun dengan tenang keluar dari rumah tersebut dan membagikan obat tersebut ke anggota kelompok yang mulai terserang penyakit. Ternyata pihak musuh yang terus mengejar kita pun terserang penyakit yang sama.

Di akhir mimpi saya itu, kita memberikan tawaran kepada kelompok musuh, apakah akan meneriman perjanjian perdamaian dengan obat penyakit aneh tersebut. Karena pihak musuh terdesak dan tak memiliki pilihan, mereka pun menerima kesepakatan damai itu. Kita pun membagikan obat tersebut kepada mereka. Dengan obat yang ditemukan tersebut, kelompok yang saya bela dan kelompok musuh pun berdamai serta hidup berdampingan.

Begitu perjanjian diteken, saya terbangun dari mimpi. Mimpi yang cukup aneh. Namun, mimpi tersebut salah satu mimpi yang selalu ada dalam ingatan saya. Memang itu adalah mimpi di siang bolong. Tetapi, saya bisa belajar dari mimpi tersebut bahwa inovasi atau hasil penelitian bisa menjadi solusi dalam perang. Meski, saya menemukan catatan sejarah yang membuktikan hal tersebut.

Tapi, saya pun menarik mimpi tersebut dengan kondisi penelitian dan pengembangan di Indonesia. Saya sendiri tidak pernah melakukan penelitian yang bersifat dan berdampak besar bagi masyarakat. Meski, saya bermimpi suatu hari saya bisa melakukannya. Kok bisa, karena saya memiliki mimpi. Kata Walt Disney, dream creates reality. Saya percaya dengan petuah Walt Disney.

Minimal saya berinovasi terus dalam dunia penerjemah dan penulisan berita yang saya tekuni. Selalu bermain-main kata, kalimat, frase agar pembaca senang dan tertarik membaca berita yang saya tulis. Minimal, inovasi dari keseharian dan pekerjaan kita. Meski inovasi itu tidak signifikan bagi masyarakat, minimal penting bagi kita.

Dalam dunia pengajaran, karena saya juga seorang dosen, saya berusaha membuat beberapa penelitian. Penelitian yang telah saya buat adalah proses penerjemahan yang akan saya terbit di jurnal Fokus milik Akademi Bahasa Asing (ABA) Bina Sarana Informatika (BSI). Hanya saja, terbitnya bulan September depan.

Selain itu, saya masih mengkaji tentang code switching (alih kode) pada pidato-pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Penelitian itu masih berlangsung karena bahannya cukup lama dan materinya cukup rumit. Insya Allah, penelitian tersebut akan saya publikan di jurnal ilmiah di kampus baik di ABA, ASM (Akademi Seketaris Manajemen), Akademi Periklanan BSI atau Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA) Nusa Mandiri. Hingga saat ini, saya bukanlah peneliti bahasa yang hebat, tetapi saya merintis untuk menjadi peneliti bahasa yang baik. Maklum, saya masih merintis.

Dalam hal pendidikan, saya berusaha selalu berinovasi dalam model pengajaran saya di kelas. Hampir semua kelas saya pegang baik di BSI dan STBA Nusa Mandiri, saya menggunakan pendekatan “pertemanan” antara saya sebagai dosen dan mahasiswa. Antara saya dan mahasiswa dalam mitra sejajar, meski saya yang memberi materi dan teori di perkuliahan.

Tidak ketinggalan, saya juga selalu menerapkan arti penting kejujuran di kelas. Ketika ada materi yang ditanyakan mahasiswa, saya tidak mengetahui, maka jawab saya tidak tahu. Kadang, saya langsung mengklik google.com, dan kita mencari jawaban bersama atas pertanyaan tersebut. Jika kurang jelas, pertemuan minggu depan, saya akan menjawab.

Sebagai dosen bahasa inggris, saya sering membuka kamus di depan mahasiswa. Banyak di antara beberapa rekan dosen lain yang memprotes. “Kok sering buka kamus di depan mahasiswa, apa itu tidak menunjukkan kebodohan di depan mahasiswa?” demikian tanya rekan dosen. Saya menjawab, “saya justru mengajarkan kepada mahasiswa bahwa belajar bahasa Inggris tidak bakal lepas dari kamus.”

Dalam setiap perkuliah saya, inovasi dan kreativitas mahasiswa selalu diutamakan. Sebagai contoh, ketika saya mengajar materi Writing di ABA BSI, saya meminta mahasiswa untuk membuat sebuah cerita bersambung tentang keseharian, cinta, atau pergaulan. Cerita itu minimal 20 lembar. Ternyata, para mahasiswa senang mengerjakan tugas tersebut. Sebelum memberikan tugas tersebut, saya selalu mengingatkan, “menulis itu lekat dengan mimpi, imajinasi, dan berkhayal.”

“Jangan takut menulis bahasa Inggris hanya karena masalah grammar. Tinggalkan grammar, fokus kepada kata-kata dan kalimat yang ada di otak dan hati kalian dan tuliskan di atas kertas atau mainkan dengan keyboard pada monitor atau laptop,” kataku memotivasi. Tentunya, sebelumnya saya memberikan teori tentang penulisan. Dalam dua minggu, para mahasiswa mengumpulkan tugas dengan cerita yang menarik dan di luar dugaan saya sebagai dosen.

Bahkan pada kesempatan saya mengajar tentang writing for advertising, saya mencoba menarik pemikiran mahasiswa agar berpikir “out of the box”. Saya mengajarkan bagaimana membuat bahasa iklan yang menarik dan sensual agar memikat para pembaca. Saya melatih mereka membuat iklan untuk produk yang dianggap tabu untuk dibahas seperti kondom, sex toys, pijat plus-plus, dan obat-obat kuat.

Herannya, justru para mahasiswa sangat bersemangat, lebih-lebih yang pria. Mereka mengungkapkan, jarang-jarang ada dosen yang membicara tentang hal-hal yang dianggap tabu di depan kelas. Dengan hal-hal tabu tersebut, justru iklan yang dibuat sangat bagus dan menarik. Meski, ada beberapa mahasiswi yang masih agak malu-malu untuk berbicara vulgar. “Kalian kan udah 18+, jadi saya anggap udah dewasa. Mainkan imajinasi dan pikiran nakal kalian untuk membuat bahasa lebih sensual dan seksi,” ajakku.

Mengakhiri tulisan panjang ini, saya menyimpulkan sendiri, untuk berinovasi kita harus dimulai dari sendiri. Tentunya dengan modal ilmu, dan profesional. Terus terang, jika kita ingin berkiblat dalam berinovasi, kita bisa mengacu kepada Belanda. Meski membutuhkan proses, tetapi selangkah demi selangkah, Insya Allah, kita mampu berinovasi dan berinovasi. Yang jelas, kita harus selalu ingat apa itu inovasi yakni make changes in something already existing, as by introducing new methods, ideas, or products. Salam Inovasi!

Referensi:

Foto: Semua foto jepretan kameraku sendiri. Fotografer amatira, euy…
foto 1: repro peta eropa terbitan IPS
foto 2: repro peta eropa terbitan IPS
foto 3: repro buku europe in 12 lessons, study in europe, dan study in holland
foto 4: repro dari buku europe in 12 lessons
foto 5: repro dari buku study in holland
foto 6: berpose dengan mahasiswa Sekertaris
foto 7: berpose dengan mahasiswa Bahasa Inggris


Teks:
http://www.proinno-europe.eu/page/innovation-and-innovation-policy-netherlands
Kusmayanto Kadiman, “Simfoni Inovasi, cita & Realita”, Foresight; 2008
Zuhal, Knowledge & Innovation; Platform Kekuatan Daya Saing, 2010, Jakarta: Gramedia

Komentar

rumputgandum mengatakan…
Memang benar bung andika, inovasi diperlukan untuk membuat hidup lebih hidup. Tapi dalam buku No Rules, inovasi itu jika dihargai dengan uang, 10 renteng inovasi harganya cuma 1 sen.

Menurut buku itu, yang lebih penting bukan inovasi tapi pengujian di pasar tentang produk inovasi tersebut. Inovasi tidak harus menciptakan ide baru, tapi bisa berupa ide lama yang dipoles lagi dengan "kekinian" sehingga menjadi baru lagi.

Dan pasar merupakan tempat yang paling "jujur" untuk menguji sebuah produk inovasi. Bagaimana menurut bung Andika? :)
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
"Mitos: Jangan pernah mundur!
Salah! Mundurlah! Langkah pertama untuk keluar dari lubang adalah dengan berhenti menggalinya.

Mitos: Untuk menghasilkan uang dibutuhkan modal uang
Salah! Tidak perlu. Banyak cara menghasilkan uang tanpa modal uang.

