Khadafi Sulit Dikalahkan

TRIPOLI – Pemimpin Libya Kolonel Muammar Khadafi tetap berkuasa hingga sekarang karena militernya tetap memberikan dukungan setia kepadanya.

Di negara manapun, militer memegang peranan sangat penting dalam melanggengkan kekuasaan. Kuatnya dukungan militer menjadi penyebab Khadafi sulit digulingkan melalui aksi demonstrasi. Pembelotan kubu oposisi yang menguasai wilayah pinggiran Libya pun tidak menggeser sedikit pun cengkeraman Khadafi. Lantas bagaimana dengan aksi militer yang dikerahkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya? Menurut Jenderal Sir Richard Dannatt, Kepala Staf Gabungan Inggris pada 2006-2009, pasukan koalisi belum mampu menjawab satu pertanyaan besar ini, yang menjadi fondasi pertahanan Libya. “Apakah rakyat dan militer Libya menunjukkan loyalitas terhadap pemimpin yang eksentrik itu atau mereka memikirkan loyalitas terhadap negara mereka,keluarga,suku, rumah, dan mereka sendiri?” tanyanya seperti dikutip Telegraph.

Belajar dari pengalaman pendudukan pasukan koalisi di Afghanistan.Saat itu Taliban berjuang melawan pasukan koalisi NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) bukan karena jaringan Al-Qaeda semata. Namun, Taliban tidak mau tanah airnya diinjak-injak penjajah asing.Tidak bisa dipungkiri, pemikiran yang sama juga menghinggapi rakyat Libya. Pemetaan sikap nasionalisme rakyat Libya patut diperhitungkan. Itu menyangkut pihak yang bakal memenangkan perang. Selanjutnya,Dannatt mempertanyakan, apakah intervensi di Libya hanya untuk menyelamatkan oposisi Libya atau apakah aksi invasi itu termasuk terlambat? Namun, apapun hasilnya nanti, kalah atau menang, menurut Dannatt, tetap saja mayoritas komunitas internasional lebih mendukung kubu oposisi dibandingkan Khadafi.

Dalam taktiknya, pasukan koalisi pimpinan AS melakukan serangan udara terlebih dulu untuk menghancurkan semua pertahanan militer Libya.Yang menjadi penekanan, penyerangan dengan pesawat tempur dari berbagai negara membutuhkan koordinasi tingkat tinggi.Menurut Justin Crump, CEO Sibylline, konsultan keamanan dan intelijen, perencanaannya harus matang, jika tidak, akan menimbulkan friksi tersendiri. Serangan udara juga harus memperhatikan lingkungan udara di Libya.Militer Khadafi menggunakan teknologi tua dan hanya memiliki kesempatan kecil untuk melawan AS serta sekutunya.

“Meski demikian, satu hal yang harus diperhatikan adalah senjata antipesawat yang dimiliki Khadafi,”tutur Crump. Sementara menurut Jytte Klausen, Profesor Kerja Sama Internasional di Universitas Brandeis, jika Khadafi tetap bertahan, hasilnya Libya akan terpecah belah. “Nantinya, Libya bakal menjadi dua kota yang dipisahkan oleh pasukan penjaga perdamaian,” tutur Klausen. Dengan terpecahnya Libya menjadi dua,kekuasaan Khadafi bakal semakin lemah. Menurut Faysal Itani, Deputi Kepala Prediksi Timur Tengah dan Afrika Utara di Analisis Eksekutif, penggunaan senjata untuk membunuh rakyat sipil memang menghapuskan kemungkinan oposisi menggulingkan kekuasaan Khadafi.

“Pintu negosiasi benar-benar ditutup Khadafi,” ujarnya kepada Reuters. Lantas apa yang akan terjadi pada Khadafi setelah dikeroyok tentara AS dan sekutunya? “Kami pikir Khadafi bakal terbunuh atau bunuh diri atau minimal melarikan diri. Perang pun akan selesai,” tandas Itani. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/388263/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia