Tidak Ada Negara Kebal Krisis

BEIJING (SINDO) – Sehari sebelum pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertemuan Asia-Eropa (ASEM),Uni Eropa mengingatkan perlunya koordinasi tingkat dunia untuk mengatasi krisis global.

Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menegaskan, tidak ada negara yang kebal dampak krisis. ”Kami memerlukan respons global yang terkoordinasi untuk reformasi global sistem keuangan karena saat ini kita belum pernah mengalaminya,” ujarnya kemarin, menjelang pembukaan KTT Pertemuan ASEM hari ini di Beijing,China.

Menurut dia,dampak krisis global hanya menyisakan dua pilihan,semua negara berenang bersama atau tenggelam bersama. Setiap pemimpin negara membutuhkan arah yang jelas untuk mengatasi ketimpangan ekonomi global. Pertemuan ASEM ini diikuti para pemimpin dunia yang berjumlah lebih dari 40 negara Asia dan Eropa.

Pokok bahasan dalam pertemuan ini antara lain krisis finansial global,perubahan iklim, dan keamanan internasional. Dalam membicarakan krisis keuangan,pertemuan ini diharapkan dapat mengirimkan hasil yang menenangkan hati warga masyarakat di seluruh dunia.

Dalam pertemuan itu Barroso akan mendorong kekuatan ekonomi negara Asia seperti China dan India untuk bergabung mengambil tanggung jawab demi stabilitas ekonomi dunia. ”Kami perlu respons koordinasi secara global – itulah pesan utama yang saya kirimkan kepada para pemimpin Asia,” ungkapnya.

Hal itu termasuk langkah menghadapi tantangan sistem moneter dan ketidakseimbangan penerimaan mata uang asing. Barroso mengatakan puas dengan tindakan darurat yang diambil dalam beberapa pekan terakhir di Eropa untuk rekapitalisasi perbankan dan menstabilkan sistem keuangan.

Para pemimpin dunia sekarang diharapkan memiliki tujuan yang lebih mendasar terkait krisis finansial global. Dengan begitu, kelak setiap pemerintah dapat mendesain atau membentuk arsitektur ekonomi dunia yang lebih baik. Uni Eropa (UE) mendesak pertemuan di Beijing untuk membentuk badan keuangan internasional. Selain itu, China diharapkan memiliki peranan penting dalam membantu upaya perbaikan krisis ekonomi global saat ini.

”Saya sangat berharap China memberikan kontribusi penting dalam mengajukan solusi krisis keuangan ini,”kata Barosso.Dia menilai hal ini merupakan kesempatan besar bagi China untuk menunjukkan rasa tanggung jawab.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) George WBush mengundang negara G-20, termasuk negara industri utama dan negara pertumbuhan ekonomi tinggi seperti China, India, Brasil untuk bertemu di Amerika Serikat (AS) pada 15 November. Pertemuan ini untuk membahas reformasi finansial. Kanselir Jerman Angela Merkel, setelah bertemu PM China Wen Jiabao, kemarin menunjuk kerja sama sebagai kunci menghadapi krisis finansial kali ini—yang menurutnya terburuk dalam 70 tahun terakhir.

Semua Pihak

Seruan untuk menangani krisis global secara bersama juga dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di depan ratusan pebisnis Asia-Eropa yang hadir dalam Forum Bisnis Asia- Eropa Ke-11 di Beijing. Presiden mengajak semua negara, termasuk organisasi keuangan internasional untuk bersama-sama memikirkan dan mengatasi krisis keuangan global yang saat ini melanda dunia.

”Semua pihak, termasuk organisasi keuangan internasional,hendaknya bersama-sama berupaya menyelesaikan krisis keuangan global yang saat ini melanda dunia,” seru Presiden SBY. Menurut Presiden SBY, organisasi internasional seperti Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), ASEM, serta ASEAN plus 3 (China, Jepang dan Korsel) dapat bersama-sama memikirkan berbagai langkah dan upaya dalam menyelesaikan krisis keuangan.

Presiden SBY mengajak ASEAN plus 3 untuk mempercepat pembentukan dana talangan regional. Langkah itu dikenal dengan nama Prakarsa Chiang Mai. ”Tujuannya membantu perekonomian regional yang dihantam krisis keuangan global,” tambahnya.

SBY berharap para pemimpin kawasan melihat kembali Prakarsa Chiang Mai yang dibentuk setelah krisis ekonomi Asia 1997 itu. Prakarsa ini berupa penyediaan dana siaga untuk membantu negara-negara melawan serangan tak terduga terhadap mata uang masingmasing.” Sangat penting bagi kita untuk mempercepat mekanisme ini,”kata SBY.

Bertemu Hu Jintao

Kemarin Presiden SBY menggelar pertemuan dengan Presiden China Hu Jintao. SBY menyatakan Indonesia ingin bekerja sama dengan China dan negara lain dalam menerapkan pertukaran dana ala Prakarsa Chiang Mai.Dia mengatakan langkah itu akan dapat saling membantu satu negara dengan negara lain sekawasan selama kondisi ekonomi masih bergejolak.

”Pertukaran dana melalui ASEAN akan membantu satu sama lain, juga membantu negaranegara yang terkena pengaruh krisis keuangan,” kata SBY. Xinhua melaporkan, Presiden Hu berjanji akan meningkatkan kerja sama strategis dengan Indonesia. Hu juga akan memberikan kontribusi untuk menstabilisasi sistem keuangan finansial di kawasan Asia.

”Kita akan meningkatkan kerja sama dengan Indonesia,mendukung satu sama lain untuk menghadapi tantangan bersama,” katanya. Hu juga menyebut Indone- sia sebagai negara tetangga yang baik dan mitra strategis bagi China. Hu melihat ekonomi dunia berada dalam kondisi yang rumit dan keras. Pasar yang pasang surut dan negara berkembang menghadapi lingkungan global yang tak kondusif, termasuk risiko krisis keuangan, tekanan meningkatnya inflasi dan permintaan ekspor yang melemah.

Bush Telepon SBY

Dalam penanganan krisis global, Presiden SBY sempat dimintai tanggapan oleh Presiden AS George W Bush yang meneleponnya dua hari lalu. Pembicaraan telepon itu antara lain membahas rencana pertemuan pemimpin negara anggota kelompok G-20. Menurut Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Beijing, Presiden Bush menanyakan pandangan Indonesia mengenai situasi krisis keuangan yang melanda dunia.

”Presiden Bush bertanya, kalau ada pertemuan pemimpin-pemimpin dunia sebaiknya dalam format apa dan siapa yang diundang?”tutur Dino. Menanggapi pertanyaan Bush tersebut SBY menjawab perlu dilakukan pertemuan pemimpin-pemimpin negara G-20 dalam waktu dekat.

Hal itu didasari oleh keterwakilan yang seimbang antara negaranegara maju dan berkembang serta seimbangnya keterwakilan wilayah di dalam formasi kelompok G-20. ”Presiden SBY juga mengatakan pertemuan sebaiknya dilakukan secepatnya, lebih cepat lebih baik karena itu juga yang diharapkan oleh stakeholder ekonomi dunia,” ujar Dino.

Sebelum melakukan hubungan telepon dengan Presiden Bush, Dino menjelaskan bahwa Presiden SBY juga berkomunikasi dengan PM Australia Kevin Rudd, membicarakan hal yang sama. Pertemuan pemimpin negara kelompok G-20 akan dilaksanakan pada 15 November 2008 di AS.

”Jadi, akan ada KTT G-20 yang dihadiri oleh para pemimpin dunia. Mudah-mudahan akan jadi salah satu respons yang baik dan efektif untuk menanggulangi krisis finansial,” lanjutnya. Dino mengakui telah ada kesepakatan antara Jakarta dan Gedung Putih untuk mengembargo berita komunikasi telepon antara Presiden SBY dan Presiden Bush pada dua hari lalu.

Berita komunikasi telepon itu baru boleh dipublikasikan setelah pengumuman resmi pelaksanaan KTT G-20 yang akan dilaksanakan pada 15 November 2008 di AS. Bush tidak hanya menelepon SBY.KoreanTimes melaporkan, Presiden Bush kemarin menghubungi Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak mengenai krisis finansial dan persiapan pertemuan G-20.

Menurut Juru Bicara Presiden Lee, Lee Dong-kwan, Presiden Lee menyambut baik undangan pembukaan G-20 oleh Presiden Bush. ”Presiden Lee akan menghadiri ASEM, di mana 43 pemimpin kedua benua itu akan mendiskusikan mengenai bagaimana cara memperkuat kerja sama global,”ujar Lee Dong-kwan.

Pekan lalu Kevin Rudd juga dihubungi Bush mengenai G-20 dan krisis keuangan global. Bush menghubungi Presiden China Hu Jintao pada Selasa malam (21/10). Dalam percakapan dengan Bush, Hu menyatakan perhatian pada jatuhnya sistem keuangan AS dan menyerukan langkah stabilisasi untuk memulihkan kepercayaan investor. (Rtr/Ant/xinhua/ant/andika hendra m/susi susanti)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia