Shutdown Berlanjut, Militer Dorong Dialog

Beberapa orang melihat kerusakan akibat ledakan yang terjadi dekat Monumen Kemenangan di Bangkok, Thailand, kemarin. BANGKOK– Militer Thailand meminta kelompok oposisi dan pemerintah menyelesaikan perselisihan politik melalui perundingan. Seruan itu sebagai bentuk keprihatinan militer atas terus terjadinya aksi penutupan (shutdown) Bangkok yang dilakukan kubu oposisi. Meskipun jumlah demonstran anti-pemerintah telah berkurang, mereka masih menggelar aksi demonstrasi bertemakan “shutdown” Bangkok. Di beberapa titik unjuk rasa, jumlah mereka hanya puluhan orang. Mereka akan berhenti berunjuk rasa jika Perdana Menteri (PM) sementara Thailand, Yingluck Shinawatra, mengundurkan diri. “Kini, kita semua harus membantu. Setiap orang harus peduli dengan bangsa kita sendiri,” kata Komandan Tertinggi Angkatan Darat Thanasak Patimapakorn, dikutip kantor berita Reuters. Dia mengungkapkan, hubungan antara pemerintah dan militer berlangsung normal. “Saya meminta semua pihak untuk duduk bersama dan berunding mencari sebuah solusi,” pintanya. Thanasak mengaku tidak tertarik menjadi PM tapi dia akan bertindak sebagai mediator untuk mengakhiri konlik. Situasi di Thailand sangat serius, seperti penderita kanker yang harus mendapatkan perawatan serius. “Saya menyarankan kelompok domestik yang siap memainkan peranan mediator seharusnya menjadi sukarelawan,” pintanya. Dia justru tidak menyarankan pihak asing, terutama Amerika Serikat (AS), sebagai mediator. Ketika ditanya keterlibatan militer dalam politik, Thanasak mengungkapkan, Angkatan Darat tidak ikut berpihak pada salah satu kelompok politik. “Warna kita adalah abu-abu, itu bukan warna hitam dan warna putih,” jelasnya. Mengenai banyaknya korban dari para demonstran yang terluka karena serangan bom dan granat serta satu orang tewas, Thanasak menyatakan prihatin dan sangat khawatir konflik akan memburuk. Polisi menurutnya harus bertanggung jawab menjaga keselamatan para demonstran. “Saya masih memerintahkan tentara tidak membawa senjata agar tidak terjadi kekerasan,” katanya. Aksi kekerasan selama “shutdown” Bangkok terus berlanjut. Sebanyak 28 orang terluka dalam serangan granat di Monumen Kemenangan kemarin siang. Menurut para saksi mata, enam penyerang menggunakan sepeda motor melemparkan granat di belakang panggung orasi. Selepas melakukan aksinya, mereka melarikan diri dan langsung dikejar para demonstran oposisi. Menurut salah satu pemimpin oposisi yang berorasi di Monumen Kemenangan, Taworn Senneam, para penyerang bertujuan membunuhnya. Granat pertama yang dilempar memang mengarah ke tempat duduknya. “Saya tidak takut dibunuh,” katanya kepada The Nation. Sementara polisi belum mampu menangkap seorang pria bersenjata yang menembaki para demonstran pada Sabtu malam (18/1) di Lat Phrao, Bangkok utara. “Seorang pria berusia 54 tahun terluka setelah ditembak. Kondisinya telah membaik,” kata seorang pejabat polisi di Lat Phrao. Aksi ledakan juga terjadi di Chitlom, lokasi demonstrasi oposisi. ● andika hendra m http://www.koran-sindo.com/node/360042

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia