Solusi Suaka Papua Nugini Berdampak Serius

SYDNEY – Kebijakan baru Pemerintah Australia untuk menempatkan para pengungsi di Papua Nugini ternyata telah berdampak langsung bagi para pencari suaka di Negeri Kanguru tersebut. Menteri Imigrasi Australia, Tony Burke, mengungkapkan kebijakan pemindahan para pencari suaka di Papua Nugini telah berdampak nyata mengurangi rencana kedatangan para manusia perahu itu. “Kebijakan itu telah berdampak serius,” kata Burke kepada Australian Broadcasting Corporation. Banyak kapal-kapal yang telah tiba di perairan Australia pada akhir pekan lalu telah mengetahui kebijakan baru tersebut. “Kita telah melihat laporan langsung di lapangan, baik dari manusia perahu atau orang yang sedang ingin naik kapal ke Australia,” terang Burke. Kementerian Imigrasi mengungkapkan 81 Iran yang tiba pada akhir pekan lalu telah diberitahu kalau mereka tidak akan ditempatkan di Australia. Banyak manusia perahu itu mengaku seharusnya tidak melanjutkan perjalanan ke Australia jika mengetahui perubahan kebijakan tersebut. Meski adanya pengetatan pengaturan para pencari suaka dari Australia, itu tidak mengurungkan niatnya untuk mencari peruntungan di negeri yang dianggap menawarkan harapan. Pasal, otoritas Australia telah menyebutkan mereka diminta mencari sebuah kapal nelayan Indonesia yang mengangkut 30 orang. Kapal itu dilaporkan hilang di Samudera Hindia di dekat Pulau Christmas. Sementara, kecaman terhadap Perdana Menteri (PM) Kevin Rudd tidak berhenti. “Sambut Pengungsi!” demikian tulisan poster yang ditulis oleh para aktivis. Mereka menolak kebijakan Rudd untuk menempatkan para pencari suaka di Papua Nugini. Amnesty International menyebut rencana itu sebagai Australia memutuskan untuk mengembalikan para pencari suaka ke negara negara yang mengerikan. Namun, Rudd tetap membela diri. Dia mengungkapkan kebijakan baru itu mendapatkan perhatian serius dari kalangan anggota parlemen di Partai Buruh. “Respon saya adalah tantangan kita untuk menghadapi banyaknya manusia perahu dalam jumlah besar harus segera ditangani,” kata Rudd dikutip AFP setelah menggelar pertemuan di kantor Partai Buruh. Rudd mengungkapkan kalau pencarian suaka di Australia telah menjadi industri. Banyak orang di seluruh dunia melihat prospek masa depan lebih baik ketika tinggal di Australia. Menjawab kritikan dari berbagai aktivis jika kebijakannya terlalu keras, Rudd mengungkapkan kebijakan itu sudah sesuai dengan etika. Dia mengungkapkan faktanya bahwa kamp pengungsi di negara lain tidak ada yang sebagai Australia dalam memberikan pelayanan. “Kita memiliki tanggungjawab etis untuk memperlakukan orang sebisanya kita. Itu berarti ketika orang datang ke pantai kita, kita akan bekerjasama dengan Papua Nugini untuk menangani para pencari suaka itu,” katanya. Australia merupakan tujuan utama manusia perahu terbesar di dunia. Kuator tahunan yang diberikan untuk pencari suaka adalah 20.000 orang. Sejak Januari lalu hingga sekarang, jumlah manusia perahu yang masuk ke Australia mencapai 15.600 orang. Rudd mengungkapkan kemungkinan datangnya pengungsi hingga mencapai 27.000 masih bisa terjadi. PM Rudd mengungkapkan orang berbisnis manusia perahu yang sebagai “saudagar kematian”. “Mereka ada saudagar kematian. Model bisnis itu harus dibongkar. Kebijakan kita salah satunya untuk menangani hal itu,” paparnya. Sementara, para pejabat Papua Nugini menyuara keprihatinan atas rencana tersebut. Pulau Manus yang dijadikan pusat penahanan para pencari suaka itu digunakan untuk menampung 3.000 orang. Mantan pemimpin oposisi Papua Nugini, Dame Carol Kidu mengungkapkan Papua Nugini merupakan negara berkembang yang tidak memiliki pelayanan yang bagus. “Kita tidak memiliki sistem yang mapan seperti di Australia,” kata Kidu. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia