Sanksi Baru untuk Iran Dibahas

WASHINGTON(SI) – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton menuding Iran mencoba membelokkan tekanan terhadap isu nuklir.


Hillary menegaskan, rencana sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terhadap program nuklir Iran telah dikomunikasikan dengan semua 15 anggota Dewan Keamanan. Hillary juga mengungkapkan, lima anggota Dewan Keamanan yang memiliki hak veto telah sepakat terhadap draf resolusi sanksi tersebut.Sanksi itu berupa inspeksi kargo kapal dan pengawasan transaksi perbankan.Selain itu,AS juga mengusulkan pelarangan investasi Iran dalam sejumlah kegiatan nuklir di luar negeri dan penjualan senjata dan perlengkapan perang.

Selanjutnya, draf tersebut mengekang Iran agar tidak terlibat dalam kegiatan yang terkait dengan rudal balistik, yang mampu membawa hulu ledak nuklir.Bahkan AS pun mencampuri Garda Revolusi dengan pembatasan otoritas dan pembekuan aset-asetnya karena disinyalir mengendalikan sejumlah perusahaan. Satu hal yang positif adalah memuat paket insentif bagi Iran, bila bersikap kooperatif dengan pengawas nuklir dan tuntutan internasional. Hillary mengatakan Amerika, Rusia dan China telah menyetujui rancangan resolusi PBB untuk memberikan sanksi lebih lanjut kepada Iran. “Pengumuman ini merupakan jawaban meyakinkan atas langkah-langkah Teheran selama beberapa hari terakhir,” papar Clinton di depan anggota Senat.

Dia juga telah menghubungi mitranya dari Rusia,Sergei Lavrov mengenai kesepakatan resolusi itu. Anehnya, ketegasan AS tersebut setelah Iran sepakat pertukaran bahan bakar nuklir. Sebelumnya, kementerian luar negeri Iran mengatakan negeri itu siap mengirim 1.200 kg uranium dengan pengayaan rendah ke Turki untuk kemudian ditukar dengan bahan bakar reaktor.Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang membantu merundingkan kesepakatan,menyerukan kepada dunia untuk mendukung perjanjian. Langkah itu didukung China dan Rusia. Iran sangat berharap dunia akan memberikan respons positif terhadap kerjasama baru tersebut. Sementara itu, Duta Besar China untuk PBB, Li Baodong, mengungkapkan tujuan sanksi baru untuk memaksa Iran menuju meja perundingan.“Sanksi itu seharusnya tidak memaksa Iran untuk jujur dan tidak merusak perdagangan yang telah berjalan normal,” tambahnya.

Sedangkan Duta Besar Rusia untuk PBB,Vitaly Churkin, menggambarkan draf resolusi tersebut “cukup seimbang”.“Itulah kenapa kami sepakat dengan teks keseluruhan setelah berdiskusi panjang dan mengoreksi proposal sementara. Akhirnya,kami menyatakan draf itu cocok,” ujar Churkin dikutip dari kantor berita Itar-Tass. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran,Manouchehr Mottaki, mengaku terkejut dengan draf resolusi sanksi yang telah disepakati negara-negara Besar. “Anda yakin,” demikian jawab Mottaki ketika ditanya reporter Reuters mengenai reaksi draf resolusi itu. “Jangan anggap itu sebagai hal serius,”tambahnya.Sedangkan penasihat senior Presiden Iran, Mojtaba Samareh-Hashemi, mengatakan draf resolusi yang dibahas di PBB tidak memiliki legitimasi. Dewan Keamanan PBB sudah tiga kali menjatuhkan sanksi kepada Iran menyangkut program nuklir mereka.

Sanksi terakhir dijatuhkan pada Maret 2008 silam. Saat itu, PBB memerintahkan inspeksi atas semua kargo yang dicurigai memuat barang-barang terlarang di pesawat maupun kapal yang dimiliki atau dikelola oleh perusahaan Iran. Barat menuduh Iran mengembangkan senjata nuklir.Sementara Teheran menegaskan membutuhkan nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik di Negeri Para Mullah yang terus meningkat. (Rtr/BBC/Al Jazeera/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/325478/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia