Australia Sadap Jutaan Ponsel Warga Indonesia

SYDNEY – Australia mengacaukan sistem telekomunikasi Indonesia karena mereka berhasil menyadap jutaan ponsel telepon warga Indonesia. Itu terbukti dengan dokumen rahasia dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) yang mengungkap kalau Australia mengakses data percakapan telepon dari operator selular Indosat dan Telkomsel. Upaya Australia itu membuktikan kalau Negeri Kanguru ternyata tidak hanya menyadap tokoh pejabat penting dan teroris di Indonesia saja, tetapi mereka melakukan penetrasi massal terhadap jaringan telepon dan pengumpulan data dalam skala besar. Itu membuktikan kalau spionase Australia memang bersifat masif terhadap sistem komunikasi nasional Indonesia. Penyadapan besar-besaran Australia itu terbongkar dalam dokumen intelijen Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) yang dibocorkan oleh mantan kontraktornya, Edward Snowden. Data rahasia itu dipublikasikan kemarin oleh harian ternama AS, New York Times. Laporan itu diperkirakan akan kembali memperkeruh hubungan diplomatik antara Jakarta dan Canberra. “Dokumen rahasia NSA menyebutkan Amerika dan Australia secara rahasia mengakses sistem telekomunikasi Indonesia. NSA telah memberikan akses kepada Australia untuk mengakses data panggilan dalam jumlah besar dari Indonesia, berdasarkan dokumen NSA tahun 2012. Itu termasuk data pejabat pemerintah Indonesia dari berbagai kementerian,” demikian laporan New York Times. Kemudian, dokumen NSA tahun 2013 menyebutkan kalau Australia berhasil mendapatkan hampir 1,8 juta kunci master enkripsi dari Telkomsel. Kunci master enkripsi itu biasanya digunakan untuk melindungi telekomunikasi yang bersifat pribadi. Australia juga berhasil mengembangkan suatu cara untuk mampu membongkar enkripsi semua percakapan. Dengan demikian, mereka dapat menyadap semua percakapan telepon tersebut. Upaya penyadapan itu dilakukan oleh Direktor Sinyal Australia (ASD), salah satu mitra NSA. Bukan hanya itu saja, dokumen NSA Februari 2013 menyebutkan ASD juga ternyata menyadap para pejabat Indonesia dan para pengacara yang membela kepentingan Indonesia dalam sengketa dagang ASD menawarkan informasi hasil penyadapan tersebut kepada NSA. Dalam penyadapan itu, ASD juga menghubungi markas pusat NSA di Fort Meade, Maryland, untuk meminta arahan. “Kantor Pusat NSA lalu memberikan arahan bahwa agen Australia boleh melanjutkan penyadapan pembicaraan, untuk memberikan laporan intelijen yang sangat bermanfaat untuk konsumen Amerika Serikat,” bunyi dokumen NSA Itu seperti dikutip New York Times. Dengan adanya kasus itu memicu kekhawatiran para pengacara AS yang banyak menjadi kuasa hukum negara asing. Data NSA tidak menyebutkan kasus perdagangan yang menjadi isu penyadapan. Tetapi Indonesia pernah bersengketa dengan AS dalam ekspor rokok. Indonesia protes terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengenai larangan AS atas ekspor rokok asal Indonesia. Selain kasus itu, ada juga sengketa Indonesia dan Amerika dalam hal ekspor udang. Untuk menyelesaikan sengketa rokok dan udang, Indonesia meminta bantuan firma hukum Mayer Brown. Salah satu pengacara dari firma hukum itu, Duane Layton, mengaku tidak memiliki bukti kalau dia dan firmanya telah disadap oleh lembaga intelijen AS atau Australia. “Saya tidak pernah berpikir kalau saya selalu dimata-matai,” kata Layton yang membantu kasus sengketa rokok. Dalam komunikasi dengan pejabat Indonesia, di kerap menggunakan email dan telepon. Bagaimana tanggapan NSA? Mereka mengklaim tidak pernah meminta mitra asingnya untuk melakukan aktivitas intelijen. “Pemerintah AS juga legalitas untuk melarang tindakan tersebut,” demikian keterangan NSA. ASD juga selalu memberikan laporan spionasenya terhadap target asing kepada Pasukan Pertahanan Australia untuk mendukung militer. Mereka juga selalu melaporkan segala hasil pengumpulan data intelijen kepada dan Pemerintah Australia untuk menyusun keputusan strategis. Australia memiliki banyak kepentingan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Indonesia. Bocoran aksi intelijen Australia itu bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri AS John Kerry ke Indonesia. Laporan intelijen terbaru itu juga diperkirakan menambah kekisruhan hubungan antara Jakarta dan Canberra. Sebelumnya, Australia disebut menyadap ponsel para pejabat tinggi Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Data Intelijen Untungkan Aliansi Mengenai laporan yang menghangat tentang intelijen Australia yang menyadap ponsel warga Indonesia dan sengketa dagang antara Jakarta dan Washington, Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott, kemarin, mengungkapkan data intelijen untuk memberikan keuntungan bagi aliansi Negeri Kanguru itu. Abbott menolak berkomentar mengenai laporan anyar dari New York Times itu. “Kita tidak pernah berkomentar mengenai laporan operasional intelijen. Itu telah menjadi praktek yang lama dilakukan seluruh pemerintahan Australia,” kata Abbott dikutip AFP. Dia mengungkapkan Australia tidak menggunakan data intelijen itu sebagai bagian keamanan secara umum dan operasi intelijen untuk kerusakan negara lain. “Kita menggunakan itu (data intelijen) untuk memberikan keuntungan bagi aliansi kita. Kita menggunakan itu untuk mempertahankan nilai-nilai kita,” tutur Abbott. “Kita menggunakan itu untuk melindungi penduduk kita dan penduduk negara lain. Tentunya kita tidak menggunakan itu untuk kepentingan komersial.” Pemimpin oposisi Australia, Bill Shorten, menuding PM Abbott merusak hubungan baik dengan Indonesia. “Saya sangat prihatin selama lima setengah bulan Tony Abbott berkuasa, dia membuat hubungan kita dengan Indonesia dari pahlawan menjadi nol,” katanya kepada reporter di Adelaide. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford