Pemilu Irak Digelar 30 Januari

BAGHDAD (SI) – Irak kemarin mengumumkan bahwa pemilihan umum (pemilu) akan digelar pada 30 Januari tahun depan.Pemilu tersebut akan menjadi ujian popularitas pemerintahan pimpinan faksi Syiah Perdana Menteri Nuri al-Maliki.

”Bersamaan dengan permintaan ketua parlemen, Mahkamah Agung (MA) memastikan 30 Januari 2010 sebagai waktu pemilu legislatif,” ujar Wakil Ketua Parlemen Khalid al-Attiya. Pemilu parlemen Irak terakhir diselenggarakan pada 15 Desember 2005.Ketika itu, pemilu diboikot kelompok Sunni.

Tak ayal, partai- partai Syiah pun melenggang manis membentuk koalisi pemerintahan Aliansi Irak Bersatu. Menurut Attiya, keputusan untuk menggelar pemilu yang memperebutkan 275 kursi itu bukannya tanpa masalah. Dia menjelaskan, beberapa anggota parlemen justru meminta masa kerja anggota parlemen ditambah beberapa bulan. Anggota lain,menurut Attiya, meminta agar pemilu ditunda beberapa bulan lebih lama.

Kepala parlemen Irak Iyad al- Samarrai pun meminta MA untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Keputusan untuk menyelenggarakan pemilu pun tercapai setelah aliansi yang dipimpin Maliki memenangi pemilu provinsi pada 31 Januari tahun ini.Pemilu provinsi yang diselenggarakan di 14 dari 18 provinsi di Irak itu memilih anggota dewan dengan masa jabatan selama empat tahun.

Pemilu provinsi yang paling signifikan adalah di Irak utara, termasuk Kirkuk. Koalisi pemerintahan yang dipimpin Maliki berhasil meraih dukungan kuat di Baghdad, Basra,dan wilayah Diwaniyah. Koalisi tersebut juga berhasil merebut kursi gubernur di provinsi yang berbasis Syiah seperti di Karbala,Wasit,Muthanna, Maysan,dan Najaf.

Proses pemilu legislatif tersebut menjadi isu krusial seiring rencana AS menarik pasukannya dari Negeri Seribu Satu Malam tersebut, mulai bulan depan.Pada kunjungannya ke Irak, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menekankan pentingnya bagi Irak untuk memiliki institusi legislatif yang kuat melalui pemilu parlemen. Diperkirakan, pemilu tahun depan bakal kembali dimenangi kubu Syiah.

Maliki yang dipilih menjadi PM parlemen pada Mei 2006 merupakan figur yang kuat untuk mendongkrak dan mempersatukan faksi-faksi Syiah. Meskipun awalnya dia tidak dikenal dan dinilai lemah oleh sebagian kalangan, Maliki sekarang terbukti mampu mengusung agenda sekuler dalam memberantas sektarian sehingga Irak tidak lagi jatuh dalam perang sipil seperti pada 2007. Tahun lalu, dia sukses bernegosiasi sehingga memaksa Washington menarik pasukannya secara menyeluruh dari Irak pada akhir 2011. (AFP/Rtr/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/239544/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia