Asia Waspada Epidemi Flu Babi

HONG KONG(SI) – Seorang perempuan yang diduga menderita flu babi kemarin dilarikan ke rumah sakit Hong Kong.Perempuan yang tak disebutkan identitasnya itu baru saja kembali dari Amerika Serikat (AS).

Menurut petugas dari Pusat Perlindungan Kesehatan, Thomas Tsang, perempuan itu telah menunjukkan gejala terkena flu.”Perempuan berusia 27 tahun itu yang baru datang dari San Francisco telah menjalani serangkaian tes kesehatan,” papar Tsang.Namun, Tsang menegaskan belum ada laporan menunjukkan terjadi kasus flu babi sejauh ini.

Tsang juga menambahkan bahwa dua orang lainnya dinyatakan tidak terjangkit flu babi.Sebelumnya, kedua orang yang tak disebutkan namanya itu menderita gejala flu.Namun, perempuan itu kemudian dinyatakan bebas dari virus flu babi.

Dengan demikian, dia menjadi orang ketiga yang dinyatakan bebas flu babi sejak Hong Kong berada dalam siaga satu terhadap penyakit mematikan yang telah menewaskan lebih dari 100 orang di Meksiko itu. Tak ingin tragedi flu burung bakal terulang,negara-negara Asia meningkatkan kewaspadaan berkaitan dengan penyebaran virus A/H1N1 atau flu babi.

Jepang, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Thailand memberlakukan pengawasan terhadap para pengunjung di negara-negara itu dari gejala flu.Bahkan,pemerintah negara Asia sedang dalam siaga satu setelah WHO memperingatkan kemungkinan munculnya epidemi. Gejala flu babi meliputi demam lebih dari 37,77 derajat Celsius, sakit badan, radang tenggorokan, batuk, sulit bernapas, dan dalam beberapa kasus pasien muntahmuntah dan diare.

Belum ada vaksin khusus untuk menanggulangi virus flu babi.Virus ini biasanya menyebar melalui kontak langsung dengan babi. Virus H1N1 ini sebenarnya virus yang sama yang mengakibatkan wabah flu dalam dunia manusia, tapi versi terbaru ini membawa material genetik dari versi flu yang biasa menjangkiti babi dan burung.

Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) di Taipei,Taiwan, telah menyatakan persebaran virus di Meksiko sebagai epidemi.”Langkah ini dilakukan untuk mencegah virus memasuki Taiwan,” ujar Deputi Direktur CDC Shih Wen-yi. ”Pendatang dari Meksiko dan AS, termasuk warga Taiwan yang mengalami gejala flu, akan dibawa ke rumah sakit khusus untuk diisolasi,” imbuhnya.

DariVietnam,pemerintah juga meningkatkan kewaspadaan penuh terhadap virus flu babi. Maklum, Vietnam merupakan negara kedua terbesar dalam kasus flu burung. Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun memantau ketat Vietnam. WHO menyatakan, proses pengecekan dan deteksi dini telah digelar di bandara dan pos-pos perbatasan.

Deputi Kepala Departemen Kesehatan kota Ho Chi Minh Le Truong Giang mengatakan,Vietnam telah mengecek temperatur penumpang pesawat yang datang dari luar negeri. ”Kita bergerak cepat dalam situasi kali ini,”papar Giang. Dia juga menambahkan negaranya telah berpengalaman dalam menangani flu burung dan SARS.

”Sistem monitoringdan pencegahan epidemi tersebut telah kami kuasai,”imbuhnya. China telah melarang impor produk babi dan dari Meksiko dan AS. Langkah tersebut sebagai antisipasi flu babi merembet ke negaranya.”Walaupun hingga saat ini belum ada laporan kasus flu babi di China,kita tetap waspada,” demikian pernyataan resmi Departemen Kesehatan China.

Selain China, Thailand juga memberlakukan pelarangan impor daging babi dari Meksiko dan AS. Kesigapan respons negara-negara Asia dalam mencegah flu burung mendapatkan pujian dari WHO.WHO mengungkapkan, negara- negara Asia lebih baik dalam menghadapi epidemi flu burung karena mereka berpengalaman dalam menghadapi flu burung dan SARS.

Mulai dari pengecekan di bandara, kemudian pelarangan impor daging babi dan fasilitas medis yang mampu mendeteksi flu babi telah dimiliki negara-negara Asia. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) pada 2003 telah menewaskan 800 orang, khususnya di Hong Kong dan China. Menurut Juru Bicara WHO Peter Cordingley,Asia telah memiliki pengalaman buruk dalam menghadapi epidemi.

”Asia lebih baik dalam persiapan menghadapi flu burung dibandingkan negara lain,”paparnya. WHO mengatakan, virus flu babi mampu bermutasi menjadi jenis virus yang lebih berbahaya. Tapi pejabat badan dunia itu mengatakan masih butuh informasi lebih lanjut terhadap virus itu untuk menentukan ancamannya.

Asisten Direktur Jenderal Keamanan Kesehatan WHO Keiji Fukuda mengatakan,semua negara di dunia harus melihat situasi ini dengan sangat serius. ”Tapi, jelas juga bahwa kita berada di dalam masa yang terus berkembang dan kita harus sangat hati-hati mengumpulkan informasi yang terbaik,” paparnya.

WHO menyarankan semua negara waspada terhadap gejala mirip flu atau pneumonia yang tidak biasa. Saat ini, belum ada vaksin untuk virus ini, tapi kasuskasus berat bisa dirawat dengan pengobatan antiviral. Fukuda mengatakan, mewabahnya flu burung telah meningkatkan stok antiviral dunia. (AFP/Rtr/BBC/andika hm)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/233540/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia