Turki Perbaiki Hubungan dengan Rusia

MOSKOW– Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, Ankara ingin memperbaiki hubungan dengan Moskow.

Turki ingin menghidupkan kembali kerja sama dengan Rusia di berbagai sektor. Itu diungkapkan Erdogan saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St Petersburg, Rusia, kemarin. Erdogan mengungkapkan, Turki memasuki ”fase yang sangat berbeda” dalam menjalin hubungan dengan Rusia. ”Solidaritas antara dua negara ini akan membantu menyelesaikan permasalahan global,” katanya dilansir Reuters. Presiden Putin menyambut hangat kunjungan Erdogan.

”Kunjungan Anda (Erdogan) hari ini (kemarin), di tengah situasi yang sulit terkait politik domestik, mengindikasikan bahwa kita semua ingin menghidupkan kembali dialog dan memulihkan hubungan antara Rusia dan Turki,” kata Putin di Saint Petersburg kemarin. Dalam kesempatan istimewa itu, Erdogan juga mengucapkan terima kasih kepada Putin atas teleponnya setelah kudeta yang gagal pada 15 Juli lalu. ”Itu memberikan kebahagiaan bagi rakyat kita,” ungkap Erdogan.

Kemudian, Putin mengungkapkan bahwa dirinya merupakan orang pertama yang mengungkapkan dukungan bagi Erdogan untuk menyelesaikan krisis kudeta tersebut. ”Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa itu merupakan posisi prinsip kita. Kita menentang segala tindakan inkonstitusional,” ujar Putin. Sebelumnya Erdogan mengungkapkan, lawatannya ke Rusia kali ini sebagai sebagai tonggak sejarah baru dalam hubungan bilateral dan memulai lagi dengan komitmen yang bersih. Perundingan kedua pemimpin besar itu membahas pemulihan kembali berbagai sektor perdagangan dan investasi.

Keduanya juga dipastikan akan memulihkan kerja sama di bidang pariwisata. ”Halaman baru akan dibuka dalam hubungan Turki dan Rusia. Babak baru hubungan ini termasuk kerja sama ekonomi, militer, dan budaya,” katanya dalam wawancara dengan TASS pada Senin (8/8) waktu setempat. Erdogan berulang kali menyebut Putin dengan sebutan ”dear ” atau ”respected ” Vladimir.

Dia juga menyebut Putin sebagai teman. Putin dan Erdogan juga berusaha mencari persamaan pandangan dalam menyelesaikan konflik Suriah. Maklum, kedua pemimpin itu memiliki banyak perbedaan pandangan dan pendekatan dalam konflik Suriah. ”Rusia adalah pemain utama, kunci, dan penting dalam membangun perdamaian di Suriah,” ungkap Erdogan. Dia mengungkapkan, permasalahan Suriah harus diselesaikan dengan bantuan dan kerja sama Rusia dan Turki.

Kemudian, Erdogan mengungkapkan keinginannya untuk mengakhiri periode ketegangan setelah Turki menembak jatuh pesawat Rusia di perbatasan Suriah November silam. Rusia menjatuhkan sanksi perdagangan dan melarang warga Rusia berkunjung ke Turki. Sanksi itu mengakibat guncangan ekonomi terhadap Turki. Juni silam Kremlin mengungkapkan bahwa Erdogan sudah meminta maaf terkait penembakan jet tempur.

Erdogan juga dikabarkan sudah mengirimkan pesan duka dan simpati atas penembakan tersebut kepada keluarga korban. Putin juga dilaporkan menerima permintaan maaf dari Erdogan. Saat itu Putin berjanji akan mengizinkan warganya berlibur ke Turki dan menghentikan sanksi ekonomi. Menurut Fadi Hakura, analis Turki dari think tank Chatham House di London, upaya Turki memulihkan hubungan dengan Rusia dikendalikan karena keputusasaan.

”Turki membutuhkan langkah untuk memulihkan ekonomi dan perdagangan dengan Rusia,” katanya kepada CNN . Sementara, pemulihan hubungan Ankara dan Moskow juga menguntungkan Rusia. Pasalnya, Rusia masih menghadapi sanksi dari Eropa terkait kebijakan Moskow di Ukraina. Ditambah dengan melemahnya harga minyak bumi sehingga Putin dan Erdogan ingin mengembalikan kedekatan hubungan bisnis kedua negara. Erdogan mengatakan, dia ingin mengambil ”langkah penting” untuk melanjutkan proyek TurkStream yang bertujuan untuk mengalirkan 31,5 miliar meter kubik gas ke Turki.

”Kita juga mendorong penyelesaian pembangkit listrik Akkuyu,” paparnya. Menurut Alexander Baunov, peneliti senior dari Carnegie Moscow Center, hubungan Ankara-Moskow merupakan tipe personal. ”Mereka bukan hubungan personal ataupun ideologi. Hubungan tersebut hanya berlandaskan kepentingan materi,” ujar Baunov.

Turki Jauhi NATO?

Pendekatan Turki terhadap Rusia juga berlangsung saat memanasnya hubungan Ankara dan Eropa karena masalah kesepakatan migran dan penanganan pasca-kudeta yang gagal. Erdogan mungkin berharap kunjungannya ke Eropa akan memberikan jeda bagi negara Eropa untuk berpikir.

Kenapa Putin menjadi pelarian bagi Erdogan? Putin merupakan pemimpin asing pertama yang menghubungi Erdogan selepas terjadinya kudeta. Saat itu Putin langsung berjanji memberikan dukungan di kala para pemimpin Barat menyalahkan Erdogan karena menangkap ribuan tentara dan polisi yang terlibat kudeta. Rusian ingin memanfaatkan memanasnya hubungan Rusia dengan Eropa terkait kudeta yang gagal.

”Di tengah ketegangan hubungan Ankara dan Eropa, Kremlin memiliki kesempatan untuk menarik Turki keluar dari keanggotaan NATO,” kata peneliti dari USCanada Institute di Moskow, Alexander Shimulin. Dia mengungkapkan, Rusia ingin menciptakan perpisahan di komunitas Barat dan NATO. Dari Berlin, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jerman menyatakan tidak percaya bahwa kedekatan Turki dan Rusia akan berdampak terhadap aliansi NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).

Berlin memandang, komunikasi yang baik antara kedua negara tersebut akan menegaskan peran mereka dalam mengakhiri perang di Suriah. ”Kita tidak percaya kedekatan hubungan Turki dan Rusia akan memberikan konsekuensi terhadap kemitraan keamanan dengan NATO,” kata juru bicara Kemlu Jerman Sawsan Chebli, dilansir Reuters .

”Turki masih menjadi mitra penting NATO,” paparnya. Sedangkan, para pejabat Turki membantah bahwa Ankara akan menjauhi Barat. Turki tetap menjadi anggota NATO.

Andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=34&date=2016-08-10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia