Tantangan Berat Menanti Presiden Baru


Presiden Amerika Serikat (AS) ke 45 yang memenangkan pemilu 8 November nanti tidak akan memiliki banyak waktu untuk merayakan. Banyak tugas berat menanti yang harus dilaksanakan penguasa Gedung Putih.

Setelah kampanye yang diwarnai hujatan dan saling serang, panglima tertinggi militer AS akan menghadapi tugas berat dan pekerjaan rumah yang ditinggalkan Barack Obama. Pemimpin AS yang baru juga harus menyelesaikan tantangan kebijakan luar negeri yang paling parah dalam beberapa dekade terakhir.

Rapat di Ruang Situasi Presiden AS akan fokus pada konflik panas dan dingin di seluruh dunia, Rusia dan China yang ingin menebar pengaruh, serangan cyber, dan aliansi yang khawatir dengan dukungan Washington. Itu semua akan membuat tidur Presiden baru AS akan semakin tidak nyenyak karena banyaknya persoalan luar negeri yang terus berkembang dan fluktuatif.

Konflik Timur Tengah, terutama di Suriah dan Irak, dikhawatirkan akan memicu ketegangan sektarian juga menjadi hal yang akan dipikirkan Presiden AS nanti. Apalagi, konflik itu akan menambah jumlah arus pengungsi di kawasan dan Eropa. Asia juga menjadi perhatian. Aksi dan provokasi pemimpin Korea Utara (Korut) yang berusaha meningkatkan cadangan nuklirnya.

Ditambah dengan China yang menantang AS di Laut China Selatan. Presiden AS mendatang juga akan menghadapi ”black swan” yaitu berbagai peristiwa yang tidak seorang pun melihatnya. Namun, berbagai black swan tersebut juga akan menghadapi kepastian. ”Saya memperkirakan adanya tantangan dini,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Pertahanan Demokrasi Mark Dubowitz kepada CNN. Mark mengungkapkan, tantangan paling kuat adalah Iran.

”Pemerintahan baru harus mempersiapkan segala respons yang proporsional dan tidak proporsional,” ungkapnya. Analis lainnya memprediksi, tantangan awal berasal dari Eropa dan Asia. Korut diprediksi akan meluncurkan misil atau menguji coba bom nuklir. Di Rusia, Presiden Vladimir Putin akan menggertak Washington untuk menguji nyali presiden baru.

”Korut dipastikan akan menantang pemerintahan mendatang,” kata Victor Cha, penasihat senior Center for Strategic and International Studies yang pernah bekerja untuk Presiden George W. Bush. Negara yang terisolasi tersebut, kata Cha, akan menjadi salah satu tantangan paling besar bagi pemerintahan mendatang.

Menurut Cha, permasalahan Korut saat ini lebih buruk dibandingkan dengan delapan tahun lalu. Dia menyarankan agar pemerintahan mendatang menyiapkan diri dengan langkah tegas, seperti memberi sanksi kepada perusahaan China yang berinvestasi di Korut dan mengubah kebijakan pertahanan misil.

Bagaimana dengan China? Beijing sudah menyiapkan tantangan bagi presiden AS mendatang. Beijing akan menggunakan kekuatan militernya untuk menguasai Laut China Selatan. Sedangkan, AS tetap bersikeras meminta navigasi internasional di Laut China Selatan dan penyelesaian konflik tersebut harus diselesaikan dengan damai.

”Peluasan dan pengembangan modernisasi militer China terjadi di berbagai bidang, termasuk antariksa,” kata Clapper saat berbicara di Dewan Hubungan Luar Negeri. ”Perkembangan militer China itu mengganggu dan sangat impresif,” tuturnya.

Presiden baru AS mendatang juga seyogianya memperbarui hubungan dengan Asia, terutama Korea Selatan dan Filipina, serta Jepang. Itu berkaitan dengan pendekatan China terhadap aliansi AS di Asia. ”China ingin membentuk perubahan besar menjadi multipolar, di mana Beijing ingin menempatkan diri sebagai negara yang penting, bukan hanya dominan di peta dunia,” tutur Clapper.

andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=31&date=2016-11-07

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford