Wabah Kolera Terus Makan Korban

PORT-AU-PRINCE (SINDO) – Epidemi kolera di Haiti kemarin terus memakan korban dan data menunjukkan jumlah korban tewas lebih dari 253 orang dan 3.115 orang telah terinfeksi virus mematikan itu.

Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Haiti Gabriel Thimote menyatakan, 33 korban tewas dalam kurun waktu 24 jam.“Kami telah mendata sejumlah korban tewas dan dirawat di rumah sakit,” katanya. Jumlah korban tewas sejak penyakit ini merebak mencapai 253 orang dari 3.115 orang yang terserang.

Menurut otoritas kesehatan Haiti, keseluruhan korban berada di daerah Artibonite. Sedangkan Direktur Kesehatan Regional Dieula Louissaint menekankan pentingnya isolasi pasien agar tidak menyebarkan penyakit tersebut. “Kita tidak dapat melanjutkan perawatan korban kolera dengan sistem seperti ini di mana kita melihat pasien lainnya yang tidak terjangkit kolera,” papar Louissaint.

“Kita membutuhkan pusat perawatan khusus,”imbuhnya. Sekitar 3.000 orang tengah dirawat di rumah sakit dan pusat kesehatan di kota Saint-Marc, sebuah kota yang ditempuh beberapa jam dari ibu kota Haiti. Lebih dari 50 tahanan penjara di Haiti juga tengah terinfeksi dan tiga orang telah tewas.

Sementara itu,Juru Bicara Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Koordinasi Hubungan Kemanusiaan di Haiti Imogen Wall menyatakan bahwa lima kasus kolera di ibu kota Haiti sangat memprihatinkan. Dia menegaskan, Port-au-Prince masih aman. “Meski ada lima pasien kolera di ibu kota, bukan berarti Port-au- Prince terserang wabah kolera,” ucapnya.Hal itu karena sistem PBB berjalan dengan baik meski perkembangannya sangat mengkhawatirkan.

Menurut Wall, hal yang paling tepat adalah menyiapkan rencana untuk menghadapi skenario terburuk. Dia menuturkan,organisasi kemanusiaan telah membangun fasilitas untuk merawat pasien dan mengirim lebih banyak dokter ke wilayah yang terinfeksi kolera. Kini pejabat kesehatan sedang bekerja keras agar kolera tidak menyebar ke Port-au-Prince.Di ibu kota tersebut ribuan orang masih tinggal di tenda darurat akibat gempa bumi pada Januari silam.

Para petugas juga menyiapkan sanitas dan teritorial karantina di ibu kota tersebut. Sementara itu,Koordinator Kemanusiaan PBB Nigel Fisher menyatakan, pihaknya sangat serius menghadapi wabah yang mematikan itu. “Kita harus serius menangani epidemi ini meski hal tersebut tidak pernah kita harapkan,” katanya.

Kini PBB mendirikan pusatpusat pengobatan di kawasan terisolasi, daerah terburuk di Provinsi Artibonite dan ibu kota Portau- Prince. Dua kawasan itu yang paling parah terserang kolera. Presiden Rene Preval pada Minggu (24/10) mengunjungi Saint- Marc, kawasan pantai di Artibonite yang menjadi pusat serangan kolera. Di Saint-Marc kini sejumlah rumah sakit kekurangan ruangan dan fasilitas untuk menangani pasien serangan kolera dan penyakit lainnya.

Sebagian dari mereka terpaksa dirawat di luar ruangan karena tak ada tempat. Dr John Fequere mengatakan, rumah sakit yang dipimpin di Marchand Dessalies kini berjuang keras mengatasi pasien penyakit. “Kami berjuang keras merawat masyarakat, namun kekurangan obat-obatan dan peralatan medis lainnya. Kami memberikan sesuatu sesuai yang kami punya, namun banyak pasien yang meninggal,” ungkapnya.

Kebanyakan pasien yang sakit akibat minum air dari saluran air yang tidak bersih. Sungai Artibonite yang menjadi irigasi di Haiti telah terkontaminasi. Berulang kali Menteri Kesehatan Alex Larsen mengimbau masyarakat agar mencuci tangan dengan sabun, tidak memakan sayuran mentah, memasak makanan dan merebus air, serta menghindari mandi dan minum air sungai.

Meski begitu, Menteri Luar Negeri Haiti Marie mengatakan bahwa wabah kolera hanya terjadi di wilayah utara Artibonite dan bagian dari dataran tinggi pusat. Dia juga menegaskan, mereka yang berada di lokasi kejadian dapat mengendalikan situasi. (Rtr/AFP/BBC/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia