Tingkatkan Patroli Maritim, Australia Beli 8 Pesawat Baru

SYDNEY – Australia kemarin mengumumkan akan membeli delapan pesawat Poseidon senilai USD3,6 miliar atau Rp42,19 triliun. Pesawat itu akan digunakan untuk meningkatkan patroli maritim untuk menangkal kedatangan para “manusia perahu”. Pesawat buatan Boeing itu akan dimanfaatkan untuk memonitor 2,5 juta kilometer persegi wilayah territorial Australia. Poseidon akan dilengkapi dengan torpedo yang mampu menghancurkan kapal selam dan kapal perang. Selama ini, pesawat itu sudah digunakan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (AS). “Tugas pertama pemerintah adalah pertahanan bangsa. Pemerintah tetap berkomitmen untuk menjaga perbatasan negara kita,” kata Perdana Menteri (PM) Australia, Tony Abbott, dikutip AFP. “Pesawat yang baik dan berkemampuan tinggi akan menjadi jantung pengawasan dan memperkuat kekuatan maritim dalam beberapa dekade mendatang.” Abbott mengabaikan kalau pesawat itu digunakan untuk menghalau datangnya kapal-kapal para pencari suaka yang berangkat dari Indonesia dan Sri Lanka. Penghalauan membanjirnya para pencari suaka merupakan kebijakan utama pemerintahan konservatif itu. “Kita memperkirakan satu pesawat Poseidon beroperasi pada 2017. Saya pikir kapal-kapal (pencari suaka) akan dihentikan (oleh pesawat itu),” katanya. Australia yang merupakan aliansi utama AS itu diperkirakan akan menggunakan Poseidon untuk berpatroli hingga Samudra Hindia. Jalur itu sangat vital karena menjadi salah satu rute kapal tanker minyak dan kargo. 80% kapal tanker China melalui Samudra Hindia di perairan barat Australia. Jepang, India dan Korea Selatan juga sangat tergantung dengan rute Samudra Hindia. Apalagi, pesawat baru itu digambarkan mampu melakukan tugas pencarian dan penyelamatan. Kepala Angkatan Udara Australia, Marsekal Udara Geoff Brown, mengungkapkan pesawat baru itu akan memberikan keuntungan besar bagi Negeri Kanguru itu dalam melindungi perbatasan. “P-8 (Poseidon) memberikan kita kemampuan yang tak tertandingi dalam hal pencarian dan pelacakan baik kapal perang maupun kapal selam,” katanya. Dia menambahkan, pesawat itu juga memiliki kemampuan menakjubkan dalam menarik perhatian target pesawat udara lainnya. Diharapkan Brown, pesawat itu dapat bermanuver dalam jangka waktu 20 hingga 30 tahun mendatang. Seperti dilaporkan Sydney Morning Herald, Pemerintah Australia menyetujui pembelian Poseidon pada 2007. Australia juga memberikan kontribusi AusD150 juta atau Rp1,57 triliun dalam program pengembangan P-8, kemudian ditambah hingga AusD100 juta atau Rp1,05 triliun. Sebelumnya, Australia dilaporkan akan membeli tujuh pesawat tanpa awak Triton buatan AS. Dana yang disiapkan untuk membeli pesawat itu mencapai AusD3 miliar atau Rp31,57 triliun. Pesawat tanpa awak itu digunakan untuk patroli perbatasan. Triton dikembangkan oleh Northrop Grumman yang memiliki sayap dengan lebar 40 meter. Pesawat itu mampu terbang hingga ketinggian 20.000 meter. Triton dapat bertahan di udara selama 30 jam atau mampu terbang dari Sydney ke London tanpa terdeteksi oleh radar dan sensor udara. Angkatan Laut AS juga telah berencana membeli 68 Triton. Australia telah lama mempertimbangkan penggunaan pesawat tanpa awak. Pemerintahan sebelumnya dari Partai Buruh tidak menyetujui penggunaan pesawat tersebut karena teknologinya dianggap belum matang. Menurut para analis, pertahanan maritim merupakan hal yang penting bagi Australia. Apalagi, rival maritim Australia adalah China, yang memiliki kekuatan militer yang berkembang sangat cepat. Selain itu, Australia juga memiliki banyak kepentingan dengan Indonesia, sebagai negara tetangga terbesarnya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford