Kapten Sewol Tak Pegang Kendali - Mualim 3 Kemudikan Kapal saat Tenggelam

JINDO – Jaksa Korea Selatan (Korsel) kemarin meminta surat penangkapan terhadap kapten dan dua anak buah kapal feri Sewol yang tenggelam tiga hari lalu. Permintaan surat penangkapan itu muncul setelah adanya laporan bahwa kapten kapal nahas bernama Lee Joon-seok ternyata tidak berada di balik kemudi ketika kapal berbobot mati 6.825 ton itu tenggelam Rabu (16/4) lalu. Hingga kemarin tercatat 28 orang tewas dan 268 orang penumpang kapal— yang sebagiannya pelajar— masih belum ditemukan. ”Tim investigasi gabungan polisi dan jaksa meminta surat perintah penangkapan terhadap tiga awak kapal, termasuk kapten,” ujar pejabat penjaga pantai di Mokpo kepadaAFP. Permintaan itu telah diajukan ke pengadilan lokal, sementara belum diketahui apakah tun-tutan terhadap kapten dan dua anak buah kapalnya itu. Kapten dan sebagian besar dari 18 anak buah kapal kabur dari feri itu sebelum tenggelam. Kapten telah mendapatkan kritikan karena meninggalkan kapal itu ketika masih banyak orang yang terjebak di dalamnya. Jaksa menyatakan, investigasi awal menunjukkan Joonseok menyerahkan tanggung jawab kapal itu kepada mualim 3, sebelum kapal itu tenggelam. ”Saat itu mualim 3 yang menjalankan kemudi ketika kecelakaan terjadi,” ujar jaksa Park Jaeeok. Mualim 3 bertugas untuk mengatur arah navigasi kapal. Dia menunjukkan bahwa kapten ”berada di belakang”. Mengenai penyebab kecelakaan, Park tidak menjelaskan lebih detail karena proses penyelidikan masih berjalan. ”Apakah mereka berbelok secara tajam ataupun tidak, itu masih dalam penyelidikan,” ujar Park. Joon-seok telah diperiksa oleh para penyidik pada Kamis (17/4) lalu. Dia juga telah menyatakan permintaan maaf kepada penumpang dan keluarga penumpang. ”Saya merasa sangat menyesal kepada para penumpang, korban dan keluarga. Saya malu,” papar Joon-seok. Publik Korsel marah kepada Joon-seok karena dia justru menyelamatkan diri dan tidak memedulikan para penumpang yang sedang meregang nyawa. Penyebab kapal tenggelam belum diketahui, tetapi para ahli menduga kecelakaan terjadi karena menabrak batu atau berbelok tajam, sehingga mengakibatkan kapal tidak seimbang. Kapal feri Sewol berlayar dari Incheon menuju Pulau Jeju. Kapal itu tenggelam setelah berlayar selama dua jam. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan, kapal feri Sewol itu menikung tajam sebelummengirimsinyalbahayayang pertama. Beberapa pakar menyebut pembelokan secara tajam itu bisa menggoyang kargo—termasuk lebih dari 150 unit kendaraan— dan membuat kapal tidak stabil. Inilah yang menyebabkan kapal menjadi terlalu berat dan akhirnya tenggelam. Beberapa pakar lain mengungkapkan berbeloknya kapal feri itu disebabkan karena tabrakan dengan karang atau objek lain. Kepala jaksa penuntut Lee Seong-yoon menekankan tidak ada batasan untuk penyidikan ini. ”Kami akan mencari siapa saja yang bertanggung jawab atas tindakan yang ceroboh itu. Mereka harus memper-tanggungjawabkan hal itu,” papar Seong-yoon. Mereka juga akan menyelidiki kenapa para penumpang tetap diperintahkan di kabin setelah 40 menit kapal feri itu dalam masalah. Upaya penyelamatan kemarin terhambat cuaca buruk. Dua penyelam kemarin berusaha membuka pintu di sisi kapal, tetapi tidak berenang ke dalam karena kondisinya tidak memungkinkan. ”Jarak pandang sangat terbatas. Sangat sulit untuk melihat apa pun,” ujar salah satu penyelam. Para penyelam hanya berusaha menginjeksi oksigen ke dalam kapal. Sementara itu, tiga alat berat berupa derek digunakan untuk mengangkat kapal atau memindahkannya ke area lain. Tim penyelamat akan mengkaji berbagai pilihan yang akan diambil dengan sangat hati-hati. Pasalnya, penggunaan alat derek kemungkinan dapat mencederai para korban yang terjebak di dalam kapal. ”Alat berat tidak akan digunakan hingga dipastikan tidak ada korban selamat di dalam kapal,” papar komandan penjaga pantai regional, Kim Soo-hyun. Sedikitnya 475 orang berada di dalam kapal Sewol yang tenggelam. Dari jumlah itu, 179 orang berhasil diselamatkan. Tapi tidak ada korban selamat yang ditemukan sejak Rabu lalu. Sebanyak 352 siswa berada di dalam kapal feri nahas itu. Ratusan orang tua yang masih kehilangan anaknya berharap- harap cemas dengan nasib putra-putri mereka. Mereka marah pada sikap lambat pemerintah dalam operasi penyelamatan. Mereka juga sangat kecewa dengan penjelasan dari kapten kapal dan perusahaan pengelola kapal feri yang dinilai tidak bertanggung jawab. ”Sudah dua hari, tak ada seorang pun yang dilaporkan selamat. Saya yakin anak-anak masih hidup. Kita harus menyelamatkan mereka secepatnya,” papar Lee Yong-gi, salah satu orang tua siswa. andika hendra m http://www.koran-sindo.com/node/383200

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford