Korporasi AS Bantu Khadafi

TRIPOLI – Pemimpin Libya Muammar Khadafi mampu mengumpulkan kekayaan dengan bantuan negara dan pihak lain. Negara yang paling banyak memperkaya Khadafi justru Amerika Serikat (AS).

Perusahaan-perusahaan yang memperkaya Khadafi juga pengusaha-pengusaha asal Negeri Paman Sam itu. Salah satu kasusyangmenghebohkanterjadi pada 2009, ketika Khadafi memanggil 15 eksekutif dari perusahaan energi global yang beroperasi di Libya. Khadafi mengajukan permintaan tambahan yakni agar perusahaanperusahaan itu membiayai korbanatasaksitindakanterorisme.

Jika perusahaan tidak memberikan bantuan,para pejabat Libya mengancam, mereka akan mendapatkan konsekuensi serius. Shell mengucurkan USD1,5 miliar bagi para keluarga korban Pan Am 103 dan serangan teroris lainnya. Demi alasan kelanjutan bisnis, menurut para eksekutif industri, pejabat AS dan dokumen Kementerian Luar Negeri menyebutkan, banyak perusahaan memenuhi permintaan Libya tersebut.

Episode demi episode pun sepertinya sama.Para pejabat AS menyatakan bahwa setiap skenario yang dilakukan pejabat Libya identik dengan korupsi, serangan balik, taktik militeristik, dan patronase politik. Itu semua melengkapi ketika Washington membuka hubungan dagang dengan pemerintahan Khadafi pada 2004.

Harian ternama AS, New York Times,melaporkan bahwa perusahaan minyak, telekomunikasi, dan kontraktor yang bermain di pasar Libya selalu berhadapan dengan para loyalis Khadafi yang meminta “bonus tanda tangan”dan “konsultasi kontrak”dengan nilai jutaan dolar.Jika tidak,mereka bakal diancam senjata api. “Libya merupakan negara kleptomania di mana keluarga Khadafi dan sekutunya sering memainkan tindakan pemerasan terhadap perusahaan asing.

Selain itu, Khadafi, keluarga, dan sekutunya juga dapat membeli kekayaan, menjual, dan memiliki investasi,” demikian data kabel diplomatik Departemen Luar Negeri (Deplu) AS pada 2009 yang dibocorkan WikiLeaks. Kekayaan keluarga Kolonel Khadafi dan pemerintahannya terakumulasi berkat bantuan perusahaan internasional selama bertahun-tahun seiring dengan dibekukannya sanksi ekonomi dari Barat.

Dengan kekayaan mencapai puluhan miliar dolar tunai,Khadafi menggunakannya untuk membayar tentara dan para pendukungnya. Bagi Khadafi, rakyat pun tunduk kepadanya karena uang. Pada Mei silam pemerintahan Obama dan Khadafi menandatangani perjanjian perdagangan baru. Menurut Gene Cretz, Duta Besar AS untuk Libya, perjanjian itu untuk meningkatkan dan memperdalam hubungan ekonomi bilateral kedua negara. Data Deplu AS menyebutkan, secara pribadi Khadafi juga terlibat dalam berbagai keputusan bisnis.

Dia memanfaatkan dewan Riqaba, sebuah komite yang didirikan Pemerintah Libya dengan tujuan untuk membuat kesepakatan dengan perusahaan asing.Dewan tersebut mampu mengumpulkan uang senilai USD200 juta dari aktivitas itu. Khadafi juga telah berlatih bagaimana menyembunyikan uang dan investasinya selama bertahun-tahun.Ada pepatah mengatakan, sedia payung sebelum hujan.

Khadafi telah mempertimbangkan jika negaranya bakal mendapatkan sanksi dari AS dan sekutunya pada suatu hari nanti. Dan benar! Libya sekarang dibombardir oleh pasukan koalisi. Khadafi juga selalu mengajukan perusahaan milik putranya sebagai mitra bisnis perusahaan asing yang bakal berinvestasi di negaranya. Daniel E Karson, manajer eksekutif di Kroll, perusahaan konsultan risiko, mengatakan bahwa sebuah perusahaan komunikasi internasional ingin memasuki pasar seluler Libya pada 2007.

Tapi,menurut Karson, para pejabat Libya meminta agar perusahaan asing tersebut bermitra dengan perusahaan lokal yang dimiliki oleh Muhammad Khadafi,putra sulung pertama pemimpin Libya tersebut.“Saya menyarankan mereka tidak melanjutkan bisnis dengan keluarga Khadafi. Akhirnya, perusahaan itu pun membatalkan investasi,”katanya. Coca-Cola juga pernah ribut dengan Muhammad Khadafi hanya beberapa pekan setelah beroperasi pada 2005.

Anak Khadafi itu meminta Coca Cola menutup perusahaan selama beberapa bulan. Ancaman konfrontasi bersenjata pun dilakukan Muhammad Khadafi, anak tunggal Khadafi dari istri pertamanya, Fatima. Caterpillar, perusahaan pembuat alat berat berbasis di Illinois,AS, mendapatkan kesepakatan bisnis yang menguntungkan pada 2009.Caterpillar menyediakan perlengkapan infrastruktur dengan jaminan bekerja sama dengan perusahaan milik negara yang dikuasai Khadafi.

Occidental Petroleum, perusahaan minyak berbasis di California, pada 2008 memberikan USD1 miliar sebagai “bonus penandatanganan”kepada Pemerintah Libya sebagai kesepakatan perjanjian selama 30 tahun. Kemudian, Petro-Canada, perusahaan minyak terbesar di Kanada juga memberikan bonus senilai USD1 miliar.The Globe and Mail melaporkan, perusahaan tersebut juga meminta Jack Richards,konsultan bisnis yang dekat dengan Khadafi, untuk melancarkan semua kesepakatan dengan Libya. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/389199/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia