Penerbangan Australia Normal

SYDNEY – Penerbangan Australia kemarin normal kembali seiring awan abu vulkanik yang berangsur-angsur meninggalkan wilayah udara Negeri Kanguru.

Semua maskapai penerbangan di Australia mengaktifkan kembali jadwal penerbangan. Itu terjadi setelah beberapa hari yang lalu, ratusan penerbangan di Sydney, Melbourne, Adelaide,dan Canberra mengalami pembatalan karena abu vulkanik gunung berapi Puyehue di Cile berada di atas Benua Australia.

“Awan debu yang berada di Australia timur telah sirna. Maskapai penerbangan kembali menjalankan operasi pada kemarin sore,” demikian keterangan Biro Meteorologi Australia, kemarin, seperti dikutip AFP. Maskapai penerbangan Qantas dan Virgin telah lepas landas dari Adelaide kemarin pagi.

Jadwal penerbangan maskapai yang sama ke Melbourne dan Canberra juga normal kembali.Layanan pesawat dari Sydney, Newcastle, dan Hobart normal kembali kemarin sore. Andrew Tupper dari Badan Meterorologi Australia mengatakan, abu vulkanik masih menutupi Hobart,tetapi udara di kota lain sudah bebas dari abu.

“Pagi ini sebagian besar wilayah di Australia bersih dari debu,” katanya kepada Australian Broadcasting Corporation. “Sebagian besar dari abu bergerak ke Tasman dan akan berakhir di Selandia Baru dalam waktu dekat.” Pekan lalu puluhan ribu orang telantar karena penerbangan pesawat ditunda akibat abu vulkanik dari gunung berapi Puyehue di Cile menutupi sejumlah kota besar di Australia dan Selandia Baru.

Pada Jumat lalu (17/6),seluruh penerbangan normal kembali, tetapi abu vulkanik menutupi kota-kota di Australia untuk kedua kalinya awal pekan ini dan menyebabkan sejumlah gangguan jadwal pesawat. Maskapai Qantas menyebutkan puluhan ribu penumpang tetap telantar meski penerbangan normal kembali. Mereka berupaya mengurangi jumlah tersebut.

“Jika pada musim pembatalan penerbangan sebanyak 20.000 orang telantar, pada hari ini (kemarin) jumlahnya meningkat menjadi 50.000,” kata juru bicara Qantas Olivia Wirth kepada Sky News. Sejumlah maskapai penerbangan harus menambah penerbangan untuk menghindari penumpukan penumpang di berbagai bandara.

“Awan debu itu memang telah menghilang. Namun,kita akan melihat berapa banyak penerbangan tambahan yang bakal kita lakukan,” kata Wirth.“Kita tidak ingin melihat kejadian ini terulang lagi.” Menteri Transportasi Australia Anthony Albanese menyatakan, kekisruhan penerbangan itu menimbulkan kerugian besar. “Tidak ada keraguan bahwa ada biaya yang harus ditanggung bagi semua maskapai penerbangan.

Namun, biaya ekonomi saat orang tidak bisa terbang ke Australia juga semakin besar,” katanya. “Ini juga berarti ada kerugian industri pariwisata.” Forum pariwisata dan transportasi Australia mengatakan bahwa abu vulkanik ini menyebabkan gangguan terbesar yang terjadi dalam industri penerbangan Australia sejak pemogokan pilot pada 1989 lalu.

Mereka memprediksi kerugian sektor pariwisata mencapai 10 juta dolar Australia atau USD10,6 juta atau Rp91 miliar per hari. Pengamat dari Macquarie Equities memperkirakan kerugian yang dialami maskapai Qantas mencapai 21 juta dolar Australia atau Rp191,12 miliar, sedangkan Virgin mengalami kerugian 11 juta dolar Australia atau Rp100,11 miliar. CEO Qantas Alan Joyce membantah bahwa maskapainya terlalu mempermasalahkan pembatalan penerbangan. andika hendra m
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/407702/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia