Memanfaatkan Peluang sebagai Minoritas di AS


PERKEMBANGAN jumlah pemeluk Islam di Amerika Serikat (AS) sangat cepat dan sebagai minoritas, Muslim Amerika memiliki banyak tantangan sekaligus kesempatan.

Inilah sari pati pemikiran cucu pendiri komunitas Muslim Afro- Amerika terbesar di Paman Sam, The Nation of Islam,Leila Muhammad. Gerakan The Nation of Islam didirikan oleh kakek Leila, Elijah Muhammad,dan hingga kini pengaruhnya masih sangat besar di Amerika. ”Saya lahir dari keluarga Muslim.

Ayah saya adalah WD Muhammad. Kakek saya adalah Elijah Muhammad yang merupakan pendiri The Nation of Islam yang berdakwah sejak tahun 1930-an,” papar Leila dalam wawancara khusus dengan Seputar Indonesiakemarin. Menurut Leila, Elijah Muhammad menciptakan The Nation of Islam untuk merangkul dan mengembangkan Islam di AS.

Anggota gerakan itu termasuk Malcolm X, dan Muhammad Ali. ”Kemudian, pada 1975, ayah saya,WD Muhammad menjadi pemimpin The Nation of Islam.The Nation of Islam merupakan komunitas muslim Afro-Amerika terbesar di Amerika,” ujarnya. Sebagai Muslim,Leila menjadi bagian dari minoritas di tengah mayoritas pemeluk keyakinan lain. ”Karena itu kita sangat paham dengan kondisi sebagai minoritas, dan kami mengalaminya di AS.

Komunitas ini berusaha menciptakan kesadaran tentang Islam yang sebenarnya, terutama tentang kehidupan bermasyarakat atau Ummah,”papar Leila. ”Pemimpin kita selalu memberikan pemahaman bagaimana menjadi minoritas dengan pemikiran yang rasional dan kita tidak memiliki sensitivitas terhadap halhal tertentu.Kita juga memiliki semangat dan pribadi untuk pemahaman antar agama yang lebih baik,”papar Leila yang hadir di Indonesia untuk mengikuti acara Dialog Lintas Agama Pertama AS dan Indonesia.

Direktur Eksekutif Ash Shamsiyyah/The Umbrella,Family Service itu mengingatkan bahwa Muslim yang baik adalah mereka yang bertakwa kepada Allah. Dalam kehidupan bernegara,menurut Leila, Muslim perlu melihat secara seimbang antara konstitusi dan aturan-aturan dalam Islam. Sebagai orang yang tinggal di negara yang menyebarkan ideologi demokrasi ke penjuru dunia, Leila melihat demokrasi sebagai sistem yang memberi manfaat bagi masyarakat.

”Karena nilai-nilai demokrasi itu juga bagian dari sesuatu yang dapat di-share dengan semua pihak,” tutur alumnus University of Islam/Sister Clara Muhammad School dan kini bekerja sebagai pendidik di Amerika. Sambil menekankan pentingnya dialog lintas agama untuk menjembatani jurang perbedaan,Leila memuji apa yang telah dilakukan Presiden AS Barack Obama untuk mendorong digelarnya dialog lintas agama antara AS dan Indonesia.

”Saya rasa, konferensi lintas agama kali ini merupakan sesuatu yang diinginkan Presiden Obama. Kita bersama-sama berkumpul dan berdialog dengan sesama untuk saling berbagi pengetahuan untuk menjadi lebih baik. Kita saling memahami bahwa kita adalah manusia dan kita saling berbagi berbagai masalah bersama,” paparnya. Pemegang gelar sarjana bidang Pengembangan Anak itu sangat senang dapat berkunjung di Indonesia, negara muslim terbesar di dunia.

Leila lantas menjelaskan, bahwa pertumbuhan jumlah Muslim di Amerika meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan Muslim itu,Leila yakin dapat mempengaruhi pemerintahan Amerika saat ini. ”Di AS saat ini ada dua orang Muslim yang menjadi anggota Kongres. Mereka dari Partai Demokrat.

Saya pikir mereka terlibat dalam pembuatan kebijakan di sana. Keberadaan mereka tentu mewarnai dinamika di lembaga itu,”paparnya. Leila berpesan agar Muslim di penjuru dunia dapat memahami keyakinan lain melalui dialog lintas agama atau keyakinan. ”Muslim harus dapat memulai dialog dan di sanalah hubungan mulai terjalin dengan mayoritas masyarakat. Dari dialog itu ada manfaat yang bisa dipetik,” paparnya. Sebagai bagian dari minoritas di Amerika, tantangan tentu ada.

Karena itu, Leila menyatakan, Muslim harus secara rasional merespons berbagai hal yang ada di sekelilingnya. Artinya, setiap individu Muslim harus dapat menjalankan Islam sebaik-baiknya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu dalam sikap atau perilaku lainnya agar publik memahami Islam dengan benar.

Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar sangat penting, seperti juga komunitas The Nation of Islam yang hingga kini masih memiliki akar sangat kuat. ”Komunitas itu masih ada dan berevolusi sesuai perkembangan Islam di Amerika. Kami memiliki berbagai sarana, seperti sekolah dan lainnya.Kita menjadi bagian dari bagian dari keluarga besar muslim di dunia,”paparnya. (syarifudin/andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/300538/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia