Mubarak Masih Dirindukan Rakyat

SHARM EL-SHEIKH (SINDO) – Tak semua rakyat Mesir membenci mantan Presiden Hosnis Mubarak. Sebagian yang menginginkan stabilitas dan keamanan justru merindukan diktator yang berkuasa 30 tahun tersebut.

Para pencinta Mubarak sebagian besar adalah orang yang bekerja di dunia pariwisata yang mendapatkan keuntungan melimpah selama kestabilan Mesir di masa Mubarak. Mereka umumnya tinggal di resor Laut Merah yang justru jarang melihat langsung sosok Mubarak. Banyak di antara loyalis Mubarak justru merasa berduka dengan berakhirnya kekuasaannya.

“Dia (Mubarak) merupakan orang yang baik meskipun dia tidak memiliki sensitivitas terhadap rakyatnya. Dia sering menggelar pertemuan dengan tokoh-tokoh dari luar Mesir, tetapi dia tidak pernah bertemu dengan kita.Dia dekat dan jauh pada waktu yang sama,” ujar Hisham Abbas, 28, pelaku bisnis wisata skuba di Sharm el-Sheikh. Foto-foto Mubarak dalam skala besar pun masih terpasang di jalanan menuju Bandara Sharm el- Sheikh.

Satu monumen yang menggambarkan Mubarak bersama Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Presiden Israel Shimon Peres, dan Pemimpin Palestina Yasser Arafat pada 1996 masih berdiri tegak. Mubarak beberapa kali menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi Timur Tengah di Sharm el-Sheikh. Namun,tak ada yang mam-pu menjadi solusi atas proses perdamaian di Timur tengah.

Mubarak hanya dianggap sebagai pemimpin yang ditakuti di Timur Tengah sehingga dianggap sebagai mediator konflik. Kota Sharm el-Sheikh sendiri berdiri atas kesepakatan perdamaian dengan Israel setelah mengembalikan Sinai ke Mesir pada 1982. Itu terjadi setelah Mubarak menjadi presiden.

Bagi sebagian warga Mesir, berkembangnya resor di kota wisata tersebut juga memberikan pencitraan mengenai citra Mubarak. Mubarak hanya melayani para pengusaha dan para miliarder yang ingin berlibur di Sharm el-Sheikh, sedangkan rakyat Mesir hanya menjadi penonton saja.“Dia melakukan banyak untuk para investor, tetapi bukan untuk rakyat yang pergi bekerja setiap hari,” kata Hassan Hussie,pengemudi taksi.

Sharm el-Sheikh dikepung oleh gurun berbatu dengan udara yang hangat, laut yang menyejukkan dari Laut Merah. Lalu hamparan pantai, hotel, kasino, resor, dan lapangan golf yang mampu menyedot 12,5 juta wisatawan ke Mesir pada 2009. Sayangnya, penduduk asli Sharm el-Sheikh, Bedouin, hanya menjadi orang terpinggirkan. Pasalnya, sebagian besar pekerja restoran dan hotel berasal dari luar wilayah tersebut.

Menurut Yayasan Komunitas Sinai Selatan,sebagian Bedouin tinggal di daerah pedalaman dengan pendapatan per kapita kurang dari satu dolar per hari. Orang Mesir dari berbagai penjuru bekerja di toko suvenir dan kafe-kafe. Hisham Abbas mengungkapkan, banyak pria muda Mesir yang menggoda perempuan asal Eropa yang membutuhkan energi baru.

Kata dia,para pemuda yang tergiur dengan kenikmatan dunia sementara itu hanya ingin mendapatkan prospek ekonomi yang lebih baik.“Ini adalah surga, tetapi mereka akan meninggalkannya jika memiliki kehidupan yang lebih baik,”kata Abbas. Menariknya,meski demonstrasi yang mampu menggulingkan Mubarak menyebar di Mesir,tetapi tidak sampai menyentuh Sharm el- Sheikh.

Pasalnya, para pekerja pariwisata tidak ingin membuat takut para wisatawan meskipun mereka sebenarnya sangat frustrasi karena demonstrasi mengepung Bukit Sinai. “Mubarak melakukan sesuatu yang baik,tetapi pada akhir pemerintahannya dia justru merusak negaranya,” kata Ahmed, 30, pemilik toko suvenir. Kemarin, seorang remaja Kairo menemukanpatungFiraun Akhenaton yang sangat berharga.

Patung itu ditemukan ABG berusia 16 tahun di dalam tempat sampah di dekat Lapangan Tahrir setelah dicuri dari Museum Mesir saat terjadi demonstrasi antipemerintahan sejak 25 Januari hingga 12 Februari lalu. Selama demonstrasi berlangsung, museum itu kehilangan beberapa artefak penting, termasuk patung Raja Tutankhamun dan Firaun Akhenaton. Setelah menemukan patung, remaja itu membawanya pulang.

Saat itulah pamannya,Sabri Abdelrahman, seorang dosen di Universitas Amerika di Kairo, mengenali patung itu dan mengembalikannya kepada aparat berwenang yang kemudian menyerahkannya kepada museum. “Patung itu adalah salah satu patung tercantik Akhenaton yang memamerkan keterampilan seniman Mesir pada saat itu,” papar Direktur Museum Mesir Tarek al- Awadi.

Patung itu akan diperbaiki terlebih dahulu sebelum kembali dipamerkan di museum. Akhenaton adalah penguasa dinasti pada abad ke-13.Tahun lalu, Mesir mengungkapkan tes DNA mengonfirmasi bahwa dia adalah ayah Raja Tutankhamun. (AFP/Rtr/CBS/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/382537/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia