Pemberontak Mundur dari Aleppo

ALEPPO – Pasukan pemberontak Suriah pada Kamis (9/8) waktu setempat harus keluar dari basis pertahanan di distrik Salaheddin, Aleppo. Kubu oposisi mundur karena serangan bertubi-tubi dari pasukan rezim Presiden Bashar al-Assad. Hujan artileri tak dapat dihindari oleh pasukan pemberontak. Mundur dianggap sebagao solusi. “Kita menerapkan taktir mundur dari Salaheddin. Distrik itu sekarang benar-benar kosong dari para pemberontak. Pasukan pemerintah kini terus bergerak menuju Salaheddin,” kata Hossam Abu Mohammed, komandan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA), dikutip AFP. “Para pejuang revolusi kini ditarik ke distrik Sukari. Mereka kini sedang menyiapkan serangan balik.” Abu Mohammed mengungkapkan artileri yang digunakan pasukan pemerintah itu berjenis thermobaric atau artileri yang memancarkan panas dan api. “Sebagian jumlah korban tewas adalah warga sipil, sedangkan pemberontak hanya 40 saja yang tewas,” katanya. “40 gedung rata dengan tanah.” Mundurnya para pemberontak dari Aleppo juga dilaporkan oleh stasiun televisi milik pemerintah. “Pasukan kita telah membersihkan distrik Saleheddin dari teroris,” demikian laporan mereka. Tapi, Rami Abdel Rahman, kepala Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), menyatakan para pejuang masih tetap bertahan di distrik dan siap untuk mati. Kemudian, Wassel Ayub yang memimpin Brigade Nur al-Haq, mengungkapkan FSA menarik mundur dan membentuk garda barisan di Saif al-Dawla dan Mashhad. Juru Bicara FSA Kassem Saadeddine mengatakan penarikan pasukan itu tidak berarti pemberontak meninggalkan Aleppo. “Kita memiliki rencana untuk kembali menguasai kota itu,” katanya dikutip BBC. Di Damaskus, sumber keamanan menyatakan pasukan pemerintah bergerak cepat di Salaheddin menuju Saif al-Dawla. “Pertempuran selanjutnya masih lebih besar. Kita akan terus menggencarkan serangan ke distrik Sukari,” ujar sumber yang enggan menyebutkan nama itu. Sementara itu, para diplomat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan mantan menteri luar negeri Algeria Lakhdar Brahimi ditunjuk sebagai utusan PBB dan Liga Arab untuk Suriah. Negoisasi masih terus berlnagsung mengenai peranan utusan itu dan bagimana PBB dapat bekerja di Suriah menyusul meningkatkan perang sipil. Padahal, mantan PBB di Suriah bakal berakhir pada 20 Agustus mendatang. Pengumuman resmi mengenai penunjukkan diplomat berusia 78 tahun itu bakal dilakukan pada awal pekan depan. “Kita yakin Brahimi bakal terpilih,” ujar salah satu diplomat PBB. “Dia merupakan pilihan Sekjend PBB (Ban Ki-moon) dan namanya bakal diumumkan pada pekan depan selama dia tidak menarik diri,” ujar sumber itu. Brahimi menggantikan Kofi Annan yang mundur sebagai utusan PBB-Liga Arab karena kurangnya dukungan internasional untuk mengakhiri kekerasan yang telah berlangsung selama 17 bulan. Jumlah korban tewas telah mencapai 20.000 orang. Bagaimana pengalaman Brahimi? Dia merupakan utusan PBB di Afghanistan sejak serangan 11 September 2001 dan utusan PBB di Irak ketika AS memimpin invasi pada 2003. Dia merupakan menteri luar negeri Algeria pada 1991 hingga 1993 dan pernah membantu mengakhiri perang sipil di Lebanon pada 1980an sebagai utusan Liga Arab. Setelah kegagalan kampanye perdamaian Annan, maka perdebatan antara negara-negara besar mengenai peranan utusan baru itu. Baik Annan dan Ban Ki-moon menganggap perpecahan kekuatan dunia di Dewan Keamanan PBB melemahkan rencana Annan. “Saya pikri ada model yang berbeda untuk utusan baru ini, termasuk peranan yang dimainkan,” ujar Duta Besar AS Susan Rice. Seorang diplomat PBB yang enggan disebutkan namanya mengatakan Dewan Keamanan kini sedang memutuskan apakah akan menerapkan rencana Annan. “Mungkin ada versi baru dengan nama baru,” katanya. “Semua elemen itu sedang didiskusikan,” imbuhnya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia