Mantan Agen KGB yang Sukses Berbisnis, Mantan Agen KGB yang Sukses Berbisnis

Di masa lalu KGB — dinas rahasia Uni Soviet—merupakan salah satu lembaga intelijen yang paling ditakuti di dunia.

SIAPA sangka jika kemudian seorang mantan agen rahasia KGB bisa sukses berbisnis dan menjadi pengusaha papan atas Rusia? Kehidupan Alexander Lebedev, 49, memang ibarat novel spionase. Dia menjadi agen rahasia KGB pada 1980-an.Bertugas di Inggris.

Dua dekade berikutnya dia menjadi miliarder Rusia yang memiliki jaringan bisnis di seluruh penjuru Eropa. Kekayaan bersihnya ditaksir mencapai USD3,1 miliar (Rp31 triliun). Ada kabar terbaru,Lebedev mengakuisisi koran Inggris The London Evening Standard.Ketika masih menjadi agen rahasia KGB,koran itu merupakan salah satu referensinya saat mencari informasi.

Lebedev menggambarkan Standard sebagai surat kabar bagus dengan para wartawan brilian. Sebelumnya, pada 2006, dia bekerja sama dengan mantan pemimpin Uni Soviet,Mikhail Gorbachev,untuk membeli koran Rusia,Novaya Gazeta. Selain media massa, jaringan bisnisnya menggurita di berbagai sektor se- perti perbankan dan asuransi.

Dia juga termasuk pemilik maskapai penerbangan Rusia,Aeroflot. Lebedev berbeda dengan sebagian pengusaha Rusia lain yang kaya raya dalam waktu cepat, seiring maraknya privatisasi perusahaan negara pada 1990-an. Lebedev memulai usaha dari bisnis perbankan pada 1992, dengan mendirikan The Russian Investment- Finance Company.

Dia mengambil alihbankkecilyangbangkrut,National Reserve Bank. Setelah dibenahi manajemen dan strateginya,bank tersebut pada 1995 menjadi institusi keuangan tersukses di Rusia. Hebatnya, pada 1998 The National Reserve Bank menjadi satu dari dua bank yang bertahan di tengah krisis keuangan Rusia.

Kini, konglomerasi tersebut mampu membeli 28% saham di maskapai penerbangan Aeroflot dan perusahaan penyewaan pesawat Ilyushing Finans co, Gazprom, dan perusahaan lain. Majalah Forbes pada Mei 2008 menempatkan Lebedev sebagai orang terkaya peringkat ke-39 di Rusia dengan kekayaan USD3,1 miliar.

Kendati begitu,belakangan kekayaan Lebedev diperkirakan menurun akibat krisis keuangan global. Lebedev tidak berkomentar mengenai pengaruh krisis global terhadap bisnisnya. Lebedev merendah dengan mengatakan gaya bisnisnya seperti kebanyakan pengusaha lain.

Namun, dia lebih mengutamakan berinvestasi pada perusahaan yang merugi untuk kemudian dikembangkan menjadi perusahaan besar. ”Bagi saya bisnis seperti bermain catur. Karena itu saya harus menjadi grandmaster yang selalu berpikir lima langkah ke depan. Selain sama dengan catur, bisnis sama seperti dunia intelijen yang membutuhkan spionase dan eksekusi yang matang,” papar Lebedev.

Pengalamannya dalam dunia spionase bermanfaat dalam mematangkan pemikiran dan strategi ketika menjalankan bisnis. Dalam dunia politik,Lebedev berada di kubu oposisi dari pemerintahan Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Perdana Menteri Vladimir Putin. Kritik yang kerap diungkapkan Levedev adalah kebebasan pers yang dibatasi dan perang melawan korupsi yang semakin surut.

Ketika Kremlin melancarkan serangan ke Georgia yang berdampak pada ekonomi Rusia, dia mengatakan tindakan itu sebagai gaya perang dingin. ”Invasi itu strategi yang bodoh dan lucu,” katanya kepada Telegraph. Namun,dalam pandangan kolumnis harian Novaya Gazeta, Yulia Latynina,Lebedev tidak berani menjadi oposisi yang sebenarnya lantaran takut kehilangan ladang bisnis.

”Langkah-langkah politik dan bisnisnya berdasarkan pertimbangan yang matang dan kompromi,”ungkapnya. Lebedev belum pernah menduduki kursi politis di Rusia.Dia gagal merebut kursi wali kota Moskow pada pemilu lokal tahun 2003. Dia dikalahkanYuri Luzhkov.

Pada akhir 2008 Lebedev membentuk partai politik prodemokrasi yang baru dengan Gorbachev.Partai baru itu untuk sementara dinamakan Partai Demokrasi Independen. Partai itu bertekad mengurangi pengendalian Kremlin atas ekonomi, serta mendorong tumbuhnya media independen, reformasi pengadilan, dan parlemen yang lebih kuat.

Ekspansi bisnis pengagum novelis Fyodor Dostoevsky ini berbeda dengan miliarder Rusia lain seperti Roman Abramovich yang membeli klub sepak bola ternama Inggris Chelsea atau Alisher Usmanov yang memiliki Arsenal. Hingga saat ini Lebedev belum menunjukkan niatnya untuk ekspansi ke dunia sepak bola Inggris.

Lebedev cukup dikenal dalam filantropi. Dia mendirikan sebuah yayasan amal yang diberi nama mendiang istri Gorbachev, Raisa.Yayasan tersebut membantu anakanak yang menderita kanker di Rusia.Setiap musim panas, yayasan tersebut membuat acara amal. Pria kelahiran 16 Desember 1959 itu berlatar belakang orangtua yang berpendidikan.

Ayahnya seorang profesor teknik dan ibunya guru sejarah.Dia menempuh pendidikan di Moscow State Institute of International Relations dari 1977 hingga 1982 dengan mengambil jurusan ekonomi.Dia mengambil spesialisasi dalam bidang utang internasional. Setelah lulus kuliah dia bekerja pada The Institute of Economics of the World Socialist System.

Hingga kemudian dia mengambil riset untuk program doktornya dalam bidang permasalahan utang dan ekonomi global.Keahliannya tentang keuangan global mendorongnya bergabung dengan KGB dalam sayap spionase luar negeri dan ditugaskan di London sebagai atase ekonomi.

Dia bertahan di KGB hingga berganti nama menjadi The Foreign Intelligence Service sampai 1992. Dia mengaku pekerjaannya sebagai agen rahasia adalah menganalisis kejadian-kejadian di Uni Soviet yang bisa berdampak di Inggris.

Lebedev memainkan peranan penting pada KGB di masa lalu.Kendati begitu,menurutnya sendiri, tanggung jawab yang dia emban lebih merupakan spionase luar negeri dibandingkan agen rahasia domestik.

”Jangan bingung antara sistem spionase luar negeri dan KGB,” paparnya kepada The Sunday Times. ”Banyak opini yang menyebutkan bahwa saya adalah agen rahasia yang menakutnakuti dan membunuh, padahal saya bertugas menganalisis kejadian,”imbuhnya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia