Biden: AS Siap Bantu Ukraina
KIEV — Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden kemarin menegaskan pemerintahannya akan mendukung pemimpin baru Ukraina dalam menghadapi ”ancaman yang memalukan”. Dukungan Biden kepada Kiev itu menjadi sinyal kuat dua negara itu akan bersama-sama menghadapi ancaman dari Rusia.
Washington menuding Moskow telah memecah belah Ukraina meski Kremlin menegaskan mereka hanya melindungi warga berbahasa Rusia yang tinggal di Ukraina timur. ”Anda menghadapi permasalahan yang mengintimidasi dan beberapa mengatakan, ancaman yang memalukan. AS akan tetap bersama Ukraina menjelang pemilihan presiden yang dijadwalkan pada 25 Mei dan itu akan menjadi pemilu terpenting dalam sejarah negara ini,” papar Biden di hadapan sejumlah anggota parlemen Ukraina, seperti dikutip Reuters.
Biden juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penempatan 40.000 pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina timur. Dia menyerukan Moskow agar memindahkan pasukannya dari perbatasan Ukraina. Yang lebih penting, Biden juga mengungkapkan bahwa AS siap membantu perekonomian Ukraina. Kiev juga diminta serius menangani kanker korupsi yang sudah merajalela. Gedung Putih telah menyiapkan bantuan USD50 juta untuk melakukan reformasi ekonomi dan politik. Kendati demikian, kunjungan Biden tidak berdampak serius terhadap gerakan milisi pro-Rusia di Ukraina timur.
Jurnalis AFPmelaporkan di Kota Kramatorsk, milisi bersenjata kemarin mengepung salah satu kantor polisi lokal. Sedangkan di Kota Lugansk, demonstran menduduki gedung keamanan lokaldan meminta untuk digelar referendum pada 11 Mei mendatang. Sebelumnya Menteri Luar Negeri AS John Kerry berdebat dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melalui sambungan telepon. Dia menuntut Rusia menekan milisi pro-Rusia agar menahan diri. Washington menuduh Rusia mendukung gerakan separatis bersenjata yang menduduki gedung-gedung pemerintahan di Ukraina timur.
Tetapi, Lavrov justru menuntut AS mendesak Pemerintah Ukraina yang menurut Rusia telah melanggar kesepakatan Jenewa. Kesepakatan Jenewa yang dicapai AS, Rusia, Ukraina, dan Uni Eropa antara lain menuntut kelompok-kelompok milisi menyerahkan senjata dan mengembalikan gedung-gedung yang diduduki. Kemudian Lavrov meminta Kerry menekan Kiev untuk menghentikan provokasi konflik berdarah. Dia juga menuntut Pemerintah Ukraina memenuhi kewajiban mereka untuk melucuti kelompok ultranasionalis ”Right Sector” yang diduga melancarkan serangan ke Kota Slavyansk pada Minggu (20/4). andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/384001
Komentar