Dubes yang Dekat dengan Tokyo


MACKENZIE Clugston bukan orang baru dalam barisan pemerintahan Kanada.Clugston mulai bergabung dengan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Internasional Kanada pada 1982.

Tiga tahun kemudian, dia dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai Atase Hubungan Masyarakat dan Komisioner Perdagangan di Tokyo, Jepang.Posisi ini dipegang Clugston selama dua kali masa jabatan. Pada 2000, beliau diangkat menjadi Konsul Jenderal di Osaka sebelum akhirnya kembali ke Tokyo pada 2003.Saat itu,peraih gelar sarjana Jurusan Administrasi Publik, Universitas Queen’s tersebut menjadi Wakil Duta Besar di Kedutaan Besar Kanada di Tokyo. Selain Jepang,lelaki yang suka berpetualang bersama keluarga ini pernah menjabat beberapa posisi di Ottawa,Kanada,termasuk dalam Gugus Tugas Afrika bagian Selatan serta Divisi Urusan Keuangan dan Investasi Internasional.

Selain itu, penerima gelar S-1 dari Universitas Trent tersebut juga sempat ditugaskan di Divisi Kebijakan Perdagangan dan Ekonomi Amerika Serikat serta Divisi Hubungan Ekonomi Internasional. Pada 1997, Clugston bertugas di Kantor Dewan Penasihat Perdana Menteri dan Kabinet (Privy Council) sebagai penasihat kebijakan. Jabatan terakhirnya di tempat itu adalah Direktur Jenderal Biro Penugasan dan Manajemen Eksekutif. Bertahun-tahun di Negeri Matahari Terbit membuat Clugston fasih berbahasa Jepang. Dia juga lancar bercakap-cakap dalam bahasa Inggris dan Prancis.Lelaki ini kerap berlibur di beberapa pulau di Indonesia, seperti Sulawesi dan Papua. Dia senang menikmati keindahan alam bersama dengan istri,Paula Bowers, dan dua putranya, Angus dan Duncan.

Clugston merupakan sosok yang perhatian pada persoalan pendidikan. Dia ingin pelajar Indonesia dan Kanada bisa maju bersama. Itulah sebabnya dia kerap mengunjungi beberapa institusi pendidikan yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Mei lalu, misalnya dia bertandang ke Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta. Lewat kunjungan tersebut, Dubes Clugston mengajak para mahasiswa Kanada untuk bergabung dalam program DREAM yang diprakarsai Kantor Urusan Internasional UGM.Clugston yang tampak bersemangat menambahkan, dia akan mengundang mahasiswa Kanada di Asia untuk berpartisipasi dalam program DREAM.

Saat ditemui harian Seputar Indonesia (SI), Clugston sempat mengisahkan tentang mahasiswa Indonesia yang belajar di Kanada. “Jumlahnya memang sedikit, tapi mereka adalah kelompok yang aktif,”katanya. Menurut data statistik Kedubes Kanada di Jakarta pada 2008,jumlah mahasiswa Indonesia di Kanada mencapai 1.200 orang. Clugston berharap, mahasiswa Indonesia di Kanada terus mempererat hubungan dengan mahasiswa Kanada. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kanada menawarkan salah satu standar kualitas hidup tertinggi di dunia.Selain itu, mutu pendidikan tinggi di Kanada pun tergolong tinggi.Alasan inilah yang barangkali membuat mahasiswa Indonesia memilih belajar di Kanada.

Ditambah lagi, Kanada merupakan negara yang multikultural, seperti Indonesia.Kondisi ini memudahkan mahasiswa asal Indonesia beradaptasi di lingkungan barunya. Dalam wawancara Rabu (23/6), Clugston berkali-kali menyebut Canadian International Development Agency (CIDA). Lembaga ini merupakan sarana utama bantuan pembangunan resmi Kanada ini diperuntukkan bagi negaranegara sedunia. Program CIDA dipusatkan pada enam prioritas, yaitu pemerintahan yang demokratis, pembangunan sektor swasta, kesehatan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, juga pelestarian lingkungan hidup.

Secara khusus, CIDA berkomitmen mendukung pembangunan berkelanjutan, mengurangi kemiskinan serta mengulurkan bantuan kemanusiaan demi dunia yang lebih aman,adil dan makmur. (anastasia ika/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/333955/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia