Ukraina Beri Lampu Hijau Referendum
KIEV – Ukraina semakin tak berkutik mengatasi kemelut politik di sejumlah kota wilayah timur. Di tengah kondisi yang kian memanas, Presiden sementara Ukraina Oleksander Turchinov mengungkapkan, pemerintahannya ”tidak menentang” referendum yang digelar oleh beberapa negara bagian.
Dalam beberapa hari terakhir kota-kota bagian di Ukraina timur telah menuntut dilaksanakan referendum sebagai media untuk menentukan masa depan wilayah mereka. Wilayah itu dihuni warga yang sebagian besar berbahasa Rusia. Mereka ingin melepaskan diri dari pemerintahan Kiev menyusul lepasnya Crimea pada Maret lalu. ”Referendum itu akan mengonfirmasi keinginan mayoritas untuk negara yang independen dan bersatu,” kata Turchinov dalam pidato di depan komite parlemen, dikutip Reuters.
Kendati demikian, dia meminta referendum harus dilaksanakan bersamaan dengan pemilu presiden pada 25 Mei nanti. Meskipun menawarkan referendum, Turchinov mengatakan, operasi antiterorisme yang melibatkan militer akan tetap digelar di Ukraina timur hingga para pemberontak menyerahkan senjata dan wilayah itu stabil. ”Kami tidak akan membiarkan Rusia mengulang skenario Crimea di Ukraina bagian timur,” kata Turchinov.
Menanggapi tawaran referendum di Ukraina timur, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemarin menyambut baik itu. Lavrov mengungkapkan warga etnik Rusia di Ukraina timur seharusnya terlibat dalam penyusunankonstitusiyangseharusnya diajukan dalam referendum. ”Moskow menginginkan semua warga negara mendapatkan perlakuan yang sama oleh Kiev,” katanya.
Lavrov memastikan Rusia tidak ingin memecah belah Ukraina. Dia juga membantah tudingan Ukraina dan Amerika Serikat (AS) bahwa agen rahasia Moskow telah beroperasi di Ukraina timur. Sementara di New York, AS, Duta Besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin kemarin menuding Pemerintah Ukraina telah melakukan ”perang terhadap rakyatnya sendiri”. Moskow meminta otoritas di Kiev agar tidak menggunakan kekerasan bagi demonstran pro-Rusia di Ukraina timur.
Sebagai bentuk sindiran, Churkin menyerukan agar Kiev memulai dialog yang jernih. ”Neo-Nazi dan anti-Semti berada dalam jajaran pemerintahan di Kiev,” tuding Churkin dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB. Tak terima dengan tuduhan Rusia, Duta Besar Ukraina untuk PBB Yuriy Sergeyev justru menuding Moskow yang telah sengaja menciptakan krisis di wilayah Ukraina timur.
Dia menegaskan Kiev tetap akan melancarkan serangan besarbesar jika para demonstran dan pemberontak di Ukraina timur tidak meninggalkan gedung militer dan pemerintahan. Kota Slavyansk diwilayah Donetsk telah dikuasai gerilyawan pro-Rusia. Mereka telah mendirikan beberapa pos pemeriksaan di berbagai belahan kota dan jalanan penting. Suasana di kota-kota Ukraina timur kemarin berlangsung tenang.
Warga juga menjalankan aktivitasnya tanpa gangguan. Padahal di Kota Slavyansk, bendera Rusia masih berkibar di kantor pusat polisi. Beberapa milisi yang menggunakan masker berjaga-jaga. Ukraina timur memiliki penduduk berbahasa Rusia dalam jumlah besar. Rusia sebelumnya berulang menegaskan akan melindungi warga etnik Rusia yang berada di Ukraina jika mereka diserang.
Kota-kota di Ukraina timur juga telah diwarnai serangkaian unjuk rasa di sana sejak pelengseran Presiden Ukraina pendukung Rusia Viktor Yanukovych pada Februari dan masuknya Crimea dalam teritorial Kremlin. ● andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/382270
Komentar