Mitos: Jangan pernah mencampuradukkan bisnis dengan kesenangan
Salah! Malah harus. Setiap ada kesempatan, bersenang-senanglah.

Mitos: Orang tidak akan mencapai apa pun tanpa pendidikan tinggi.
Salah! Bisa saja. Dan jadilah kaya untuk meraih pendidikan apa pun.

Mitos: Manajer harus memperlakukan orang secara sama rata.
Salah! Jika ingin mencapai produktivitas maksimal, perlakukan setiap orang secara unik.

Mitos: Biar lambat asal selamat.
Salah! Teknologi komunikasi masa kini menuntut kecepatan bertindak.


Benarkah apa yang kita dengar dan terima selama ini hanyalah mitos belaka? Saatnya berpikir dan pandanglah dengan cara lain! "
buku No Rule ditulis oleh S. Kennedy, seorang entrepreneur sukses, berhasil mengalahkan sistem, cerdas ditempa kehidupan, dan menyadari bahwa tujuan sebenarnya adalah berhasil.

saya sepakat Bung Syarif. Inovasi memang harus dilempar ke pasar. Pasar memang menjadi hakim bagi sebuah produk. tak bisa dipungkiri, sebuah produk yang sangat inovatif tetapi ketika dilempar ke pasar justru gagal.

Ini membuktikan bahwa inovasi juga harus didukung dengan strategi manajemen marketing yang solid. Kemudian, dukungan modal yang kuat, tidak ketinggalan dukungan analisis ceruk pasar yang tepat.

Misal aja, saya memiliki sebuah lembaga bimbingan dan kursus bahasa inggris. saya bersama teman-teman merancang sebuah konsep pelatihan bahasa Inggris yang baru dan inovatif. Kita tidak mengejar segmen mahasiswa, siswa SMA< SMP, atau pun SD. Kita justru mengejar pasar karyawan.

Program pelatihan itu menyisir ke perusahaan-perusahaan besar yang memiliki dana segar untuk meningkatkan kualitas si karyawannya. Kita sebar proposal dengan dukungan lobi yang kuat. Meski ada beberapa yang menunjukkan hasil, tetapi kita harus berhadapan dengan sistem birokrasi. tau sendiri, mereka minta fee, komisi, dan lain sebagainya.

Meski inovasi yang kita tawarkan handal dan jitu, tetapi kadang sistem di pasar yang merusak. Celahnya, mau tak mau, banting harga, tanpa penurunan kualitas.
saya kira itu saja Bung Syarif
Agustinus Muji H mengatakan…
Saya sangat sepakat dengan perkataan bung, inovasi memang sangat dibutuhkan sayangnya pemerintah kurang tanggap dan respon
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
@ agustinus: pemerintah memang memegang peranan penting dalam mendukung inovasi yang dilakukan para ilmuwan, pengusaha, birokrat, mahasiswa,guru, dosen, peneliti, dan semua anak. tanpa dukungan pemerintah, semua tak ada artinya.

Bayangkan saja, negara kapitalis seperti ini sangat peduli dengan inovasi warganya. jutaan dolar dikucurkan ke NASA untuk mengungkap misteri luar angksa.

Pemerintahan Obama juga mengucurkan dana miliaran dolar untuk mengembangan penelitian inovasi industri ramah lingkungan.

Nah, kalau di lihat dari Belanda, juga mendukung inovasi yang dilakukan oleh para pengusaha ilmuwan dan berbagai kalangan warganya. Belanda mendukung inovasi di bidang penelitian produk ramah lingkungan,dan berbagainya.

Tanpa berburuk sangka, saya kira pemerintah Indonesia juga mendukung inovasi, hanya saja masih setengah2. Ya setengah, belum ada niat tulus. Kita hanya masih fokus pada kasus pemberantasan korupsi semata,

berita mengeani inovasi anak bangsa cenderung diabadi. Marilah bung TINUS, KITA kabarkan kepada rakyat Indonesia, betapa pentingnya Inovasi dan Inovasi.
Gitanti Vs. mengatakan…
owwwwhhhh ternyata inovasi sop buntut ada di negeri kincir angin toh.... walahhhh baruuu tauu.... kerenzzz jg yahhh semua inovasi ada di belanda....... klo inovasi pecel ayam kira-kira ada ga ya di sana.... hahahaaa... lohhh koq jd bahas makanan,,, hadowwhh-hadowwhh,,,, ternyata Negeri kincir angin sangat FLEXSIBEL yua. besok Qt ke belanda yuk MR.. hehehehe
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat Gitanti: untuk inovasi sop buntut, seperti kita harus ngecek langsung ke Belanda. Kalo pecel, saya kira adalah, pecel ayam kan terkenal di Indonesia.

Kau mau ikut ke Belanda? ayo ikut lomba kompetiblog aja. ke Belanda gratis loh... atau kalo aku udah punya uang banyak, bisa ku traktir ke Belanda, hehehehehe. doakan aja, ya....
ifta mengatakan…
'Inovasi itu harus merakyat', maksudnya pripun? Apakah inovasi harus bisa dimanfaatkan dan diakses semua orang? Jadi inovasi tu bagusnya yang sederhana dan mudah ya? Kalo merakyat, inovasi jadi benar2 berguna, nggak jadi 'menara gading'. begitu kah?
Salam, Pak!
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat ifta"
1. 'Inovasi itu harus merakyat', maksudnya pripun? saya jawab, inovasi yang bisa dimanfaatkan khalayak ramai. misalnya aja, sepeda motor, sepeda onthel, sabun, sampo, dan lain sebagainya. Saya sendiri salut dengan Pak HAbibie yang mampu membuat pesawat. Tapi, kan pesawat tidak bisa dijangkau khalayak ramai. Kalau dulu pak Habibie, buat sepeda motor atau mobil, Insya Allah lebih bemanfaat.

2. Apakah inovasi harus bisa dimanfaatkan dan diakses semua orang? Saya menjawab, idealnya seperti itu. Saya ambil contoh Ibu Tri Mumpuni yang mampu membuat pembangkit listrik tenaga air. Hasil inovasi itu mampu memberikan dampak nyata bagi masyarakat. minimal sebuah komunitas.

idealnya lagi, khalayak ramai, misalnya menciptakan anti virus lokal. Kita tahu ada Smadav, anti virus buat Indonesia yang sangat tangguh. itu sangat bermanfaat, karena manusia di perkotaan dan pedesaan pun sudah terjangkiti komputer dan internet.

3. Jadi inovasi tu bagusnya yang sederhana dan mudah ya? menurut, kalo bisa dimuat murah kenapa tidak. Saya ambil contoh, marak berkembangnya franchise, menjadikan akses untuk wirausahawan muda bisa berkembang. warabala produk makanan, dengan nilai investasi 3 juta bisa lah dijangkau...

4. Kalo merakyat, inovasi jadi benar2 berguna, nggak jadi 'menara gading'. begitu kah? menurut saya, ya begitu...

salam hangat buat Ifta...
Abdul Malik mengatakan…
Mantap sekali artikelmu ndik. Bukan bermaksud merendahkan bangsa
sendiri dan meninggikan bangsa lain. Namun harus diakui, orang Belanda (meskipun katanya terkenal pelit) namun sangat bersahaja. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak bersahabat dan geografis yang miskin sumber daya sangat berbanding terbalik dengan Indonesia. Bedanya orang
Belanda bekerja keras untuk memperjuangkan hidupnya, termasuk salah satunya mungkin dengan melakukan kolonialisasi ke wilayah lain (Indonesia). Di luar itu semua harus diakui, mereka sangat sederhana dan mati-matian untuk melakukan inovasi dengan kondisi SDA yang minim. Aku melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa di jalan-jalan banyak sekali pria/wanita tua/muda yang bahkan menurut ukuran orang Jakarta dianggap keren, namun pergi bekerja dengan menggunakan sepeda ontel. tentu ini akan menjadi perdebatan "wajar orang Belanda kemana-mana pakai sepeda karena lokasi geografisnya yang datar dan tidak naik turun seperti Indonesia. selain itu suhu udaranya dingin tidak seperti Indonesia yang panas penuh polusi". Namun kini coba kita tarik keluar dari sekedar perdebatan cuaca dan geografi. Lebih dari itu adalah semangat mereka untuk hidup sederhana dan lebih mementingkan karya ketimbang bermewah-mewahan. Bahkan di Hilversum, yang konon merupakan salah satu kota dimana orang kaya Belanda tinggal sangat sedikit menemukan mobil baru nan mengkilat. banyak ditemukan mobil tua tidak seperti di Indonesia maupun di Singapura yang akan kita temukan mobil-mobil ala batman berseliweran di jalanan. Untuk urusan inovasi, aku kira Belanda layak mendapat acungan jempol. Sementara Indonesia jika dikelola dengan benar, aku yakin bisa mengalahkan negara-negara lain tidak hanya Belanda, yang sebenarnya tidak luas dan jumlah penduduknya sedikit.
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat mas malik; terima kasih mas malik atas komentar. saya dapat belajar banyak dari komentar mas malik yang diunggah. apalagi, mas malik kan lagi di Belanda sekarang. jangan lupa oleh2nya kalo pulang, hehehe
arif lspr mengatakan…
mister, nggak adil...
foto bareng kelas kita kok ga di-publish di artikel itu...nggak keren dung...padahal kan kelas kita keren2. mantep mister, gue selalu mendukung mister...maju terus....hehehe
arif lspr mengatakan…
mister, nggak adil...
foto bareng kelas kita kok ga di-publish di artikel itu...nggak keren dung...padahal kan kelas kita keren2. mantep mister, gue selalu mendukung mister...maju terus....hehehe
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat arif: setelah kita chatt tadi, langsung aku balas komentarmu...
pertama, saya meminta maaf....sebenarnya aku pasang sih...tetapi ga jadi, kwkekekek
tapi apalah...apalagi, aku kan udah ga ngajar di situ, jadi nggak enak, kan cuma tamu di sono, heheheh
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat arif lagi....
kenapa kau posting komentar dua kali...tanda protes ya....
arif lspr mengatakan…
biar dibaca mister berulang-ulang, namanya juga protes..hehehehe
Reng Benyar mengatakan…
pertanyaan untuk dijawab

ngajar ato lagi goda-goda mahasiswi ni pak dosen???????

cari harta karun dimana bos? bukannya di belakang rumah banyak harta karung berwarna emas....
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
Buat Oreng Madureh"

jawaban atas untuk pertanyaan CAK MDR;
1 ngajar ato lagi goda-goda mahasiswi ni pak dosen??????? jelas ngajar dung. kalo goda-goda mahasiswi, entar ditegur sama DIKTI (Dirjen Pendidikan Tinggi). hehehe. heheheh

2. cari harta karun dimana bos? bukannya di belakang rumah banyak harta karung berwarna emas....
jelas dung, walaupun uang receh, itu juga harta. tapi, bukan harta karun karena belum saya pendam di empang di belakang kosan, hehehe. kalo udah saya pendam selama tujuh hari tujuh malam, itu bakal jadi harta karun yang mengalahkan karta karun Dinasti Ming di perairan Subang, kwkekekek. Disyurkuri aja, kata Dmasiv. Siapa kira, dengan harta karun uang receh, bisa jadi bekal ke Belanda, dan keliling Eropa, hehehe. Amien...makasih doanya Cak MDR
abu bukan marlo mengatakan…
mas Andy,,sebenernya saya blm bnyk tau tentang negeri Belanda,.tapi menurut saya inovasi-inovasi yang berasal dari negri itu bnyk berpengaruh jg dgn Indonesia,.seperti halnya Jepang,.inovasi untuk memaksimalkan suatu pekerjaan agar lebih mudah terus di kembangkan,.dan menurut saya ,indonesiapun tidak kalah melahirkan inovasi-inovasi baru,hanya saja sarana,wadah,,atau pun *kotak Ajaib*nya blm bisa di maksimalkan,.artinya;masih perlu orang "kuat" dalam memajukan segala penemuan2 baru.OK bang andy,,blog kamu bagus,,aku dukung 1000 persen.hehe..semoga bisa jalan2 ke Belanda nanti,hehe..goodluck For Kick Andy!
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
khusus buat mas abu bukan marlo:

terima kasih banyak mas abu, meski dikau jauh di Jepang, tak menyurutkan semangatmu membuka blogku tetangga di penggarit, pemalang, jawa tengah ini. heheheh. terima kasih. kapan-kapan, bagi-bagi cerita dung, pengalaman berkerja di Jepang. pasti asyik.

terima kasih atas doanya. semoga Allah SWT mengabulkan doa kita. Amien Ya Robbal Alamin...

Di artikel yang tadi, mas abu mengidentikan saya dengan Wimar Witoelar. Loh, di sini kok sama Kick Andy. Tak apa lah mas, itu doakan kok. Tetap semangat mas....
Didik Purwanto mengatakan…
salut juga tuh sampe beli peta demi merubah mindset pribadi. Tapi kayaknya ide itu meniru film Sang Pemimpi deh! hahaha..

btw, kenalin salah satu mahasiswimu donk atau embat aja salah satu mahasiswimu utk dijadiin istri. Biar mnjd teman saat pergi ke Belanda nanti :)
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat sobat ku, Pak De:

1. jelas dung. kan nonton Sang Pemimpi-nya bareng ama kamu. hahahaha. aku beli dua peta, eropa dan dunia. hahaha. saya pingin keliling eropa dan keloiling dunia. pingin juga sih beli peta arab, biar naik haji dan dapat gelar h di depan namanya.

2. kalo kenalin mahasiswi, main dung ke kampus-kampus. kau, aku ajak tak mau sih... kalo urusan gebet mahasiswi, aku bukan jagonya. aku kan kerja profesional. aku loyal pas profesi. pad jadi wartawan, ya loyal ama profesi wartawan. kalo pas jadi dosen, ya saya loyal dengan profesi dosen. hehehe

btw, kenalin salah satu mahasiswimu donk atau embat aja salah satu mahasiswimu utk dijadiin istri. Biar mnjd teman saat pergi ke Belanda nanti :)

2 Mei 2010 08:20
Well well well,

Paska saya membaca pemaparan yang sangat panjang melebihi panjang gerbong kereta api di INA yang tetap ikhlas melaju tanpa adanya paksaan walaupun dulu dibeli bukan dalam keadaan baru (sekeun/2nd) dlm artikel INBOX (saingannya DAHSYAT-acara musik TV berkonsep gajelas di pagi hari) ini, saya hanya mau bilang:

"Belum ada kata terlambat utk INDONESIA berinopasi (orang sunda gabisa ngomong huruf F)"

Saya sebagai wakil dari generasi muda yang berbeda dan berbahaya, yang mana menggunakan situs TWITTER/MYSPACE sebagai alat/media propaganda ke seluruh penjuru dunia paling efektif saat ini, dan agar dicap G4UL dalam segala bentuk pergaulan di abad 21 akan mancoba untuk ber-inopasi dalam bentuk apapun sesuka hati kami. (menggunakan asas 'yg penting hepi dan tdk merugikan org lain')

Contohnya:

-Menciptakan sebuah metode praktis dlm hal mencuci pakaian-pakaian kami yg berbau parfum-parfum import campur bau keringat lokal.

*Malas nyuci? gampang.

Karena sebuah inovasi itu diraih dengan perjuangan dan pastinya bernilai tinggi, That means kita harus membayarnya lebih mahal dr harga aslinya. Pasti BEDA kan harga henpon oldskul yg layarnya berwarna abu-abu (hanya bisa sms/tlp) sama hp skrg yang bisa 3G dan bisa apdet status twitter? itu semua gara-gara ulah si inopasi.

Balik lagi ke si *males nyuci.

*Males nyuci? (INOPASI INI lmyn khusus diperuntukkan utk manusia-manusia yg ngarep dpt titel 'mandiri' aka ngekost/ngontrak)

gampang KOK!

Kalian hanya tinggal membuka dompet/atm, ambil uang sebesar +- Rp.ceban,- (u/ membayar inopasi tersebut)dan bungkus cucian bau kalian kedalam sebuah plastik yg agak besar, kemudian cari kampus terdekat dr kosan/kontrakan kamu. Setelah nemu kampus, cari rumah-rumah kecil di sekitar kampus trsbt yang punya plang/spanduk bertuliskan " LONDRE KILOAN, SEKILO CUMA GOCENG". Setelah nemu, titipkan cucian kamu itu disitu. Lalu kamupun pulang kembali ke kosan dgn senang hati dan tanpa capek setelah itu.
(Trus uang Rp. Ceban,- yg diambil dr ATM/dompet sbelumnya buat apa?)

Setelah 3 hari, balik lagi deh ke rumah berspanduk itu, lalu ambil cucian-cucian kamu dsitu. Dengan senyum tulus, serahkan lah harta paling berharga kamu yg kemarin udah diambil, yakni uang sebesar Rp.ceban,- ke pemilik rumah itu.

Setelah itu, Pemilik rumah itu pastinya akan menghampiri kamu dan memberikan cucian-cucian kamu yg kamu titipkan 3 hari yg lalu.

Voila! Lihatlah cucian kamu saat ini! Dijamin cucian-cucian kamu saat ini lebih ber-inopasi dari sebelumnya. Sangat Rapi, wangi, dan bersih (walaupun gabersih-bersih amat terkadang, itu tergantung dr kuantitas amal perbuatan kamu di dunia)

Selamat mencoba. :)



*PERINGATAN!

Mencuci dengan metode inopasi diatas, dapat mengakibatkan kanker (kantong kering), impotensi (iman tak berpotensi), serangan jakun gantung (jantung), gangguan kehakiman di milan (kehamilan) dan janur likuidasi panin (janin).


Pesan saya: "Dahulukan makan sebelum ngomen gajelas di blog orang!"
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
khusus buat nama*aseli : Riyadh, saudara seperjuanganku di masa mendatang:
Well well well, juga..

"Belum ada kata terlambat utk INDONESIA berinopasi (orang sunda gabisa ngomong huruf F)" SAYA SEPAKAT!

sAYA AKAN MENCOBA INOVASI YANG KAU BUAT. ENTAR, AKU KASIH LAPORAN DEH...JADI ANEH...


"Dahulukan makan sebelum ngomen gajelas di blog orang!" HARUS DUNG....
hehehe,
doakan saya kak dik, malam ini saya dapet rejeki nomplok, dikasih kesempatan ngewawancara band asal Belanda yang satu ini :

http://www.myspace.com/redtheplaneeet

*saatnya orang INA menjajah kumpeni! haha.

mau titip pesan apa ke mereka? nanti saya sampaikan.. :)
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat riyadh:
titip salam buat mereka. hehehe
Anonim mengatakan…
wow foto2 pribadi
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat nadiafriza :

jelas dung, aku kan fotografer (meski amatiran, hehehe)
Unknown mengatakan…
emang benar mas "Nyonk",sudah saatnya kita tuk bangun dari mimpi2 tuk mewujudkan apa yg kita impikan tadi. belajar dr Belanda???harus!!!kita harus belajar dari negara lain bagaimana cara menuangkan mimpi jadi kenyataan.
pokoknya mak nYUUuuuussss lah mas "Nyonk"
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat syaiful:

Pak Guru yang pernah menjadi teman kosku di Malang ini memang top!. Mimpi apa yang harus dibangun? Mimpi basah, hehehehe. pastinya bukan!

Jelas dung, kita harus membangun mimpi. Mimpi tak akan menjadi kenyataan kalo tidak diwujudkan. NAMUN< UNTUK mewujudkan mimpi, kita harus belajar. lah, proses belajar itulah yang membutuhkan waktu. terutama belajar agar kita berani. Inovasi tanpa keberanian tak ada artinya. benar ga?
untuk memulai mimpi, kita harus menjadi orang pemberani, seperti yang saya bicangkan dulu....
marilah kita merealisasikan bisnis kita untuk membuat bimbingan Belajar Bahasa Inggris terbesar di Indonesia. chayo...pak Guru

pokoknya mak nYUUuuuussss lah mas "Nyonk"
Unknown mengatakan…
heeeeeee...
masih ingat aja ma aq mas yg atu ini,,,
ya emang buat merealisasikan mimpi itu berat mas,perlu usaha dan kerja keras,,,dan benar apa yang dikatakan mas Nyonk,modal pertama adalah berani.tanpa keberanian,usaha kita kan kocar-kacir. memang kita butuh keberanian tuk memulai mewujudkan mimpi kita kalau perlu kita paksa "berani" tuk berani keluar dari diri kita.walaupun main paksa yang penting kan tujuannya baik mas,he5.btw, tuk tawaran mendirikan bimbingan belajar bahasa inggris,aku ayuk aja mas alias opo jare wes :)
Andika Hendra Mustaqim mengatakan…
buat syaiful
jelas masih ingat dung.kan baru semalam, kita diskusikan di angkringan pal merah. kita harus belajar dari perusahaan transporasi di depan angkringan yang tampilannya jelek tapi beromzet miliaran rupiah.

kalo usaha dan kerja keras itu adalah sebuah keharusan Pak Guru.

Pertanyaan sekarang bagaimana menumbuhkan semangat berani dan berubah.

Kalo bimbingan belajar bahasa Inggris, kau kan pakarnya. ayo kita mulai, minimal kita berani untuk memulai hal baru. jangan lupa, kita harus belajar dulu inovasi dari orang-orang Belanda, heheheh

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Kebakaran Meluas, Ribuan Warga Dievakuasi