Richard W Spinrad, Hidup Setahun di Lautan demi Penelitian

Richard W Spinrad mengampanyekan pentingnya laut bagi masa depan manusia.Asisten Administrator Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) itu berpandangan, laut bisa menjadi penyelamat kehidupan.

SPINRAD mengatakan,di masa depan, manusia akan bergantung pada laut.“Mau tak mau,manusia pun harus menyesuaikan kemampuan dan teknologinya dengan fenomena laut,” papar Spinrad di selasela Konferensi Kelautan Internasional (WOC) di Manado, Sulawesi Utara,kemarin.

Sebagian besar orang mengidentikkan laut dengan industri perikanan dan pariwisata.Kedua industri ini paling merasakan dampak kerusakan laut. Karena itu, menurut Spinrad,semua orang harus berpartisipasi mencegah kerusakan laut bertambah parah. “Jangan sampai laut menggerus daratan serta menghilangkan pulau-pulau kecil dan terluar. Jangan sampai perubahan geografis bumi makin menjadi-jadi,” katanya. Spinrad mendorong pelatihan dan penerapan hazard analysis critical control point (HACCP) di Indonesia.

Dalam bidang penangkapan ikan akan dirintis penerapan sejumlah langkah untuk mewujudkan industri perikanan yang bertanggung jawab. Dia menambahkan,AS dan Indonesia bekerja sama di bidang kelautan. Kerja sama antara lain mencakup pelatihan demi peningkatan kapasitas masyarakat, adaptasi terhadap perubahan iklim,serta pengembangan kawasan konservasi laut. Selanjutnya,kerja sama kajian perubahan iklim dan kelautan dengan melakukan pemantauan bersama kondisi kelautan Samudera Hindia.

Peneliti AS dan Indonesia melakukan eksplorasi bersama,di antaranya dengan menggunakan kapal riset NOAA,Okeanos Explorer. Penelitian laut memang dunia Spinrad. Belum lama ini, dia mendorong NOAA mengidentifikasi tujuh spesies karang bambu yang berasal dari laut dalam.Temuan ini semakin melengkapi ragam populasi jenis karang bambu yang memiliki karakteristik khusus. Selama ini, diketahui terumbu karang hanya bisa hidup di perairan dangkal.

Ketujuh spesies karang itu ditemukan dengan menggunakan wahana benam Pisces V yang diluncurkan dari kapal riset pada kedalaman sekitar 1.116 hingga 1.333 meter di bawah permukaan laut di Hawaii, AS.Menurut Spinrad,penemuan itu penting karena laut dalam ternyata bisa menjadi penyangga keragaman ekosistem bawah laut. Pria asli New York itu merupakan lulusan Johns Hopkins University. Dia berpengalaman luas di bidang kelautan, teknologi, operasi, dan kebijakan. Selama berkarier, dia pernah menjabat berbagai posisi di pemerintahan, dunia akademisi,industri,serta organisasi nonpemerintah.

Spinrad menyelesaikan studi master bidang kelautan dan doktor bidang geologi kelautan dari Oregon State University. Ketika menjadi peneliti di Laboratorium Bigelow,dia mengembangkan konsep kritis mengenai hubungan antara kejernihan air dan produktivitas biologis kelautan. Spinrad pernah menjadi Presiden Sea Tech, sebuah perusahaan yang mengembangkan sensor standar kelautan. Dia juga pernah menjadi Direktur Penelitian Angkatan Laut dalam rangka penelitian kelautan dan atmosfer.

Pada 1994, dia menjadi Direktur Eksekutif Konsorsium bagi Penelitian dan Pendidikan Kelautan (CORE).Ketika itu,dia memimpin pengembangan National Ocean Sciences Bowl untuk siswa sekolah menengah di AS. Dia juga pernah menulis buku bersama James D Watkins berjudul Oceans 2000: Bridging the Millennia. Buku itu menjadi dokumen dan acuan dalam pendirian Program Kerja Sama Kelautan Nasional (NOPP).

Spinrad pernah menghabiskan waktu hampir setahun di lautan atau tepatnya 300 hari
demi melakukan penelitian.Selama itu,dia mampu menyelesaikan 50 artikel ilmiah.Atas karya dan pengabdiannya, pada 2003 dia meraih penghargaan tertinggi Angkatan Laut yang diberikan bagi warga sipil. (andika hendra m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/238016/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia