Konflik Suriah - Perundingan Jenewa II Ditunda

JENEWA — Utusan Liga Arab dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Lakhdar Brahimi mengungkapkan, konferensi perdamaian Suriah di Jenewa sepertinya akan ditunda hingga akhir tahun. Penundaan itu disebabkan adanya perpecahan pendapat antara berbagai kubu yang akan berpartisipasi dalam konferensi tersebut. “Kami berharap, saat ini kami akan mengumumkan tanggal konferensi pada hari ini (Selasa, 5/11). Sayangnya, kami tidak bisa. Kami masih berharap dapat menggelar konferensi sebelum akhir tahun ini,” kata Brahimi pada Selasa (5/11) waktu setempat, dikutip AFP. Pernyataan Brahimi itu dilontarkan setelah dia berdiskusi dengan para diplomat senior dari sejumlah negara di Jenewa. Pertemuan itu membahas persiapan konferensi internasional untuk mengakhiri konflik Suriah atau yang dikenal de-ngan nama Konferensi Jenewa II. Ketika disinggung mengenai penghalang utama dalam konferensi itu, Brahimi menyebutkan, perpecahan di kubu oposisi Suriah menjadi penyebab utamanya. Dia pun berharap agar oposisi Suriah dapat membentuk delegasi kredibel yang dapat mewakili kepentingan mereka dalam perundingan perdamaian. “Diperlukan langkah besar untuk menyusun konferensi dapat dilaksanakan,” ujar mantan diplomat Aljazair itu. Payung utama koalisi Suriah, Koalisi Nasional, berencana akan menggelar pertemuan di Istanbul, Turki, pada Sabtu (9/11) mendatang untuk memutuskan apakah akan menghadiri perundingan perdamaian atau tidak. Namun, anggota kunci kelompok itu telah mengancam keluar dari koalisi jika mereka tetap menghadiri konferensi di Jenewa. Apalagi, beberapa kelompok pemberontak memperingatkan, semua partisipan dalam perundingan itu dianggap sebagai pengkhianat. Kubu oposisi dan pemberontak meminta Presiden Suriah Bashar al-Assad harus mundur setelah perundingan itu. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh Damaskus. Pemerintahan Assad berulang kali menolak adanya permintaan prasyarat sebelum perundingan perdamaian digelar. Sementara, seorang pejabat senior AS mengungkapkan optimisme mengenai Konferensi Jenewa II. Dia yakin konferensi itu akan digelar pada akhir tahun ini. Namun, dia mengkhawatirkan perpecahan di kubu oposisi. “Ini berbicara mengenai membangun masa depan Suriah. Ini proses yang lama, sulit dan kompleks. Jika memang koalisi oposisi membutuhkan waktu untuk menyiapkan hal itu, kita mendukung mereka,” papar pejabat yang enggan disebutkan namanya. Momentum perundingan damai Suriah sedianya akan digelar setelah AS dan Rusia pada September lalu mencapai kesepakatan untuk menghancurkan senjata kimia Suriah. Namun, pada hari yang sama dengan diskusi di Jenewa, Duta Besar AS untuk PBB Samantha Power menyuarakan skeptisme dalam hal deklarasi senjata kimia kepada Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) dan pengecekan akurasinya. “Perlunya kerja lebih lanjut untuk menjamin semua daftar lokasi dan fasilitas senjata kimia Suriah telah dilaksanakan secara komprehensif. Proses tersebut juga tetap dilaksanakan ketika kita memasuki tahap penghancuran,” papar Power, dikutip Reuters. Skeptisme itu lahir, menurut Power, karena AS telah berhadapan dengan Suriah selama bertahun- tahun. Menurut para pejabat lain AS, Washington khawatir Assad tetap menyimpan beberapa cadangan senjata kimia. andika hendra m http://koran-sindo.com/node/342612

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia