FARC-Kolombia Berdamai
KORAN SINDO/ SARA AILSA |
CARTAGENA – Pemerintah Kolombia resmi menandatangani perjanjian damai dengan pemberontak Marxist FARC (Pasukan Bersenjata Revolusi Kolombia).
Itu mengakhiri pemberontakan selama setengah abad yang menewaskan lebih dari 260.000 orang dan 45.000 warga dilaporkan hilang. Perdamaian itu dicapai setelah perundingan selama empat tahun di Kuba.
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, 65, dan pemimpin pemberontak FARC Rodrigo Londono yang biasa disebut ”Timochenko” berjabat tangan pada Senin (26/9) waktu setempat. Penandatanganan kesepakatan damai yang dilakukan dengan pena berbalut peluru diharapkan bisa menyembuhkan luka lama sekitar 6,9 juta warga yang terdampak langsung peperangan tersebut.
”Hidup Kolombia, hidup perdamaian,” demikian teriakan banyak orang yang menyaksikan penandatanganan perdamaian. Beberapa orang mengibarkan bendera Kolombia sebagai ungkapan kegembiraan.
”Tidak ada lagi perang!” teriak banyak orang lainnya. ”Malam penuh kekerasan yang menakutkan dan menghantui dan membayangi kita selama lebih dari seabad telah berakhir,” kata Santos dengan berlinang air mata. ”Kita membuka hati kita untuk fajar yang baru untuk matahari yang bersinar penuh mungkin muncul di langit Kolombia,” paparnya dilansir Reuters .
Santos mengatakan, rakyat Kolombia merayakan perjanjian damai ini. Dunia juga merayakannya karena berkurang satu peperangan di dunia. ”Kita akan mencapai tujuan dan menyelesaikan segala tantangan. Kesepakatan itu akan mengubah bangsa kita menjadi negara yang kita mimpikan, negara yang damai,” ujarnya.
Rakyat Kolombia akan memberikan suaranya pada Minggu (2/10) untuk menentukan ratifikasikesepakatanperdamaiantersebut melalui referendum. Jajak pendapat menunjukkan kesepakatan tersebut akan didukung sepenuhnya rakyat Kolombia.
Banyak korban dan keluarga korban yang hadir dalam penandatanganan kesepakatan damai itu merasa haru. Mereka mengingat korban yang dibunuh, diperkosa, dan diculik selama perang. Ibu kolonel polisi Julian Ernesto Guevara yang meninggal saat diculik FARC juga hadir di Cartagena untuk menyaksikan penandatanganan kesepakatan.
Akhir perang terpanjang di Amerika Latin itu akan mengubah gerilyawan FARC menjadi partai politik yang akan bertarung di tempat pemungutan suara. ”Tidak ada yang meragukan bahwa kita akan melaksanakan politik tanpa senjata,” kata Londono, 58.
Dia juga meminta maaf kepada seluruh korban FARC. ”Kita semua menyiapkan diri untuk melepaskan seluruh senjata di pikiran kita dan hati kita,” katanya. Londono mengungkapkan, FARC menyambut ”era baru” perdamaian dan rekonsiliasi. ”Kita lahir kembali untuk meluncurkan era baru membangun perdamaian,” katanya setelah penandatanganan kesepakatan damai.
FARC bersiap meluncurkan partai politik. Banyak para petinggi FARC juga akan terjun untuk menjadi anggota parlemen. Dengan kesepakatan damai, Santos, anggota keluarga kaya dari Bogota, akan menggunakan pengaruh politiknya untuk melakukan reformasi pajak. Dia juga akan menerapkan beberapa kebijakan untuk memberikan kompensasi atas menurunnya harga minyak.
Seluruh hadirin dalam upacara yang digelar di Cartagena, kota pantai, mengenakan baju berwarna putih. Mereka adalah Sekjen PBB Ban Ki-moon, Presiden Kuba Raul Castro, dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry. ”Anda bisa melihat masa depan dengan optimisme. Anda mengundang warga Kolombia untuk hidup damai,” kata Ban.
andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/news.php?r=0&n=10&date=2016-09-28
Komentar