Bos Gudang Garam Tutup Usia

TUTUP USIA, Jenazah Rachman Halim diturunkan dari helikopter sebelum dibawa ke rumah duka di Unit III PT Gudang Garam Tbk Jalan Demak, Kota Kediri, Jawa Timur. Rachman Halim meninggal dunia di RS Mount Elizabeth Singapura sekitar pukul 05.16 WIB kemarin.

KEDIRI (SINDO) – Presiden Komisaris PT Gudang Garam Tbk (Gudang Garam) Rachman Halim kemarin tutup usia. Salah satu orang terkaya di Indonesia ini meninggal dalam usia 61 tahun pada Minggu (27/7) pukul 05.16 WIB di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura, setelah menjalani perawatan intensif.

”Saya hanya ingin membenarkan kabar duka ini agar tidak menjadi polemik.Hanya ini saja yang bisa saya sampaikan kepada wartawan sesuai amanat keluarga,” ujar Staf Hubungan Masyarakat Gudang Garam Vidya R Boediyanti di Kediri kemarin. Vidya enggan menjelaskan kronologi meninggalnya Rachman Halim, termasuk penyakit yang diderita. Sikap ini merupakan instruksi langsung pihak keluarga yang tidak ingin kabar duka itu tersebar luas.

Menurut mantan Direktur Gudang Garam Rinto Harno, almarhum dirawat di Singapura lantaran penyakit jantung. ”Menurut kabar yang saya terima beliau mengalami gagal jantung. Hanya itu yang saya ketahui,” ujarnya. Jenazah Rachman Halim tiba di rumah duka di Jalan Demak,Kelurahan Semampir, Kecamatan Kota, Kediri, kemarin sekitar pukul 18.00 WIB.

Sebelumnya,dari Bandar Udara Juanda Surabaya, jenazah diterbangkan dengan helikopter milik Gudang Garam dan tiba di Unit III Kompleks Gudang Garam Kediri pukul 17.36 WIB, setelah melalui perjalanan udara dari Singapura. Dari helikopter, jenazah kemudian dipindahkan ke mobil ambulans oleh 8 orang staf Gudang Garam.

Selanjutnya jenazah dibawa ke rumah duka yang berjarak 100 meter dari pendaratan helikopter.Namun iring-iringan kendaraan jenazah tidak langsung ke rumah duka. Rombongan terlebih dulu berputar mengelilingi Gedung Sasana Kridha Surya Kencana— bangunan terbaru Gudang Garam. Rachman Halim merupakan sosok pengusaha bertangan dingin.

Di tangannyalah Gudang Garam menjadi perusahaan besar dan mampu mempekerjakan ribuan orang. Dia juga tidak pernah absen sebagai pengusaha yang masuk daftar orang terkaya majalah Forbes. Halim mulai mencuat ke dunia internasional ketika Forbes pada 2002 menobatkannya sebagai satu dari 497 pengusaha kaya dunia.Ketika itu kekayaannya mencapai USD1,8 miliar (Rp16,43 triliun).

Pada tahun itulah Halim disebut sebagai orang terkaya di Indonesia. Pada 2004 Halim pernah dinobatkan sebagai orang terkaya keempat di Asia Tenggara. Tiga tahun berselang, dia dengan kekayaan USD1,9 miliar (Rp17,34 triliun) menempati urutan ke-410 orang terkaya di dunia versi Forbes. Majalah itu pada 2008 menobatkan Rachman sebagai orang terkaya kedelapan di Indonesia pada 2007.

Lalu pada 2008 Halim menjadi orang terkaya peringkat keenam di Indonesia versi Forbesdengan kekayaan USD2 miliar (Rp18,25 triliun). Kekayaan Rachman berada di bawah Aburizal Bakrie, Budi Hartono, Eka Tjipta Widjaja, Sudono Salim, dan Putera Sampoerna.

Majalah Globe Asiapada 2008 juga menempatkan Rachman Halim sebagai orang terkaya peringkat keenam dengan kekayaan USD2 miliar. Dalam catatan Geoff Hiscock, editor The Australian khusus halaman Asia, Rachman merupakan salah satu pengusaha rokok yang menguasai pasar di Indonesia. Bisnis rokok inilah yang menjadikan Rachman masuk jajaran orang terkaya di Indonesia.

Jiwa sosial juga tidak lepas dari sosok Halim. Dia dikenal sebagai pengusaha yang murah hati dalam memberikan bantuan bagi karyawan dan warga yang membutuhkan. Program beasiswa juga diberikan bagi para pelajar dan mahasiswa untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak.Sebagian para penerima beasiswa itu pun diajak bergabung di perusahaannya. Laki-laki yang lahir di Kediri,Jawa Timur,pada 1947 itu memulai karier benarbenar dari bawah.

Dia menyelesaikan pendidikan SD, SMP, dan SMA di Kediri. Selesai menamatkan sekolah pada 1969, sang ayah, Surya Wonowidjojo (almarhum), menunjuk Rachman untuk mengawasi perluasan pabrik. Rachman kemudian diajak melihat pencampuran saus dan diajari membedakan rasa rokok.

Semua hal tentang rokok dia pelajari sampai detail sehingga dia mengetahui bisnis rokok A–Z. Ketika itu perusahaan rokok Gudang Garam mulai besar. Di situ dia bekerja sebagai pengawas bangunan PT Gudang Garam selama lima tahun. Baru pada 1984 Rachman memangku jabatan presiden direktur. Sistem bisnis yang dikembangkan Halim tidak berbeda dengan model ayahnya.

Dia menerapkan prinsip manajemen ”gotong-royong”, yaitu memberikan kepercayaan kepada bawahan secara penuh. Dengan bekal kepercayaan itu,bawahan akan bekerja optimal dan merasa dipercaya. Kepercayaan merupakan inti bisnis yang dikembangkan Rachman. Menurut Rachman, dengan sistem itu perusahaan bisa berjalan leluasa. Bukan hanya pendekatan dengan karyawan yang baik.

Dia juga terkenal menerapkan pola yang bijak dengan mitra kerja,yaitu para petani tembakau. Gudang Garam menerapkan sistem pembelian bahan baku, baik tembakau maupun cengkih dengan tunai. Sistem tunai akan menumbuhkan sebuah persaudaraan yang tak pernah luntur antara pengusaha rokok dan petani. Dengan sistem tunai pula petani merasa lebih nyaman dan aman secara finansial.

Pada 1984, majalah The Economist London menyebut Gudang Garam sebagai perusahaan rokok terbesar di Asia Tenggara. Ketika itu Rachman mampu mempekerjakan sekitar 42.000 buruh dan 3.000 staf. Rachman juga menerapkan sistem manajemen total quality control. Halim menikahi Feni Olivia (Oei Fen Lang), putri seorang pemilik restoran di Bima, Nusa Tenggara Barat dan memiliki dua anak.

Rachman meninggal dunia setelah Gudang Garam berusia 50 tahun per 26 Juni lalu. Selama 39 tahun dia telah berjuang membangun perusahaan itu, dari kecil hingga menjadi raksasa bisnis. (hari tri wasono/agung kurniawan/andika hendra m/berbagai sumber)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford