Abu Sayyaf Bebaskan 3 WNI

MANILA – Kelompok ekstremis Abu Sayyaf akhirnya membebaskan tiga warga negara Indonesia (WNI) yang mereka sandera sekitar dua bulan.

Pemerintah Indonesia diminta terus melakukan upaya pembebasan 6 WNI lain yang hingga kini nasibnya tak jelas. Identitas tiga WNI yang dibebaskan tersebut adalah Lorenz Koten, Theodores Kopong, dan Emmanuel Arakian. Ketiganya merupakan anak buah kapal (ABK) pencari ikan berbendera Malaysia LLD113/5/F yang diculik kelompok Abu Sayyaf di perairan Negara Bagian Sabah, 9 Juli silam. Pembebasan dilakukanpada Sabtumalam(17/9) waktusetempat atauhanya berselang beberapa jam setelah sandera asal Norwegia, Kjartan Sekkingstad, juga dilepaskan.

”Pembebasan dilakukan di lokasi yang tak diketahui di Sulu,” kata Juru Bicara Komando Mindano Barat Mayor Filemon Tan seperti dilansir Reuters. Tan mengungkapkan, Sekkingstad dan tiga WNI telah diterbangkan secara terpisah dari Jolo, Sulu, kemarin sore. Dia menambahkan bahwa ketiga WNI telah diserahkan dari Komandan Gugus Tugas Bersama Sulu Brigadir Jenderal Arnel dela Vega kepada perwakilan Pemerintah Indonesia.

Kemudian beredar foto yang dirilis Philippine Daily Inquirer yang menampilkan tiga WNI bersama Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia Ryamizard Ryacudu dan pejabat militer Filipina Letnan Jenderal Mayoralgo dela Cruz. ”Pembebasan korban penculikan ini adalah hasil operasi militer intensif terhadap kelompok Abu Sayyaf,” ujar Tan. Selain itu, keberhasilan ini berkat bantuan Moro National Liberation Front (MNLF), salah satu kelompok gerilyawan di Mindanao Selatan.

Pemerintah Filipina meyakinkan bahwa tidak ada pembayaran uang tebusan untuk pembebasan sandera Abu Sayyaf. Otoritas Filipina juga menegaskan mereka tidak mengetahui ada pihak lain yang melakukan pembayaran uang tebusan untuk membebaskan sandera. ”Saya ingin menandaskan kembali bahwa pemerintah tetap menegaskan kebijakan tanpa uang tebusan,” kata Menteri Komunikasi Martin Andanar. ”Kini jika ada pihak ketiga yang melakukan pembayaran (tebusan), jika ada keluarga korban (yang melakukan pembayaran tebusan), kita tidak mengetahui hal itu,” imbuhnya.

Sementara itu juru bicara MNLF Profesor Samsula Adju mengatakan, korban sandera yang dibebaskan telah bersama Nur Misuari di Kota Indanan. ”Ya, mereka dibebaskan dan diserahkan ke MNLF oleh ASG (Abu Sayyaf Group),” katanya seperti dilansir Inquirer. Kemudian menurut Profesor Octavio Dinampo, dosen berbasis di Kota Sulu, pembebasan itu dilakukan karena adanya uang tebusan.

Saya mendengar 30 juta peso (Rp8,23 miliar) dibayarkan ke kelompok Abu Sayyaf,” kata Dinampo. Mengenai rumor uang tebusan, juru bicara Angkatan Darat Filipina Brigadir Jenderal Resituto Padilla mengatakan kepada CNN Philippines bahwa mereka tidak mengetahui adanya pembayaran tebusan untuk pembebasan tiga WNI di Sulu. ”Kita tidak mengetahui hal itu. Kita berkonsentrasi untuk melaksanakan operasi militer. Aktivitas kita di lapangan mengindikasikan adanya tekanan terhadap kelompok gerilyawan,” katanya.

Padilla mengungkapkan operasi militer tentara Filipina berdampak besar terhadap pembebasan para sandera. Dia juga memuji MNLF yang membantu penyerahan korban sandera kepada pemerintah dan otoritas. ”Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ricardo Visaya telah meminta kelompok gerilyawan agar menyerahkan seluruh sandera atau mereka menghadapi ancaman operasi militer besar-besaran,” katanya. Dalam pernyataannya, Menhan Indonesia Ryamizard Ryacudu mengucapkan terima kasih kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Angkatan Darat Filipina, dan partisipasi MNLF dalam pembebasan tiga WNI.

”Sekitar 20.000 tentara telah ditempatkan di Sulu dan kemungkinan ada kerja sama patroli perbatasan dan keamanan antara Indonesia dan Filipina,” katanya. Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan hukum Indonesia Lalu Muhammad Iqbal mengatakan, bebasnya tiga WNI merupakan hasil negosiasi yang dilakukan antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima Mindanao Barat Mayoraldo de la Cruz.

Selain itu ada peran Mayjend (Purn) Kivlan Zein serta petinggi MNLF Nur Misuari yang berupaya membantu melakukan pembebasan. ”Ini hasil kerja sama beberapa pihak, terutama antara Filipina dan Indonesia. Infonya, nanti Menhan yang akan serah terima di Manila. Pemulangannya satu sampai dua hari ke depan,” tambah Iqbal. Anggota DPR Komisi I Charles Honoris berharap pembebasan kali ini tidak menggunakan uang tebusan.

”Segala upaya harus dilakukan untuk membebaskan para sandera. Namun membayar tebusan bukan pilihan. Kalau sandera WNI kita saat ini dibebaskan, saya hanya berharap bahwa bukan karena telah dibayarkan tebusan,” sebutnya. Dengan bebasnya 3 WNI ini, ada 6 WNI lagi yang menunggu untuk dibebaskan.

Mereka adalah 5 ABK TB Charles, yakni Ferry Arifin, Muh Mahbrur Dahri, Edi Suryono, Muhammad Nasir, dan Robin Piter serta Herman Manggak, nelayan pencari udang yang disandera pada 3 Agustus lalu. Dua ABK TB Charles diketahui berhasil meloloskan dari, yakni Ismail dan Muhammad Sofyan, pada 18 Agustus lalu. Mereka berlari dan berenang di lautan untuk lolos dari kungkungan Abu Sayyaf sejak 20 Juni.

Penyanderaan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf terhadap WNI pada tahun ini tergolong cukup banyak karena setidaknya mencapai lima kali aksi. Penyanderaan dimulai pada 24 Maret 2016 yang menyasar Kapal Brahma 12. Abu Sayyaf berhasil menculik 12 ABK. Namun mereka akhirnya dilepas pada awal Mei lalu.

Pada 14 April 2016, Abu Sayyaf kembali menyandera 4 WNI yang merupakan ABK Kapal tunda Henry. Namun mereka akhirnya berhasil dibebaskan sebulan kemudian.

Andika hendra m/ binti mufarida/ sucipto
 http://koran-sindo.com/news.php?r=0&n=0&date=2016-09-19

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford