Pertempuran Berkecamuk,Mobil Sport Bertebaran di Baghdad

Warga Irak tetap percaya diri mengendarai mobil sport dan berlomba di jalanan.Walaupun pasukan AS berpatroli dengan kendaraan lapis baja dan menodongkan laras panjangnya ke arah mana saja.

BOM bunuh diri dan suara tembakan terdengar setiap hari.Apalagi, ruangan helikopter dan pesawat tempur AS selalu berseliweran di atas langit Irak, warga Irak tetap percaya diri dengan gaya hidup mereka. Ini membuktikan bahwa gaya hidup tidak mengenal apakah kondisi suatu negara dalam status perang atau damai. Setiap warga negara pun berhak mengekspresikan gaya hidup mereka,tanpa memandang situasi dan kondisi sekitarnya.

“Mereka memanggil saya ‘pemburu khusus’,” kata Essam Khamtan dengan bangganya,menyebut nama panggilannya, yang juga tertulis di keempat roda mobilnya.Namanya pun tak asing lagi di jajaran asosiasi motor sport Irak. Ketika mereka berkumpul,berbagai jenis mobil sport pun berjejer, mulai dari Bimmers hitam hingga Honda Civics merah dengan stiker bergambar kuda hitam lambang Ferrari.

Ratusan anak muda itu berkumpul dengan penampilan yang cukup keren, baik gaya rambut, baju, dan tingkah lakunya yang kebarat-baratan. Sebenarnya, Khamtan memerlukan waktu selama dua tahun untuk menyiapkan “Singa Baghdad”, julukan mobilnya.Dia mereparasi mobil BMW yang berhasil selamat dari kekerasan dan kerusuhan di seluruh penjuru Baghdad selama invasi. Dia bahkan membeli kursi mobilnya yang diimpor dari Yordania.

“Sebenarnya saya menjadi pengungsi di Yordania dari 2005– 2007,” kata Khamtan. Dia mengaku meninggalkan Irak karena tempat tinggalnya di distrik Dora, Baghdad, dikepung berbagai kekerasan sektarian. “Saya orang Sunni, istri saya penganut Syiah,” kata pria berusia 33 tahun itu.“Kita diancam sehingga melarikan diri,”ucapnya lagi. Sekembalinya ke Baghdad, setelah kekerasan sektarian semakin menurun,Essam mulai mereparasi mobil BMW-nya.

“Saya mengeluarkan uang USD1.000 selama seminggu untuk mereparasi mobil dan beginilah hasilnya,” ujar pria itu sambil menunjukkan mobilnya. Di kaca mobilnya bergambar bendera Irak dalam bayang-bayang seekor singa. Semua anggota asosiasi pemilik mobil sport bertemu setiap Jumat pertama setiap bulan.Mereka berduel dengan jarak tempuh 400 meter.Kadang, mereka berkonvoi berkeliling Baghdad.“Kita menghentikan aktivitas pada 2004 karena kondisi saat itu sangat berbahaya.

Apalagi, para ekstremis tidak suka dengan aktivitas kita,” ungkap Messar,salah satu anggota asosiasi. Messar datang ke acara tersebut dengan mobil Porsche Carrera merah muda meskipun tidak ikut dalam perlombaan. Dia mengungkapkan, pada zaman Saddam Hussein, hanya ada 20 mobil Porsche Carrera. “Sepuluh di antaranya dimiliki (mendiang) Uday Hussein (putra Saddam),” katanya. Meskipun sering terjadi bom bunuh diri menggunakan mobil, para pemilik mobil sport itu tidak khawatir.

MenurutAli Mohammed, 41, warga Kurdi, aksi kekerasan tidak ada dalam pikirannya.“Kini kami membutuhkan uang dan sponsor sehingga kami bisa berkumpul terus,”tandasnya. (AFP/andika h m)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/230022/