Faysal Gouia; Kagumi Sosok Gus Dur


DUTA Besar (Dubes) Tunisia untuk Indonesia Faysal Gouia ternyata menyimpan kekaguman pada sosok mendiang Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur. “Dia sosok yang hebat,”ungkapnya.

Di ruang kerjanya,dia menyimpan sebuah buku tentang Gus Dur. “Ya,saya suka buku ini,”kata Gouia sambil menunjukkan buku berjudul AbdurrahmanWahid: Muslim Democrat, Indonesian President, yang ditulis penulis asal Australia, Greg Barton. Di mata Dubes yang telah empat tahun bertugas di Indonesia ini, Gus Dur adalah sosok yang istimewa.“

Almarhum Gus Dur selalu menerima orang lain tanpa memedulikan perbedaan,”ujarnya. Gouia mengaku belum pernah mendengar siapa sosok Gus Dur sebelum mantan Ketua PB NU itu dilantik menjadi presiden. Bagi Gouia, Gus Dur adalah sosok yang mendorong integritas.“Dia adalah orang pertama yang berhasil menyatukan Indonesia,”ungkapnya.

Dia berharap,masyarakat Indonesia bisa melanjutkan perjuangan Gus Dur. “Dialah yang membangun pikiran baru orang Indonesia. Dia memiliki pengaruh yang besar,” tandasnya. “Kita bangga pernah memiliki sosok seperti Gus Dur,”ungkapnya.Terlepas dari kekagumannya kepada Gus Dur, Gouia adalah sosok yang senang mencermati perkembangan kebudayaan Indonesia.

Menurut dia,Indonesia memiliki kekayaan budaya yang sangat menarik. “Di Indonesia, tiap wilayah selalu memiliki ciri khusus,”ujarnya. Kekayaan alam dan budaya Indonesia seharusnya tidak ditinggalkan begitu saja oleh masyarakatnya. Menurut Goia,masyarakat Indonesia hendaknya melestarikan tradisi dan kesenian negerinya sendiri. “Jangan pernah meninggalkan akar kebudayaan negeri sendiri,”pesannya.

Pesan khusus ini ditujukan bagi kaum muda.Di mata Gouia,generasi muda memiliki potensi untuk mengembangkan kebudayaan. “Anak muda punya ide yang brilian. Mereka pasti bisa memajukan kebudayaan,”ujarnya berharap. Menurut dia,pendidikan kebudayaan memiliki peran penting untuk memajukan hubungan kerja sama antar negara.

Seperti dituturkan Gouia,Tunisia dan Indonesia menggalang kerja sama edukasi sejak tahun 1980-an, yakni lewat program beasiswa. Jumlah mahasiswa yang belajar di Tunisia antara 30–40 orang. Jumlah ini memang kecil, namun signifikan. Mereka menempuh pendidikan perguruan tinggi hingga level Doktoral, sebagian besar belajar di jurusan keagamaan di perguruan tinggi religius.

“Mahasiswa Indonesia yang belajar di Tunisia layaknya bagian dari Tunisia itu sendiri,” ujuarnya. Gouia menambahkan, mahasiswa tersebut adalah duta Tunisia di Indonesia.“Mahasiswa inilah yang memperkenalkan kebudayaan Tunisia di Indonesia,”paparnya.

Gouia telah empat tahun berada di Indonesia.Dia mengaku menyukai negara yang dilintasi garis khatulistiwa ini.Untuk menikmati Indonesia, Gouia tak jarang meluangkan waktu senggang untuk menyelam (diving). Beberapa laut di Indonesia sudah pernah dia jelajahi, termasuk Bunaken, di Sulawesi Utara.Namun,Lombok membuatnya sangat terkesan.“Lombok itu sangat cantik,”paparnya.

Selain senang bertutur tentang kebudayaan, Gouia juga selalu antusias saat berkisah tentang perkembangan negaranya, Tunisia. “Kami (Tunisia) berambisi untuk menjadi salah satu anggota negara maju,”paparnya. Ambisi ini bukan sekadar katakata belaka.Tahun ini, bertepatan dengan peringatan 50 tahun kemerdekaan, Tunisia berhasil meraih berbagai kemajuan dalam berbagai sektor, di antaranya ekonomi, pendidikan dan pariwisata.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Tunisia adalah negeri yang stabil,” tandas Gouia. Tunisia memang negara yang stabil.Walaupun sempat dibayangbayangi kekuasaan Prancis, tapi Tunisia sanggup berdiri dan membangun kekuatan baru.Tunisia merupakan sebuah negara yang bekerja.“ Di Tunisia,semua orang bekerja keras dan berusaha membangun negara, di segala aspek secara menyeluruh,” kata Dubes Tunisia.

Gouia merupakan sosok yang lekat dengan alam.“Saya selalu suka berdekatan dengan alam,” tuturnya. Kawasan Tunisia bersentuhan langsung dengan pantai sehingga masyarakatnya punya hubungan yang dekat dengan alam. Dia ingin masyarakat perkotaan, seperti di Jakarta juga mengupayakan aktivitas serupa.

“Cobalah berdekatan dengan alam. Jangan ciptakan batas dengan pantai,” pesannya.“Orang Tunisia senang berjalan-jalan di tepi pantai tanpa pembatas apapun.Anda bisa bernapas lebih lega saat berdekatan dengan alam,”paparnya. (anastasia ika/andika hm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia