WNI Diimbau Tidak Melawat ke Mesir

JAKARTA(SINDO) – Pemerintah mengimbau warga negara Indonesia (WNI) meninjau kembali rencana berkunjung ke Mesir mengingat memanasnya situasi politik di negeri itu.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menjelaskan imbauan itu terkait dengan perkembangan politik di berbagai kota di Mesir yang memanas sehingga kurang kondusif dan menimbulkan kekhawatiran. “Kepada seluruh WNI yang merencanakan untuk berkunjung ke Mesir dalam waktu dekat diimbau untuk meninjau kembali rencana kunjungannya hingga situasi di Mesir kembali normal,” tulis rilis Kemlu yang diterima SINDO tadi malam.

Kemlu meminta WNI yang tinggal di Mesir, baik sebagai pengunjung sementara maupun yang menetap, untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan menghindari kerumunan massa dan daerahdaerah yang rawan tingkat keamanannya. Mereka juga diminta untuk terus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo. Kemlu mencatat sekitar 6.100 WNI yang tinggal di Mesir.

Sejumlah negara juga telah memerintahkan warga negaranya untuk meninggalkan Mesir.Turki bahkan telah mengirimkan pesawat khusus untuk mengevakuasi warganya yang tinggal di Mesir. Amerika Serikat (AS), sekutu dekat Mesir,juga telah meminta warga segera meninggalkan Mesir. Sementara itu, dari Kairo dilaporkan warga Mesir makin terisolasi setelah pemerintah Presiden Hosni Mubarak menutup jaringan internet dan telepon untuk meredam aksi unjuk rasa yang telanjur meluas di seluruh negara.

Kemarin Pemerintah Mesir juga menutup biro stasiun televisi Al- Jazeeradi Kairo.“Al-Jazeeramelihat tindakan ini didesain untuk menahan dan menekan kebebasan melaporkan informasi terbaru bagi jaringan televisi dan para jurnalisnya,” demikian keterangan resmi Al-Jazeera. Jaringan Al-Jazeera berbahasa Arab telah mati di Mesir sejak kemarin malam waktu setempat. Tapi, Al-Jazeera berbahasa Inggris masih bisa dinikmati rakyat Mesir.

Memang Menteri Informasi Mesir Anas al-Fikki mengeluarkan perintah penghentian operasi stasiun televisi Al-Jazeera. Itu karena Al-Jazeera merupakan salah satu stasiun televisi yang menyiarkan kerusuhan antipemerintah. Meski mendapatkan tekanan dari pemerintah Mesir, Al-Jazeera tetap akan melanjutkan laporan dan peliputan kerusuhan di Mesir. Sementara itu, ribuan tahanan di Mesir kemarin melarikan diri dari penjara di berbagai penjuru negara tersebut.

Aksi itu memperkeruh suasana demonstrasi yang kemarin memasuki hari keenam. Penjara Wadi Natrun di utara Kairo, tempat banyak tahanan politik Islam, juga dihebohkan dengan banyaknya tahanan yang melarikan diri. Puluhan tahanan lain di Penjara Fayum, selatan Kairo, juga melarikan diri setelah seorang petugas polisi dibunuh. Seorang petugas melaporkan kepada AFPbahwa delapan tahanan tewas dalam kerusuhan di Penjara Abu Zaabal di timur Kairo.

Di Kantor Gubernur Faiyum,yang terletak sekitar 81 mil (130 km) sebelah barat daya Kairo, orang bersenjata tak dikenal menembak mati kepala sebuah penjara lokal, membebaskan beberapa ratus tahanan. Persaudaraan Muslim menyatakan 34 anggotanya berhasil melarikan diri dari penjara, termasuk tujuh pemimpin gerakan oposisi tersebut. Sedikitnya 102 orang tewas,kemudian 33 di antaranya pada Sabtu (29/1).

Lebih dari 10 dilaporkan tewas di sekitar Kota Beni Sueif, 140 km (85 mil) di selatan Kairo, menjadikan korban tewas di sana mencapai 22 setelah para pemrotes berusaha membakar sebuah kantor polisi. Untuk mengantisipasi situasi yang makin buruk, AS telah mengirimkan dua kapal laut lengkap dengan seribu personel marinir ke Mesir guna menjalankan proses evakuasi warganya. (maesaroh/ andika hm/ AFP/Rtr/BBC/Al-Jazeera)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/379106/38/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia