Gunakan Hidrogen sebagai Bahan Bakar, Siap Jelajahi Samudera Selama 6 Tahun
Dijuluki sebagai ”Solar Impulse of the Seas”, Energy Observer merupakan
kapal laut yang digerakkan dengan kombinasi energi terbarukan yang akan
menciptakan sejarah dengan mengeliling dunia.
Terinspirasi Solar Impulse, pesawat bertenaga matahari yang sukses keliling dunia, Energy Observer juga akan menggunakan matahari, angin, dan hidrogen. Kapal itu berencana mulai berlayar pada Februari mendatang dan kini berada di galangan kapal Saint-Malo, perairan Prancis barat.
Itu dalam proses menunggu pemasangan panel surya, turbin angin, dan peralatan elektrolisis yang mampu menggelar air agar mampu memproduksi hidrogen dan oksigen. ”Kita akan menjadi kapal pertama yang secara mandiri mampu menghasilkan hidrogen,” kata pemimpin proyek Energy Observer, Victorien Erussard, dari Prancis.
Erussard bersama sutradara film dokumenter dan penyelam profesional, Jacques Delafosse, ingin menyukseskan proyek tersebut. ”Nantinya, baterai kapal itu akan diisi dari motor elektrik yang dialiri energi dari matahari dan angin,” kata Erussard yang pernah menjadi awak kabin kapal dagang Angkatan Laut.
Bagaimana jika tidak ada matahari dan angin? Pria 37 tahun itu mengungkapkan hidrogen yang dihasilkan elektrolisis akan mengambil alih penyuplaian energi. Dengan demikian, perjalanan kapal itu tidak akan menggunakan bahan bakar fosil dan karbon seperti 96% mayoritas kapal laut di dunia.
Tur dunia Energy Observer diperkirakan akan memakan waktu selama enam tahun. Setelah melintasi Laut Mediterania, kapal itu akan berlayar menuju Samudera Atlantik dan Pasifik. Secara keseluruhan, kapal ramah lingkungan akan berhenti di 101 pelabuhan dari Kuba hingga New Caledonia berlanjut di Goa di pantai barat India. Energy Observer memiliki cerita panjang.
Kapal yang memiliki banyak layar itu pernah memenangkan trofi Jules Verne sebagai tim yang mampu memenangkan pelayaran nonstop berkeliling dunia pada 1994. Kapal itu dibeli USD562.000 (Rp7,49 miliar) dan diperpanjang enam meter menjadi 30,5 meter untuk mendukung proyek ini.
Salah satu pendukung proyek itu adalah aktivis lingkungan Prancis yang terkenal Nicolas Hulot. ”Saya mendukung ini karena ini proyek pertama. Ini sangat ambisius dan menjawab tantangan masa depan,” kata Hulot, mantan duta perlindungan lingkungan yang ditunjuk Presiden Francois Hollande. Hulot mengungkapkan Energy Observer merupakan transportasi laut yang menjanjikan. ”Energy Observer ingin menunjukkan Anda bisa menyimpan dan mencari energi yang tidak hanya bergantung pada angin dan matahari,” katanya.
Energy Observer didesain oleh kemitraan dari Angkatan Laut dan institut penelitian CEA-Liten di Grenoble, Prancis yang fokus mengembangkan teknologi energi terbarukan. Dengan biaya USD4,72 juta (Rp62,93 miliar), kapal itu menjadi laboratorium bergerak bagi CEA-Liten.
Terinspirasi Solar Impulse, pesawat bertenaga matahari yang sukses keliling dunia, Energy Observer juga akan menggunakan matahari, angin, dan hidrogen. Kapal itu berencana mulai berlayar pada Februari mendatang dan kini berada di galangan kapal Saint-Malo, perairan Prancis barat.
Itu dalam proses menunggu pemasangan panel surya, turbin angin, dan peralatan elektrolisis yang mampu menggelar air agar mampu memproduksi hidrogen dan oksigen. ”Kita akan menjadi kapal pertama yang secara mandiri mampu menghasilkan hidrogen,” kata pemimpin proyek Energy Observer, Victorien Erussard, dari Prancis.
Erussard bersama sutradara film dokumenter dan penyelam profesional, Jacques Delafosse, ingin menyukseskan proyek tersebut. ”Nantinya, baterai kapal itu akan diisi dari motor elektrik yang dialiri energi dari matahari dan angin,” kata Erussard yang pernah menjadi awak kabin kapal dagang Angkatan Laut.
Bagaimana jika tidak ada matahari dan angin? Pria 37 tahun itu mengungkapkan hidrogen yang dihasilkan elektrolisis akan mengambil alih penyuplaian energi. Dengan demikian, perjalanan kapal itu tidak akan menggunakan bahan bakar fosil dan karbon seperti 96% mayoritas kapal laut di dunia.
Tur dunia Energy Observer diperkirakan akan memakan waktu selama enam tahun. Setelah melintasi Laut Mediterania, kapal itu akan berlayar menuju Samudera Atlantik dan Pasifik. Secara keseluruhan, kapal ramah lingkungan akan berhenti di 101 pelabuhan dari Kuba hingga New Caledonia berlanjut di Goa di pantai barat India. Energy Observer memiliki cerita panjang.
Kapal yang memiliki banyak layar itu pernah memenangkan trofi Jules Verne sebagai tim yang mampu memenangkan pelayaran nonstop berkeliling dunia pada 1994. Kapal itu dibeli USD562.000 (Rp7,49 miliar) dan diperpanjang enam meter menjadi 30,5 meter untuk mendukung proyek ini.
Salah satu pendukung proyek itu adalah aktivis lingkungan Prancis yang terkenal Nicolas Hulot. ”Saya mendukung ini karena ini proyek pertama. Ini sangat ambisius dan menjawab tantangan masa depan,” kata Hulot, mantan duta perlindungan lingkungan yang ditunjuk Presiden Francois Hollande. Hulot mengungkapkan Energy Observer merupakan transportasi laut yang menjanjikan. ”Energy Observer ingin menunjukkan Anda bisa menyimpan dan mencari energi yang tidak hanya bergantung pada angin dan matahari,” katanya.
Energy Observer didesain oleh kemitraan dari Angkatan Laut dan institut penelitian CEA-Liten di Grenoble, Prancis yang fokus mengembangkan teknologi energi terbarukan. Dengan biaya USD4,72 juta (Rp62,93 miliar), kapal itu menjadi laboratorium bergerak bagi CEA-Liten.
Komentar