Trump Fokus Reformasi Pemerintahan
WASHINGTON – Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan menempuh sejumlah langkah revolusioner dalam menjalankan program untuk mereformasi pemerintahan.
Masa depan AS di tangan Trump akan diwarnai pembaharuan total sistem pemerintahan AS dengan visi dan misi versi miliarder New York itu. Sebagai ”orang luar”, Trump akan merombak tradisi dan sistem pemerintahan AS yang identik dengan lobi politik. Trump berjanji menghapus politik uang Washington. Janji itu menggugah banyak warga AS yang sudah jengah dan bosan dengan perpolitikan Gedung Putih yang diwarnai broker.
Janji kampanye yang pernah diucapkan Trump adalah dia akan mengurangi korupsi pengaruh kepentingan khusus. Dalam 100 hari pertama Trump berkuasa, dia akan mengusulkan amendemen konstitusi untuk membatasi periode jabatan seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Kongres. Kemudian, dia juga ingin membatasi masa jabatan pejabat Kongres dan Gedung Putih selama lima tahun.
Itu bertujuan agar mereka tidak menjadi pelobi setelah meninggalkan jabatan di pusat kekuasaan. Selanjutnya, bukan hanya reformasi, Trump juga akan ”menghapus” legasi dan program lanjutan dari pemerintahan Presiden Barack Obama. Saat berkampanye, miliarder New York itu berjanji akan membatalkan setiap tindakan, memorandum, dan perintah yang dikeluarkan Presiden Obama. Menurut penasihat kampanye Trump, Stephen Moore, Trump telah mengidentifikasi sekitar 25 perintah eksekutif yang mungkin akan dibatalkan.
”Trump menghabiskan waktu selama beberapa jam untuk menandatangani keputusan dan menghapus kebijakan Presiden Obama,” kata Moore dilansir Telegraph . Salah satu kebijakan Obama yang akan dihapus adalah Affordable Care Act atau dikenal dengan Obamacare. Program itu memberikan asuransi gratis kepada 12,7 juta warga AS. Tapi, kebijakan itu justru meningkatkan premi asuransi bagi wargaAS yang tidak mendapatkan asuransi.
Trump akan mengganti kebijakan itu dengan sistem ”Health Savings Accounts”. Rencana itu akan memberikan kekuasaan lebih besar kepada negara bagian untuk mengelola dana asuransi tersebut. Sistem itu berbeda dengan Obama care, tetapi Trump belum pernah menjelaskan bagaimana mereka mengimplementasikannya. Gebrakan dahsyat yang akan dilakukan Trump adalah pengusir imigran ilegal dari AS. Washington Post memprediksi, sebanyak 6,5 juta imigran ilegal akan dideportasi Trump.
Sekitar 690.000 imigran adalah pelaku kriminalitas dan tidak lagi memiliki visa. Dengan demikian, program Trump itu akan menghentikan amnesti eksekutif bagi imigran ilegal dan mengusir siapa pun yang masuk ke AS secara ilegal. Trump berjanji membangun tembok sepanjang perbatasan Meksiko yang diperkirakan memakan biaya hingga USD12 miliar. Pembangunan tembok itu memang tidak bisa diwujudkan pada bulan awal pemerintahannya.
Pasalnya, dia harus mengajukan undang-undang tentang hal tersebut. Trump sendiri belum menjelaskan bagaimana ambisi tersebut bisa terwujud. Sementara, kebijakan luar negeri yang akan menjadi fokus Trump adalah NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara). Trump pernah mengatakan, jika dia menjadi presiden, mungkin tidak akan memberikan perlindungan kepada negara anggota NATO yang diserang.
”AS akan membantu anggota NATO jika negara itu memenuhi kewajibannya kepada aliansi itu,” tuturnya. Pernyataan itu merupakan pertama kali sejak Perang Dunia II, di mana capres AS yang berkampanye mengenai prasyarat tersebut. Dengan mengampanyekan ”mendahulukan kepentingan AS”, Trump mengancam akan menarik pasukan dari Eropa dan Asia jika para negara aliansi tidak memberikan perlindungan bagi warga AS.
Konflik di beberapa negara Arab seperti Suriah, Irak, Libya, dan Yaman, juga menjadi tantangan berat bagi pemimpin AS mendatang. ”Suriah akan menjadi ujian paling sulit bagi presiden mendatang,” tutur Josh Landis, kepala Pusat Kajian Timur Tengah di Universitas Oklahoma. Presiden AS nanti juga akan menghadapi ancaman ISIS dan kelompok ekstremis lainnya yang menjadikan Suriah sebagai inkubator.
”Mereka akan membutuhkan AS sebagai pihak yang akan menekan pergerakan ekstremis selama dibutuhkan,” kata Clapper. Saat berkampanye, Trump berjanji akan menghancurkan ISIS. Sejarah ISIS membuktikan bahwa mereka dikenal dengan fleksibilitas dan penyesuaian diri. Ketika mereka diusir dari Suriah dan Irak, mereka akan bermetamorfosis menjadi sesuatu yang lain.
Ancaman transnasional itu akan membutuhkan presiden AS ke 45 bekerja sama lebih erat dengan bangsa lain. Kemudian, dengan kemenangan Trump, dia akan mewujudkan kebijakan yang mengubah cara bisnis AS dengan seluruh dunia. Trump menganggap kesepakatan perdagangan bebas dengan banyak negara berdampak buruk terhadap daya saing AS. Trump berjanji akan bersikap keras dengan China dan menarik diri dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP).
Bahkan, kesepakatan perdagangan bebas dengan Kanada dan Meksiko juga ingin dibatalkan. Menurut Trump, berbagai kesepakatan perdagangan itu mengakibatkan pengangguran di AS. Pajak impor dari China akan dinaikkan sebesar 45% dan 35% bagi produk dari Meksiko. Bahkan, dia pernah mengusulkan agar AS menarik diri dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=16&date=2016-11-10
Komentar