Kebangkitan Pesawat Supersonik

PARIS – Pesawat supersonik memang telah lama tenggelam dari peredaran. Tapi, perusahaan penerbangan di dunia diam-diam berlomba-lomba menciptakan pesawat supersonik.

Satu hal yang ingin ditunjukkan adalah bahwa pesawat supersonik aman bagi penumpang. Perlombaan produksi konsep pesawat supersonik seperti perlombaan penciptaan bus dan kereta api supercepat. Anda tidak perlu menunggu satu pesawat supersonik.Tapi, dua pesawat supersonik dapat langsung ada di depan mata Anda.

Perlombaan itu berlangsung setelah delapan tahun pesawat supersonik Concorde tak beroperasi lagi.Pada Paris Air Show yang berlangsung 20 hingga 26 Juni 2011 ini, beberapa perusahaan penerbangan berlomba untuk menciptakan konsep pesawat supersonik masa depan. Salah satu perusahaan yang fokus mengembangkan pesawat supersonik adalah European Aeronautic Defence and Space Company (EADS).

Saat Paris Air Show 2011 yang diselenggarakan di Bandara Le Bourget,Paris, pada beberapa hari lalu, EADS mengumumkan peluncuran pesawat supersonik tanpa emisi atau Zero Emission Hyper Sonic Transport (Zehst) yang mampu terbang dari Paris ke Tokyo dalam 2,5 jam pada 2050.Padahal, pada penerbangan normal, Paris ke Tokyo membutuhkan waktu selama 11 jam.

Jelas itu bukan mimpi. Orang dapat menjangkau tempat yang sebelumnya dianggap jauh hanya dengan hitungan menit dan jam. Semua orang tidak lagi kesulitan untuk bepergian ke berbagai belahan dunia yang membutuhkan waktu yang lama. Jean Botti, Kepala Teknis EADS, mengatakan, dirinya dapat membayangkan pesawat masa depan terbang seperti Zehst.

Pesawatnya rendah polusi yang dapat membawa sekitar 50 hingga 100 penumpang.“Pada penerbangannya didukung oleh biofuel yang terbuat dari rumput laut sebelum mengaktifkan mesin roket di tingkat ketinggian tertentu,” katanya seperti dikutip dari AFP. Zehst memiliki mesin roketnya yang didukung oleh hidrogen dan oksigen yang hanya membuang uap air.

Mendorong pesawat ke ketinggian jelajah 32 km dibandingkan pesawat jet penumpang saat ini yang terbang di ketinggian 10 km sampai 12 km di atas permukaan laut. “Pesawat tidak akan mencemari karena berada di lapisan stratosfer.Pada pendaratan, pilot akan mematikan mesin dan meluncur turun ke bumi sebelum menyalakan kembali mesin biasa sebelum mendarat,”kata Botti.

Dia pun berharap prototipenya selesai dibangun pada 2020 dan untuk pesawat akhirnya selesai sekitar 2050.Pada proyek ini dikembangkan EADS yang bekerja sama dengan Jepang dan menggunakan teknologi yang kini sudah tersedia. Kedua adalah SonicStar yang dibiayai oleh Hyper Mach. Pesawat supersonik itu disebut “masa depan dalam penerbangan”.

SonicStar bakal terbang dengan kecepatan dua kali lipat Concorde. Mampu terbang dari New York hingga Dubai dalam dua jam dua puluh menit. Dengan pesawat SonicStar, para penumpang dapat terbang keliling dunia dengan lima jam saja. CEO Hyper Mach Richard Lugg mengatakan pesawat itu mampu membuat sisi lain dunia merasa seperti turun ke jalan.

Dengan kata lain,semua penumpang tidak bakal merasa seperti terbang dengan pesawat. Baru duduk di kursi pesawat, kemudian Anda langsung tiba di bandara tujuan. Lugg menuturkan, dia terinspirasi membuat pesawat supercepat sebagai anak muda yang pernah melihat armada Concorde.

Dia pun berharap SonicStar mampu menjadi generasi pesawat supersonik mendatang. “SonicStar dibuat dengan sebagai mata masa depan. Itu dibuat dengan dasar penelitian ilmiah yang kokoh,” ujar Lugg kepada CNN. Lugg menuturkan, pesawat itu mampu terbang di atas ketinggian 18.300 kaki.

Semua penumpang pun mampu melihat bentuk bumi yang bulat.Sonic- Star juga mampu menjadi pesawat yang sanggup mengurangi emisi dan tidak bising. Dengan teknologi baru, pesawat itu dijamin tidak sama dengan para pendahulunya. Sama seperti Concorde, SonicStar hanya memiliki 20 penumpang VVIP.Semua akomodasi yang tersedia supermewah.

Nantinya, bakal digunakan oleh kalangan jet set yang berlibur. Selain itu, para miliader dan eksekutif perusahaan kelas dunia bakal menikmati penerbangan supermahal dan supermewah itu. Hanya saja, para pakar menyuarakan catatan penting. Pesawat supersonik itu bukan konsep pesawat dengan teknologi yang rumit.

Tapi, diharapkan bahwa pesawat itu mampu direalisasikan bukan hanya menjadi bahan diskusi di papan gambar. “Semoga beruntung bagi mereka.Tapi, saya sangat skeptis,” kata Murdo Morrison,editor majalah Flight International. Dia menambahkan, biaya desain pesawat itu seperti melukis bintang astronomi.

Jika mereka mampu membuat prototipenya, itu mungkin baru 10% saja. Morrison menambahkan, ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa pesawat supersonik mampu terbang. Buktinya, pesawat tempur mampu melakukannya. Concorde pun berhasil. Teknologi mampu merealisasikannya.

Masalahnya, kata Morrison, bagaimana pesawat supersonik dapat dijual secara komersial. “Jika membuat pesawat supersonik itu mudah dan memungkinkan,maka perusahaan besar bakal membuatnya sekarang,”katanya. Sebenarnya, kalau dilihat sejarah, pesawat supersonik telah dikembangkan sangat lama.

Pada dekade 1950-an, pertama kali digunakan pesawat supersonik hasil kerja sama Inggris dan Prancis. Pesawat itu diberi nama Concorde (tambahan e diberikan Inggris sebagai ucapan terima kasih atas jasa Prancis dalam pembuatan pesawat ini), dioperasikan pertama kali tahun 1969.

Selama 20 tahun pertama penerbangan komersialnya, Concorde mengangkut 3,7 juta penumpang.Total jam terbang dari keseluruhan 13 pesawat Concorde yang ada sekarang sudah lebih dari 200.000 jam terbang. Dari jumlah itu, 140.000 jam di antaranya adalah terbang di atas kecepatan suara.

Pesawat ini juga mampu membawa 144 penumpang dengan kecepatan 2,04 mach (2.200 km/jam) pada ketinggian 60.000 kaki. Itu artinya kecepatan Concorde 2 kalinya kecepatan suara, yakni 1.200 km/jam. Dengan kecepatan luar biasa ini, Concorde hanya membutuhkan waktu 2 setengah jam dari Paris ke New York. Padahal, rata-rata pesawat biasa menempuh jarak tersebut harus membutuhkan waktu lebih dari 7 jam.

Karena menembus kecepatan luar biasa itu, Concorde akan mengeluarkan suara menggelegar yang disebut sonic boom.Jika terjadi di atas daratan yang penuh dengan perumahan, pengaruh sonic boom dapat memecahkan kaca-kaca jendela rumah. Makanya, Concorde hanya diperbolehkan terbang dengan kecepatan luar biasa tersebut ketika sudah berada di atas Samudra Atlantik.

Saat Concorde masih terbang di atas daratan Eropa dan Amerika, Concorde melaju dengan menggunakan kecepatan pesawat biasa,yaitu 600 km/jam. Sementara itu, Rusia membuat pesawat serupa, tetapi dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak dan terbang pada 1967 diberi nama Concordski (karena mirip Concord; nama aslinya adalah Tu-144).

Pesawat ini memiliki kecepatan hingga dua kali kecepatan suara (Mach 2) lebih cepat dari kebanyakan pesawat komersial yang terbang dengan kecepatan Mach 0,8. Kecelakaan yang terjadi pada Concordski saat pameran kedirgantaraan di Le Bourget 6 Juni 1973 serta Concorde pada 25 Juli 2000 membuat semakin rentannya pesawat supersonik.

Akhirnya, ditambah dengan mahalnya biaya operasional, sejak 2003 pesawat Concorde tidak terbang lagi.Kedua maskapai yang mengoperasikannya Air France dan British Airways memensiunkan pesawat ini dari jajaran armadanya dan mengakhiri era penerbangan supersonik. andika hendra Mustaqim
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/408498/38/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Bos Gudang Garam Tutup Usia