Tak Gentar Hadapi Khadafi meski Kepalanya Dihargai USD400.000

Tanggal 5 Maret 2011 merupakan peristiwa yang paling menjadi sejarah dalam kehidupan Mustafa Abdul Jalil,59.Sejak saat itu dia menjadi orang yang berpengaruh di Libya, selain Khadafi,setelah ditahbiskan sebagai pemimpin Dewan Transisi Nasional (NTC) Libya.

Jalil bukan orang kemarin sore dalam perjuangan melawan Khadafi. Sebelumnya pria kelahiran 1952 ini menjabat sebagai Menteri Kehakiman pada 2004.Meski masuk jajaran pemerintah,dia dikenal sebagai orang yang kritis terhadap Khadafi.Selama menjadi hakim,dia dikenal sebagai pejabat yang jujur dan bebas dari praktik-praktik haram yang lazim di negara tersebut, seperti korupsi dan kolusi untuk kepentingan pribadi. Ketegaran dan keberanian Jalil dipertahankan selama puluhan tahun dalam membantu rakyat Libya dalam mencari keadilan.

Perlindungan hak asasi manusia (HAM) adalah hal yang sangat diperjuangkan bagi Jalil.Jika HAM sudah dilanggar,maka pelanggaran lainnya bakal bermunculan. Pelanggaran HAM di Libya pun telah sejak lama dikuak oleh Jalil ke dunia internasional. Awalnya,pada Januari 2010,Jalil mengajukan pengunduran diri karena pemerintah tidak memiliki niat sedikit pun untuk membebaskan tahanan politik.Tapi,pengunduran dirinya ditolak.Jalil sangat kecewa dengan penolakan tersebut.

Sejak isu demonstrasi pada Februari lalu meluas di Libya, Jalil langsung mengambil sikap.Dia resmi mengundurkan diri pada 15 Februari 2011. Hati nuraninya sangat tergerak ketika Khadafi menggunakan kekerasan terhadap para demonstran di Benghazi,basis oposisi Libya.Dia pun menjadi pejabat di pemerintahan yang mengundurkan diri untuk pertama kalinya.

Dipilihnya Jalil sebagai pemimpin NTC dikarenakan dia merupakan figur yang independen. Dia tidak memiliki partai politik.Dia juga belum ketahui memiliki haluan politik seperti apa.Tetapi,dia mendapatkan dukungan dari pemimpin oposisi lainnya karena idealisme dalam memperjuangkan Libya yang merdeka dan bebas. “Kita sama seperti rakyat di negara lain yang mencari suatu hal yang sama,”ujar Jalil, seperti dikutip dari Wall Street Journal.

“Kita menginginkan pemerintahan yang demokratis,konstitusi yang adil,dan kita tidak ingin diisolasi dari dunia.” Dengan independensi Jalil, maka para politisi,mantan pejabat militer,pemimpin suku, akademisi,dan pengusaha menggelar pertemuan pada 24 Februari di Al Bayda,kota di timur Libya.Inti dari pertemuan tersebut menekankan pentingnya persatuan nasional Libya dan menyatakan bahwa Tripoli adalah ibu kota negara.

Pembentukan pemerintahan alternatif tersebut didukung oleh Duta Besar Libya untuk Amerika Serikat (AS) Ali Suleiman Aujali.Deputi Duta Besar Libya untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ibrahim Omar Al Dabashi juga menyatakan dukungan terhadap pemerintahan alternatif tersebut. Dalam hitungan hari,NTC yang dipimpin Jalil memang telah mendapatkan pengakuan negara-negara Eropa,terutama Prancis.

Jalil pun menyerukan agar masyarakat internasional mengikuti jejak Prancis dengan mengakui pemerintahan kubu pemberontak di Benghazi sebagai pemerintah yang sah di Libya.Dia juga meminta pemerintah negara- negara Barat agar membantu perjuangan mereka. “Semua orang seharusnya tahu bahwa kemampuan (militer) kami dan Khadafi tidak sepadan.Dia mengepung berbagai kota agar orangorang tidak bisa pergi,”ujar Jalil seperti dikutip dari Guardian.

Desakan Jalil tersebut menggerakkan Prancis,Inggris, Italia,Amerika Serikat (AS) dan anggota koalisi lainnya untuk mengirimkan pesawat tempur untuk membombardir basis pertahanan Khadafi dan mengamankan wilayah yang dikuasai NTC. Dapat dikatakan,Jalil merupakan orang yang berpengaruh dalam menggaet dukungan dari pasukan koalisi.Jalil memiliki taktik jitu dalam membujuk negara-negara Eropa, terutama Prancis.Bah-kan, dia pun mengirimkan Ali Essawi, Menteri Luar versi NTC, untuk melobi Uni Eropa.

Tanpa Jalil,bisa jadi kubu oposisi bakal hancur berkeping-keping karena pesawat tempur Libya dan tentara bayaran Khadafi terus mengejar mereka. Jalil-lah yang sangat berperan dalam mendesak komunitas internasional terutama PBB untuk melakukan zona larangan terbang di Libya.“Harus dilakukan aksi secepatnya,” katanya kepada CNNpada Kamis (10/3). Dia menuturkan,semakin lama situasi ini dibiarkan,semakin banyak darah yang akan tumpah.“Itu pesan yang ingin kami sampaikan ke komunitas internasional.Mereka harus ikut bertanggung jawab dalam hal ini,”tegasnya.

Seperti terhipnosis,dunia internasional tunduk dengan permintaan Jalil. Atas perjuangan itu,Khadafi menjatuhkan harga 500.000 dinar atau USD400.000 bagi siapa saja yang mampu menangkap Jalil hidup atau mati.Tak mengherankan, pembunuh bayaran di Libya dan negara-negara Afrika pun tergiur atas tawaran tersebut.Selain itu,pemerintah menjanjikan 200.000 dinar untuk informasi yang akan membantu menangkap Jalil yang dianggap sebagai “pengkhianat”.

Meski demikian,Jalil tidak mundur selangkah pun sebagai NTC Libya.Bagi dia,yang menentukan hidup dan mati adalah Tuhan,bukan Khadafi. Dia akan terus berjuang untuk membebaskan Libya meski nyawanya adalah taruhannya. Bagi dia,menyerah kepada Khadafi sama saja menyerahkan harga diri kepada seorang diktator yang tidak tahu diri. Meski diancam dibunuh dan diburu,Jalil justru balik mengancam Khadafi.Dia meminta Khadafi meletakkan jabatan dalam tiga hari.

“Jika dia segera meninggalkan Libya dalam 72 jam dan menghentikan bombardir,kami rakyat Libya tak akan mengejarnya atas segala tindakan kriminal,” ujar Jalil kepada Al Jazeerapada Selasa (8/2). Bukan Khadafi kalau tidak keras kepala.Dia pun mengabaikan seruan Jalil.Padahal, Jalil memaparkan, Khadafi bisa saja tidak diajukan ke pengadilan jika bersedia mundur. Namun,dia menegaskan, hanya ada satu opsi bagi Khadafi untuk menyelesaikan krisis ini,yaitu mundur tanpa syarat.

Siapa sebenarnya Jalil? Dia merupakan sarjana lulus Universitas Libya jurusan hukum dan syariah pada 1975.Dia pernah menjadi asisten sekre-taris jaksa penuntut publik di Al Bayda.Hingga dia ditunjuk sebagai hakim pada 1978.Selama kariernya dia dikenal sebagai hakim yang memiliki kredibilitas yang tinggi.

Ketika menjadi menteri kehakiman,Jalil kerap mendapatkan pujian dari aktivis HAM karena berani melawan Khadafi.“Saya tidak pernah melihat menteri kehakiman di dunia Arab yang mampu mengkritik badan keamanan di negaranya,” kata Heba Morayef,pejabat pemantau HAM (HRW) yang berkunjung dua kali ke Libya sebelum perang. ANDIKA HENDRA M
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/389197/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia