Alam Semesta Berbentuk Datar?

Para peneliti tengah mengembangkan sebuah teknik sederhana yang mampu menambah bukti terhadap teori bahwa alam semesta ini adalah datar.

Metode yang dikembangkan ide 30 tahun lalu mampu menguak “energi gelap” yang membuat tiga perempat alam semesta. Kajian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature. Dalam penelitian menggunakan data yang data dan bergantung pada asumsi yang sedikit.

Peneliti Christian Marinoni mengatakan ide tersebut berasal karena estimasi bagian alam semesta seperti pelajaran geometri pada sekolah dasar. Ide bahwa bumi adalah datar dipelopor para filosof pada perkembangan awal. Kemudian, pertanyaan mengenai apakah alam semesta ini datar juga masih menjadi topik yang diperdebatkan.

Pendapat yang menyebutkan bahwa alam semesta berbentuk kurva merupakan dampak dar para astronom yang memandang dari sudut pandangan kosmos. Teleskop yang berada di bumi mampu melihat sebuah gambar yang berbeda dar obyek sebenarnya karena pengaruh struktur antariksa dan faktor cahaya yang mempengaruhinya.

Model terbaru tersebut menunjukan bahwa kosmos hanya memiliki peranan 4% dari pembentukan alam semesta. Hal itu dianggap normal. Namun, hanya bintang dan planet saja yang dianggap akrab karena mampu dilihat langsung oleh manusia.

Selain itu, alam semesta juga terdiri zat gelap dan energi gelap. Disebut gelap karena mereka tida dapat diserap, dipancarkan, dan memancarkan cahaya seperti zat pada umumnya. Jadi, zat gelap dan energi gelap itu pun sulit untuk dilihat.

“Permasalahan saat ini adalah kita tidak dapat melihat energi gelap karena tidak mampu memancarkan cahaya, sehingga kita tida dapat mengukurnya dengan mesin baru, atau pun teleskop baru,” ujar Profesor Marinoni. “Kita mendesain bingkai matematik yang mampu menggali lebih lanjut misteri ini,” ujarnya.

Teknik bingkai matematika itu dikenal pertama pada kali pada 1979 oleh para peneliti di Universitas Princeton dan Berkeley di AS. Teknik tersebut mampu memberkan gambar yang terdistorsi oleh cahay dan mampu menangkap zat gelap, dan energi gelap.

Dari teknik tersebut terungkap bahwa komposisi energi gelap mencapai 70% alam semesta yang diketahui manusia. Energi gelap itu dipercaya sebagai sumber ekspansi kosmos. Energi gelap juga dipercaya meliputi pembentukan antariksa.

“Dalam relativitas umum, ada hubungan langsung antara geometri dan dinamika,” ujar Marinoni. “Anda pun bisa mengukur materi yang berlimpah dan energi di alam semesta, dengan informasi langsung dar bentuk geometrinya seperti yang dipelajari di sekolah,” imbuhnya. Tim peneliti pun menyimpulkan bahwa alam semesta ini adalah datar. (BBC/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia