Kekhawatiran Perang Semakin Memuncak

TEHERAN – Ancaman serangan militer ke Iran semakin mengkhawatirkan rakyat Iran. Mereka memasuki era baru yakni perjuangan dan ketakutan.

Banyak warga Iran yang kini telah mempersiapkan kondisi terburuk jika negara mereka diserangan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Banyak sinyal yang telah menunjukkan bahwa Iran dalam posisi tersudutkan oleh AS dan sekutunya. Apalagi, pemerintah Iran yang tetap bersikeras mengenai program nuklir mereka menjadikan rakyat semakin bimbang.

Seperti, Maryam Sofi mengatakan Barat dan Iran telah mengunci diri dalam permainan yang berbahaya. “Saya tidak berpikir saat ini bahwa perang bakal pecah. Tapi, saya mempedulikan keluarga saya dan negara saya,” kata perempuan yang berprofesi sebagai dosen itu, dikutip Reuters. Ibu dua anak mengaku sulit tidak di malam hari karena membayangkan kerusakan dan darah jika Israel dan AS menyerang Iran.

Sebagian rakyat Iran juga telah memborong berbagai makanan dan minuman sebagai persiapan dan cadangan di rumah. “Beli dan simpan. Perang segera di depan mata!” demikian teriak Ali di salah satu pasar tersibuk di Teheran.

Ketegangan Iran dengan Barat semakin nampak setelah para mahasiswa Iran menyerang dua kompleks diplomatik Inggris di Teheran pada pekan lalu. Inggris, Prancis, Jerman, Italia, dan Belanda langsung menarik semua duta besar mereka. Eksodus para diplomat dan para pengusaha asing telah mulai membanjiri bandara di Teheran. “Orang asing telah meninggalkan Iran. Apakah ini sinyal bahwa mereka akan menyerang Iran?” tanya Mina, seorang guru.

Sebenar, AS dan Israel akan berpikir ribuan kali jika harus menyerang Iran. Apalagi, kedua negara itu belum memutuskan untuk menggunakan aksi militer. Tapi, AS dan sekutu tetap mengkhawatirkan jika Iran mengembangkan senjata nuklir.

Presiden AS Barack Obama pada Kamis (8/12) waktu setempat telah mengatakan bahwa AS masih mempertimbangkan segala opsi bagi Iran. Dia juga menegaskan, Washington akan bekerjasama dengan para sekutu untuk mencegah Teheran memiliki senjata nuklir. “Tidak ada opsi yang dilepas dari meja berarti saya mempertimbangkan segala opsi,” katanya.

Sanctions and diplomatic pressure still appear to be
Washington\'s preferred course of action. But Israel has been
sending mixed signals, unnerving Iranians.

Iran Pamer Pesawat Siluman AS

Iran pada Kamis (8/12) kemarin membuktikan bahwa mereka tidak berbohong atas penembakan pesawat mata-mata milik militer Amerika Serikat (AS). Mereka menayangkan pesawat tanpa awak itu di stasiun televisi milik pemerintah. Dalam tayangan itu, pesawat RQ-170 dalam kondisi bagus dan hanya mengalami kerusakan sedikit.

Pesawat tak berawak AS jatuh sekitar 225km dari perbatasan Afghanistan. Stasiun televisi Press TV Iran melaporkan bahwa pasukan Iran yang tergabung dalam perang elektronik mendaratkan pesawat tak berawak pada 4 Desember saat terbang di atas kota Kashmar.

Pesawat yang berwarna putih susu tampak diteliti oleh dua komandan pasukan elit Penjaga Revolusi. “Pesawat itu masuk dalam perangkat unit perangkap eletronik sehingga itu mampu mendarat dengan kerusakan minimum,” ujar Brigadir Jenderal Amir-Ali Hajizadeh yang memimpin unit antariksa Pasukan Penjaga Revolusi dikutip BBC.

RQ-170 memiliki lebar 26 meter dan panjang 4,5 meter serta dengan tinggi 1,84 meter. Hajizadeh mengatakan, para pakar Iran memanfaatkan teknologi informasi yang tak terharga nilainya dari pesawat itu. Sayangnya, dia tidak menjelaskan lebih detail.

Sementara media AS melaporkan adanya ketakutan di pihak AS bahwa Iran akan mampu mengakses dan membuat teknologi tingkat tinggi yang ada di dalam pesawat tanpa awak itu. Seorang pejabat AS yang enggan disebutkan namanya mengatakan AS meragukan bahwa Iran memiliki pakar yang mampu mengeksploitasi teknologi di dalam pesawat itu.

NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) sebelumnya mengatakan bahwa ada sebuah pesawat tak berawak yang tengah dalam misi terbang di kawasan barat Afghanistan akhir pekan sebelumnya yang kehilangan kontrol. The New York Times melaporkan pesawat tanpa awak kerap digunakan AS untuk mengumpulkan data mengenai program nuklir Iran. Selama ini AS dan sekutunya menuduh Iran secara rahasia membangun senjata nuklir - sesuatu yang dibantah Teheran.

Sementara itu, Media Iran pada Kamis (08/12) mengatakan bahwa kementerian luar negeri telah memanggil Duta Besar Swiss Livia Leu Agosti untuk menyampaikan protes keras atas invasi sebuah pesawat mata-mata AS ke dalam kawasan udara Iran. Washington tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Iran dan urusan AS di Iran selama ini dilakukan melalui kedutaan Swiss di Teheran. Sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Iran meminta agar ada penjelasan secepatnya dan meminta kompensasi dari Washington. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia