Presiden Yaman Tolak Mundur

SANAA – Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh pada Sabtu (26/30) waktu setempat menolak untuk mengundurkan diri. Dia justru menegaskan bahwa pemerintahannya dalam keadaan baik-baik saja. Apalagi, kata dia, partai berkuasa tetap mempertahankan masa jabatannya hingga 2013.

Salah yang telah berkuasa selama 30 tahun dan menjadi sekutu utama Amerika Serikat (AS) dalam memerangi Al-Qaeda, menghadapi demonstran selama dua bulan lamanya.
“Kami tetap tabah, kuat seperti gunung-gunung dan tidak akan goyah oleh demonstrasi-demonstrasi,” kata Saleh seperti dikutip dari AFP.

Saleh menegaskan hal tersebut di depan para kepala suka dan massa pendukung. Dia menegaskan, akan menyerahkan kekuasaan kepada “pemimpin yang dipilih rakyat”. “Kekuasaan yang sah akan kuat dan tabah dalam menghadapi tantangan-tantangan dan tidak akan mengizinkan satu kelompok minoritas kecil menguasai mayoritas rakyat Yaman,” tegas Saleh.

Saleh pun menegaskan, dirinya tidak perlu kekuasaan. “Kami perlu mendelegasikan itu ke tangan-tangan yang aman, dan bukan yang korup serta pendendam. Kalian satu-satunya (para pendukung Saleh) yang dapat melakukan pengalihan kekuasaan itu,” papar Abdullah.

Saleh juga menyatakan bahwa perang sipil membahayakan negara. Menurut dia, perang saudara memicu Yaman terbelah empat bagian. “Meskipun saya mundur dalam dua jam, oposisi tak serta-merta bisa mengatasi persoalan Yaman. Situasi Yaman bak bom waktu. Kalau tidak diperoleh banyuan dari Arab dan negara sahabat, perang saudara pecah,” katanya. Saleh melihat persoalan hanya bisa diatasi lewat dialog.

Partai pendukung Saleh, Kongres Rakyat Umum (GPC) menyatakan presiden harus tetap berkuasa. “Tidak bisa diterima dan tidak logis mengenyampingkan legalitas konstitusi atau minoritas memaksakan keinginannya terhadap mayoritas rakyat,” demikian keterangan partai berkuasa.

Juru bicara GPC Tareq al Shami menuding oposisi telah menutup pintu bagi dialog dan berusaha mengucilkan diri. “Kekuasaan hanya akan diserahkan kepada orang-orang yang dipilih rakyat melalui pemilu, satu-satunya jalan bagi satu peralihan kekuasaan secara damai,” kata Shami. Shami menegaskan, tidak adanya satu kesepakatan nasional, partai tetap mengikuti proses konstitusional, yang menetapkan pemilihan presiden tahun 2013.

Sebelumnya, Saleh dan perwira tinggi pembangkang Jendral Ali Mohsen al-Ahmar gagal mencapai kesepakatan dalam perundingan mengenai krisis politik Yaman. Pertemuan itu diadakan Kamis malam (24/3) di rumah Wakil Presiden Yaman Abdrabbo Mansur. “Perundingan itu tidak menghasilkan kesepakatan yang bisa meredakan krisis di Yaman,” ujar sumber tersebut. Jendral Ahmad adalah tokoh penting yang berpihak kepada demonstran yang berusaha menggulingkan Saleh dari kekuasaan.

Sementara itu, data kabel diplomatik Amerika Serikat yang dibocorkan WikiLekas menyebutkan Jenderal Mohsen telah mengendalikan militer Yaman. Mohsen juga disebut berambisi merebut kursi kepresidenan Yaman. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia