Ancam Korut, Pesawat Pengebom Dikerahkan

Grafis: KORAN SINDO/Ailsa Sarah

SEOUL– Amerika Serikat (AS) kembali unjuk kekuatan dengan mengirimkan dua pesawat pengebom supersonik B-1B Lancer di perbatasan wilayah Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel).

Aksi itu sebagai gertakan terhadap Korea Utara (Korut) yang beberapa waktu lalu mengklaim sukses menggelar uji coba nuklir. Pamer kekuatan itu kedua kalinya setelah Rabu (14/9) juga menggertak Korut dengan mengirimkan dua pesawat B-1B Lancer. Washington sengaja mengirimkan pesan kepada Pyongyang. Apalagi pesawat itu terbang di zona demiliterisasi.

Satu pesawat pengebom strategis AS kemarin mendarat di pangkalan udara Osan di Pyeontaek, Korsel, sekitar 64 km selatan Seoul. Sedangkan satu pesawat lainnya terbang kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam. ”Ikatan AS dan Korsel tidak bisa dipisahkan. Kekuatan komitmen itu tidak akan digoyahkan oleh sikap agresif Korut,” papar Letnan Jenderal Thomas W Bergeson, komandan Angkatan Udara AS.

”Apa yang kita tunjukkan hari ini (kemarin) adalah salah satu alat yang bisa dipilih dari opsi yang ada,” imbuhnya. Bergeson mengungkapkan, aliansi AS-Korsel akan tumbuh semakin kuat setiap hari. ”Kita akan tetap melindungi dan membela keamanan semenanjung Korea dan kawasan,” ujarnya, dilansir AFP.

Belum ada kejelasan berapa lama pesawat B-1B Lancer yang mendarat diOsanakan bertahan berapa lama. AS menempatkan 28.500 tentaranya di Korsel dan memiliki sejumlah pangkalan di Negeri Gingseng tersebut. Angkatan Udara AS kemarin mengungkapkan aksi kemarin merupakan penerbangan B-1B Lancer yang paling dekat dengan perbatasan Korut.

”Penerbangan hari ini (kemarin) menanda pertama kali pesawat itu mendarat di semenanjung Korea dalam 20 tahun terakhir,” demikian komentar Angkatan Udara AS, dilansir Reuters. Kantor berita Korsel, Yonhap, melaporkan pesawat B-1B Lancer terbang rendah di atas lokasi latihan perang AS di wilayah Pocheon yang berbatasan langsung dengan Korut.

Aksi itu memberikan dorongan dan menguat semangat para prajurit AS dan Korsel yang bertugas di sepanjang perbatasan Korut. Sebelumnya AS juga menerbangkan pesawat pengebom B- 1B di atas langit Seoul pada Rabu (14 /9/). Upaya itu sebagai penegasan terhadap provokasi Korut.

Namun, tidak ada pesawat yang mendarat, tetapi dua pesawat terbang kembali ke Guam. Selepas insiden tersebut, Pyongyang mengecam aksi itu sebagai pemicu ketegangan di semenanjung Korea. Namun, Korut belum memberikan komentar terbaru atas insiden terbaru kembali terbangnya pesawat pengebom AS.

Pesawat B-1B Lancer merupakan pesawat pengebom strategis dengan empat mesin. Pesawat itu mampu membawa misil dalam jumlah besar. ”Pesawat B-1B Lancer mampu mengirimkan senjata baik yang presisi atau nonpresisi di mana pun, kapan pun, dan siapa pun musuhnya,” demikian keterangan militer AS di Korsel.

Sementara itu, AS dan Korsel akan melakukan simulasi serangan ke fasilitas nuklir Korut. Latihan besar-besaran itu direncanakan digelar bulan depan. Dua negara juga akan menggelar serangan misil mendadak. Pengumuman itu sebagai upaya kontraprovokasi terhadap uji coba nuklir bulan ini.

Latihan itu tidak ditujukan secara khusus untuk Korut,” kata pejabat Departemen Pertahanan AS kepada CNN.Simulasi serangan nuklir itu bertajuk ”Bendera Merah” dan digelar di Alaska sejak 3 Oktober hingga 21 Oktober mendatang.

Seoul mengungkapkan, simulasi serangan ke fasilitas nuklir Korut akan menggunakan bom GBU-31. Bom itu akan dijatuhkan ke pesawat dengan dilengkapi sistem pelacak. GBU- 31 sebelumnya digunakan saat serangan udara di konflik Kosovo. Bom itu juga digunakan selama serangan di Libya pada 2011 oleh Angkatan Udara AS.

Korut Terancam Sanksi

Korut tetap mengabaikan kecaman global terhadap uji coba nuklir kelima pada 9 September lalu. Pekan ini Pyongyang bahkan sukses menguji coba mesin roket baru yang akan digunakan untuk meluncurkan satelit. Itu semua merupakan pelanggaran terhadap sanksi PBB.

Dalam waktu dekat, pemimpin Korut Kim Jong-un, memerintahkan persiapan peluncuran satelit secepatnya. Para pemimpin AS dan China telah mengecam berbagai tindakan provokatif Korut. ”AS-China mulai berdiskusi mengenai kemungkinan pemberlakuan resolusi PBB untuk merespons uji coba nuklir terbaru,” kata beberapa diplomat PBB.

Namun, Beijing belum mengatakan secara langsung apakah akan mendukung langkah keras terhadap Korut. China sendiri sangat keberatan dengan rencana penempatan sistem pertahanan misil THAAD di Korsel untuk mengantisipasi ancaman misil Korut. China memang memainkan peranan penting dalam penyelesaian permasalahan di semenanjung Korea.

Beijing merupakan mitra perdagangan Korut dan satu-satunya sekutu utama Pyongyang. ”Kita ingin mengetahui apa yang sebenarnya dikhawatirkan China dan menemukan akhir permainan yang Beijing sukai,” kata Christopher Hill yang pernah memimpin delegasi AS dalam perundingan program nuklir Korut.

Dalam pandangan Yun Sun, pakar kebijakan asing China dari Henry L Stimson Center, Beijing tidak ingin Korut hancur karena mereka khawatir dengan pasukan AS di perbatasan. ”Jika Korut hancur dan Korea bersatu, Korsel akan mendominasi. Itu juga yang tidak diinginkan China,” tuturnya, dilansir CNBC.

Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Korsel Hwang Kyo-ahn mengatakan kepada parlemen bahwa Korsel menginginkan sanksi kepada Korut untuk diperketat. ”Kita ingin menutup semua celah yang mengizinkan Korut mengekspor bahan tambang,” ujarnya.

andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=5&date=2016-09-22

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia