Dinasti Atas Nama Demokrasi

KAIRO (SI) – Banyak negara di berbagai belahan dunia ini mengklaim sebagai negara demokrasi, namun menerapkan sistem regenerasi kepemimpinan dinasti.

Dalam sistem itu, sang ayah menjadi presiden atau perdana menteri, kemudian putra kandungnya dinobatkan sebagai penerusnya. Misalnya, Pemimpin Libya Moammar Khadafi yang memfavoritkan putranya sendiri,Saiful Islam, sebagai “pemimpin revolusi” setelah dirinya.Saiful yang dijuluki Putra Mahkota Libya itu dikenal memiliki kekuasaan sangat besar dalam pemerintahan.

Dalam berbagai kesempatan, Saiful sering muncul ke publik,baik terkait masalah dalam negeri maupun isu internasional. Salah satu isu internasional yang pernah dicampuri Saiful adalah pembayaran kompensasi keluarga korban aksi teroris Irlandia Utara,IRA. Saiful Islam Khadafi mengatakan, klaim untuk mendapat kompensasi yang didasarkan pada fakta bahwa Libya yang memasok bahan peledak kepada IRA akan menjadi “urusan pengadilan”.

Saiful Islam juga menyambut meriah saat pembom Lockerbie,warga Libya Abdelbaset Ali al-Megrahi,dibebaskan. Media pernah melaporkan bahwa Khadafi memang telah menyiapkan penggantinya, yang tidak lain adalah putranya sendiri Saiful Islam. Khadafi telah berkuasa selama 40 tahun dan pengaruhnya sangat kuat di Libya. Walau demikian, putra mahkota berusia 37 tahun itu menekankan pentingnya reformasi politik dan ekonomi di negara yang memiliki kekayaan minyak tersebut.

Selain Saiful Islam, kabar paling menarik adalah Gamal Mubarak yang disebut bakal menggantikan ayahnya,Presiden Mesir Hosni Mubarak. Meskipun berulang kali menolak anggapan bahwa dirinya berminat menjadi presiden, kenyataannya menunjukkan sebaliknya. Dukungan Partai Demokrat Nasional (NDP) yang mencalonkannya sebagai presiden makin menguat.

Perdebatan apakah Gamal bakal menggantikan ayahnya telah bergulir sejak 2002. Tak bisa dipungkiri, Gamal sebenarnya cukup berkualitas untuk menggantikan ayahnya, Husni Mubarak.Namun, posisi hubungan anak dan ayah bisa menjadi hambatan untuk memimpin negara Arab terbesar tersebut. Namun, rumor kembali menguat bersamaan dengan penampilan cepat Gamal dalam partai berkuasa pimpinan ayahnya, NDP.

Pada 2002,dia dipromosikan oleh ayahnya untuk menduduki posisi strategis sebagai ketua kebijakan politik partai yang memengaruhi perubahan semua sektor utama politik,ekonomi,dan perubahan sosial pada pemerintahan ayahnya. Selain itu, Gamal juga menjadi penasihat ayahnya di pemerintahan. Selain melakukan perbaikan partai, Gamal juga telah berulang kali berkunjung ke luar negeri mengemban misi diplomatik negaranya.

Pada 2006,Gamal juga telah menemui pejabat-pejabat tinggi Gedung Putih seperti Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) saat itu, Condoleezza Rice, dan Penasihat Keamanan Nasional AS Stephen Hadley. Sebelumnya, Gamal juga pernah menggelar misi negara selama 28 hari ke luar negeri pada 2001.

Sedangkan dari Filipina,nama Benigno Aquino yang tidak lain adalah putra simbol demokrasi mendiang Corazon Aquino juga disebut-sebut sebagai kandidat Presiden Filipina mendatang. Jajak pendapat terakhir menyatakan dukungan publik terhadap Benigno mencapai 44%. Langkah politik Benigno pun cukup mulus karena dia sekarang menjadi senator.

Banyak pihak menyatakan, popularitas Aquino juga tak lepas dari keberadaan sang ibu. Cory––sapaan akrab Corazon Aquino––bahkan mampu menggemparkan dunia karena menjadi wanita Asia pertama yang menjabat sebagai presiden dan merupakan wanita pertama yang memimpin negaranya. Cory juga sosok yang memimpin revolusi “people power” untuk mengakhiri kepemimpinan rejim diktator Ferdinand Marcos pada 1986.

Selanjutnya adalah Rahul Gandhi yang disebut-sebut layak menduduki jabatan sebagai Perdana Menteri (PM) India dalam kampanye pemilu. Berbagai kalangan dan politisi pun mendukung naiknya figur muda untuk memimpin India di masa depan. Malaysia juga tidak ketinggalan. Mukhriz Mahathir, tokoh Pemuda UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu) menjadi calon pemimpin Malaysia di masa depan.

Banyak orang menyebut kekritisan dan kecerdasannya yang banyak disamakan dengan ayahnya, Perdana Menteri (PM) Mahathir Mohammad. Kualitas itu menjadikan Mukhriz disebut sebagai calon PM Malaysia beberapa tahun mendatang. Latar belakang sebagai pengusaha dan politisi menjadikan Mukhriz sosok yang dipertimbangkan dalam kancah politik Malaysia.

Putra tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim juga mengader putrinya, Nurul Izzah Anwar, sebagai politisi handal.Izzah pun memiliki peluang yang sama untuk menduduki jabatan nomor satu di negeri tersebut jika mendapat dukungan rakyat.Kemudian,ada putra mantan PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi, Khairy Jamaluddin yang juga tidak ketinggalan turut mengincar kursi nomor satu. (Rtr/AFP/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/285898/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia