PBB Hentikan Bantuan ke Suriah
Grafis: KORAN SINDO/Ailsa Sarah |
DAMASKUS- Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) menghentikan semua bantuan kemanusiaan ke Suriah. Keputusan itu bersamaan dengan gagalnya gencatan senjata di Suriah yang dimediasi Amerika Serikat (AS) dan Rusia.
Penghentian bantuan terjadi setelah serangan terhadap truk konvoi bantuan kemanusiaan di dekat Aleppo, Suriah, yang menewaskan 14 petugas dan warga sipil. Padahal, mereka telah mendapatkan lampu hijau dari semua pihak yang bertikai di Aleppo, mulai dari militer Suriah hingga kelompok anti-Damaskus.
”Langkah keamanan perlu secepatnya diwujudkan. Konvoi kemanusiaan lainnya di Suriah juga dibatalkan,” kata juru bicara Badan Kemanusiaan PBB Jens Laercke di Jenewa, Swiss, dilansir AFP. ”Kita membutuhkan waktu untuk menilai situasi keamanan,” katanya. PBB mengonfirmasi konvoi bantuan kemanusiaan diserang. Namun, mereka tidak mengungkapkan berapa banyak jumlah korban.
Serangan itu juga terjadi saat para pemimpin dunia bertemu di sidang tahunan PBB di New York. Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan, serangan itu dilakukan militer Suriah atau Rusia. Semenjak berakhirnya gencatan senjata, 35 serangan udara telah dilancarkan di Aleppo.
Sedangkan, kelompok bantuan kemanusiaan menyatakan jumlah korban tewas akibat serangan bom itu semakin banyak. ”14 aktivis Bulan Sabit Arab Suriah tewas,” kata sekjen Federasi Internasional Masyarakat Bulan Sabit dan Palang Merah Elhadj As Sy, dalam konferensi PBB. Juru bicara PBB Steophane Dujarric mengatakan, sedikitnya 18 dari 31 truk bantuan kemanusiaan dibom jet tempur.
”Konvoi bantuan itu seharusnya mengirimkan bantuan bagi 78.000 orang di Kota Urm al-Kubra dan seluruh wilayah Alleppo,” ungkapnya dilansir Reuters. Padahal, konvoi bantuan tersebut akan diberikan kepada semua pihak yang bertikai di Aleppo. Kepala Misi Bantuan PBB Stephen O’Brien mengatakan, laporan awal menunjukkan banyak orang yang tewas dan mengalami luka serius akibat serangan tersebut.
”Jika serangan tersebut ternyata disengaja, maka itu merupakan kejahatan perang,” katanya. Dia menyerukan investigasi independen dan secepatnya atas tragedi tersebut. Presiden Komite Internasional Palang Merah Internasional (ICRC) Peter Maurer mengungkapkan, serangan mematikan terhadap konvoi itu merupakan pelanggaran hukum internasional.
”Itu juga akan memperparah situasi kerja kemanusiaan di Suriah,” ujarnya. Utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengungkapkan, serangan itu sungguh mengerikan. ”Konvoi kemanusiaan itu merupakan hasil dari proses izin dan persiapan panjang untuk membantu warga yang terisolasi,” tutur Mistura kepada AFP .
Menurut penduduk lokal Suriah, truk konvoi bantuan diserang sekitar lima misil saat parkir di markas Bulan Sabit Merah Suriah di Urm al-Kubra, kota di dekat Aleppo. Dia mengatakan, kepala lembaga kemanusiaan dan beberapa aktivis terluka parah. Serangan terhadap konvoi itu menjadi sinyal kegagalan upaya gencatan senjata yang dipelopori Washington dan Moskow untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama lima setengah tahun.
”Kita tidak mengetahui gencatan senjata itu bisa diselesaikan,” kata pejabat senior pemerintahan Obama yang enggan disebutkan namanya. Militer Suriah tidak berkomentar atas tragedi tersebut. Namun mereka sudah menyatakan, gencatan senjata telah berakhir.
Damaskus hanya menuding kelompok gerilyawan yang melawan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad sebagai pemicu kegagalan gencatan senjata. ”Mereka (gerilyawan) justru memperkuat diri dan mempersenjatai diri saat masa gencatan senjata,” tuding militer Suriah. ”Gerilyawan juga telah melanggar gencatan senjata sebanyak 300 kali,” tambah keterangan mereka.
andika hendra m
http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=27&date=2016-09-21
Komentar