Teroris Norwegia Diancam 30 Tahun

OSLO – Ancaman hukuman teroris Norwegia Anders Behring Breivik selama 30 tahun penjara karena melakukan kejahatan melawan kemanusiaan.

Sebelumnya, ancaman hukuman terhadap Breivik adalah 21 tahun karena melakukan serangan teroris. Jaksa penunut Christian Hatlo mengatakan kepada harian Aftenposten bahwa dakwaan baru bisa jadi dimasukkan sesuai dengan Undang-Undang 2008.

“Polisi sejauh ini telah mengaitkan dengan Undang-Undang terorisme. Tetapi, mereka mencari tuduhan lain,” ujar Juru Bicara Polisi Sturla Henreiksboe kepada AFP. “Belum ada keputusan akhir yang bakal diambil.”

Polisi Norwegia pun merevisi jumlah korban tewas akibat tindakan brutal Breivik. Sebelumnya dilaporkan korban tewas mencapai 93 orang. Otoritas merevisi jumlah korban tewas itu menjadi 76 orang.

Pada persidangan yang digelar Senin (25/7) waktu setempat, Breivik sebenarnya ingin mengumumkan kepada publik mengenai penjelasan atas aksinya. Namun, hakim memerintahkan persidangan digelar tertutup. Hakim Kim Heger menyatakan berkilah itu dilakukan agar menghindari Breivik mengirimkan pesan kepada sekutunya.

Hakm Kim Heger memutuskan Breivik harus menjalani hukuman sementara selama delapan pekan. Dalam waktu itu, polisi diharapkan dapat melakukan investigasi klaim Breivik bahwa dia memiliki jaringan sekutu yang aktif.

Dalam konferensi pers, hakim mengatakan bahwa, Breivik ingin agar kolonialisasi Muslim di Eropa diakhiri. “Operasi itu tidak bertujuan untuk membunuh orang dalam jumlah besar, tetapi untuk mengirimkan pesan yang kuat yang tidak bisa disalahkan,” kata Heger.

Breivik mengungkapkan di depan persidangan bahwa dia memiliki sekutu dalam jumlah besar. “Dia (Breivik) telah membuat pernyataan yang membutuhkan penyidikan tambahan, ‘termasuk pernyataan mengenai dua sel dalam organisasi kita’,” kata Heger menirukan pernyataan tersangka.

Heger juga mengijinkan Breivik memberikan sejumlah keterangan namun dihentikan ketika mulai membacakan manifesto yang menebar kebencian. Hakim mengatakan Breivik berargumentasi tindakannya tersebut sebagai upaya untuk menyelamatkan Norwegia dan Eropa dari kolonialisasi Muslim dan ajaran Marxisme. “Dia mengaku kalau operasinya tidak ditujukan untuk membunuh banyak orang tetapi dia menginginkan kekalahan terbesar bagi Partai Buruh yang kini berkuasa di Norwegia, yang dia tuduh gagal dalam urusan imigrasi,” kata Heger dikutip dari BBC.

Heger juga menyatakan, tersangka mengakui semua tuduhan, tetapi dia tidak mau menyatakan diri bersalah. Jaksa Christian Hatlo dalam keterangannya mengatakan, Breivik mengaku dia tidak berkerja sendiri, setidaknya ada dua kelompok yang ikut menyokong serangan tersebut. “Dia tidak bisa sepenuhnya, dan saya tekankan sepenuhnya, mengindahkan keterlibatan kelompok lain atas apa yang terjadi,” katanya.

Kemudian, Hatlo mengatakan, Breivik mendeklarasikan dirinya “siapa untuk menghabiskan sisa hidupnya di penjara”. Breivik tampil dalam persidangan selama 40 menit. Jaksa Hatlo mengatakan saat di persidangan Breivik terlihat sangat tenang, seperti tidak terpengaruh atas kejadian yang dia lakukan, dan bersedia menjelaskan motif serangannya.

Sementara itu, pengacara Breivik, Geir Lippestad, kliennya diperkirakan bakal dibunuh oleh orang Norwegia yang marah. “Dia mengatakan berulang kali bahwa dia diperkirakan bakal ditembak mati,” ujar Lippestada kepada stasiun televisi NRK.

Sekeruman warga Norwegia yang marah menghina Breivik saat tiba di pengadilan. Mereka menyebut sebagai “pengkhianat” dan “pembunuh berdarah”. “Dia telah memperkirakan itu,” ujar Lippestad. “Dia memiliki persepsi yang benar-benar berbeda dibandingkan kita, contohnya dia berpikir bahwa penyiksaan bakal dialaminya di penjara di Norwegia.”

Menurut Lippestad, kliennya tidak terkejut dengan apa yang terjadi. “Dia bertindak dengan tenang,” katanya.

Diharapkan Bunuh Diri

Jens Breivik, ayah Anders Berhing Breivik, menyarankan kalau anaknya bunuh diri saja setelah membunuh 76 orang. “Saya pikir dia (Breivik) seharusnya menghabisi hidupnya sendiri dibandingkan membunuh banyak orang,” ujar Jens Breivik kepada TV2.

“Bagaimana mungkin ia hanya berdiri di sana dan membunuh begitu banyak orang tak bersalah,” kata Jens. “Tetapi, ketika saya berpikir apa yang terjadi, saya sangat putus asai,” katanya. “Saya tidak paham bagaimana sesuatu seperti itu bisa terjadi. Bukan orang normal yang melakukan itu.” “Dia menjadi seorang ekstrimis. Dia pasti mengalami sakit jiwa,” imbuhnya.

Ayah Breivik tinggal di Prancis selatan menjalani kehidupan pensiunnya. Jens menetap di Prancis setelah 30 tahun menjadi diplomat di London, Teheran, dan Paris. Ia dan istrinya bercerai pada 1980 ketika Anders baru berusia satu tahun.

Jens mengatakan, dia tidak pernah berhubungan dengan anaknya selama 15 tahun. “Saya merasa sakit dan malu. Saya akan menjalani ini hingga akhir hari-hari saya,” tambah Jens Breivik. Kini Jens berada dalam perlindungan polisi di rumahnya di Prancis. “Saya merasa buruk,” katanya. Secara pribadi Jens juga meminta maaf atas kondisi ini.

Aksi Kenang Korban

Warga Norwegia menggelar aksi damai mengenang serangan kembar yang terjadi pada Jumat (15/07) silam. Lebih dari 100.000 warga di Oslo berkumpul dan berdoa. Kebanyakan warga melambaikan bunga mengenang korban yang tewas akibat serangan kembar yang dilakukan Breivik.

Perdana Menteri Jens Stoltenberg dalam pidatonya mengatakan, dengan ikut serta dalam aksi ini, anda menyuarakan “ya” untuk demokrasi. Warga juga diminta untuk tidak terpengaruh atas serangan tersebut. Dia menambahkan kalau ini adalah 'aksi untuk demokrasi, aksi untuk toleransi, aksi untuk persatuan. Iblis bisa membunuh satu orang tetapi tidak pernah bisa mengalahkan warga,” kata Stoltenberg.

Sebuah upacara peringatan dilakukan sambil menyanyikan lagu anti “For Youth”. Sebelumnya, PM Stoltenberg juga memimpin upacara mengheningkan cipta selama satu menit mengenang para korban.

Puji Jepang

Dalam Manifesto ala Breivik setebal 1.500 halaman, pembunuh 76 orang itu ternyata menggambarkan Jepang sebagai contoh negara yang menjauhkan multikulturalisme. Seperti dikutip Kyodo, Jepang tidak mengijinkan banyak Muslim untuk bermigrasi, meski tidak larangan spesifik terhadap kelompok agama dan etnik tertentu.

Reuters menyebutkan imigrasi memang menjadi isu yang sensitif di Jepang. Kebanyakan warga epang menganggap membiarkan warga asing masuk ke Jepang justru meningkatkan angka kejahatan dan mengurangi kohesi sosial. Meski, Jepang harus menanggung akibat dengan semakin meningkatnya jumlah populasi orang lanjut usia.

Dalam manifestonya, Breivik juga menulis bahwa dia ingin bertemu dengan mantan Perdana Menteri Taro Aso, konservatif sayap kanan. Aso dikenal dengan semboyan, “satu bangsa, satu peradaban, satu bahasa, satu budaya dan satu ras” saat ini menjadi menteri kabinet pada 2005. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia