Selesaikan Masalah yang Tak Bisa Ditangani Lelaki

Angela Merkel, Hillary Clinton, dan Theresa May menjadi perempuan yang menginspirasi dunia. Mereka mampu menunjukkan bahwa perempuan mampu memegang posisi berpengaruh di pemerintah. Tapi, jumlah perempuan dalam tampuk kekuasaan ternyata sangatlah sedikit.

Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary telah menciptakan sejarah dengan menjadi calon presiden perempuan pertama dalam sejarah perpolitikan Negeri Paman Sam. Dia akan bertarung dengan Donald Trump dari Partai Republik untuk memperebutkan Gedung Putih pada November mendatang.

”Ini adalah sejarah, bukan hanya Barack Obama saja yang mampu menciptakan sejarah. Tidak perlu pertanyaan mengenai hal itu,” kata Ester R. Fuchs, profesor hubungan publik dan ilmu politik dari Universitas Columbia. Dunia telah mencatat ”Perempuan Tangan Besi” Margaret Thatcher yang mampu memecahkan tradisi kepemimpinan maskulin saat dia menjadi Perdana Menteri (PM) Inggris pada 1979. Dan, bulan lalu Theresa May melanjutkan perjuangan Thatcher. Kanserlir Jerman Angela Merkel memimpin Jerman sejak 2005.

Sedangkan, Korea Selatan, Chile, Bangladesh, dan Liberia juga dipimpin perempuan. Bahkan, Dana Moneter Internasional (IMF) juga dipimpin perempuan. Secara kuantitas, jumlah pemimpin perempuan memang meningkat, tetapi mereka tetap menjadi minoritas dalam kepemimpinan geopolitik. Kajian yang dilakukan Pew Research Center tahun lalu menunjukkan, hanya 10% anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang dipimpin oleh perempuan.

”Meskipun jumlah pemimpin perempuan meningkat dua kali lipat sejak 2005, agar wanita berkuasa sangat sulit dan membutuhkan perjuangan keras di dunia,” demikian kesimpulan penelitian tersebut. Asia Tenggara dan Amerika Selatan lebih banyak memiliki perempuan yang menjadi pemimpin. Di kawasan tersebut lebih baik dibandingkan wilayah di belahan dunia lain. Indira Gandhi di India, Benazir Bhutto di Pakistan, Cristina Kirchner di Argentina, serta Aung San Suu Kyi yang menjadi pemimpin de facto Myanmar kini.

Di Jepang, Yuriko Koike, menjadi gubernur perempuan pertama Tokyo. Mereka menjadi terobosan langka dalam masyarakat yang didominasi laki-laki. ”Finlandia, Norwegia, dan Islandia juga sudah terbiasa dengan kepemimpinan perempuan,” demikian keterangan lembaga PBB yang menangani urusan perempuan. Pada 2005. Sejak awal 2015, hanya 17,7% dari menteri seluruh pemerintahan di dunia dipegang oleh perempuan. Tapi, 30% menteri dipimpin perempuan terjadi di Cape Verde, Rwanda, dan Afrika Selatan.

”Kita berada dalam fase yang kompleks karena adanya budaya yang kuat dominasi kepemimpinan lakilaki,” kata Sofia Ventura, profesor politik dari Universitas Bologna. Menurut Juan Jose Garcia Escribano, profesor sosiologi di Universitas Murcia, Spanyol, kepemimpinan perempuan bisa menghadirkan gaya politik yang berbeda. ”Negara yang dipimpin perempuan bisa menemukan solusi permasalahan, seperti ekonomi, di mana banyak lelaki tak mampu menyelesaikannya,” katanya.

Andika Hendra M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia