Assad Tegaskan Ingin Tetap Berkuasa
DAMASKUS – Presiden Suriah Bashar al- Assad menegaskan tetap ingin berkuasa karena memiliki kesempatan yang signifikan. Dia juga menolak usulan adanya perdana menteri dari kubu oposisi. Penegasan itu disampaikan Assad dalam wawancara eksklusif dengan kantor berita asal Prancis, Agence France-Presse (AFP), di Damaskus, Minggu (19/1).
Dalam wawancara yang digelar hanya beberapa hari sebelum perundingan damai Jenewa II, Presiden Suriah ini yakin kalau publik tetap menginginkannya, meskipun konflik berdarah di Suriah akan berlarut- larut. ”Saya melihat tidak ada alasan kenapa saya seharusnya tidak maju. Jika ada keinginan publik dan opini publik yang memfavoritkan pencalonan saya, saya tidak akan ragu-ragu untuk mencalonkan diri pada pemilu untuk kedua kalinya,” ujar Assad.
Singkatnya, Assad yakin bahwa kesempatannya untuk mencalonkan diri dalam pemilu sangat signifikan. Assad menjadi Presiden Suriah menggantikan ayahnya, Hafez, pada tahun 2000. Namun, sejak Maret 2011 kursi kepemimpinannya digoyang kubu pemberontak yang mengakibatkan lebih dari 130.000 jiwa meninggal sia-sia dan jutaan warga Suriah harus mengungsi. Desakan berbagai elemen dari dalam negeri dan dunia internasional tak dihiraukannya. Dia juga mengabaikan gerakan oposisi yang akan ikut dalam perundingan Jenewa II.
Oposisi ikut dalam konferensi perdamaian itu dengan tujuan utama menggulingkan pemerintahan Assad. Tapi, kepala negara berusia 48 tahun ini tetap mengabaikan oposisi. Dia juga menggambarkan kemungkinan penunjukan tokoh oposisi sebagai PM hanya sebagai ”lelucon yang menggelikan”. ”Mereka datang ke perbatasan hanya untuk kesempatan foto selama 30 menit, setelah itu mereka melarikan diri. Bagaimana mereka dapat menjadi menteri dalam pemerintahan,” sindir Assad.
Mengenai konflik berdarah akan tetap berlaru-larut, Assad menyampaikan bahwa pasukannya telah mencapai beberapa kemajuan. Tapi, tidak berarti kemenangan berada di tangannya, karena menurut Assad, pertempuran itu sangat sulit, rumit, dan membutuhkan waktu. ”Seharusnya Suriah tidak boleh kalah dalam pertempuran ini karena itu akan memicu kekisruhan di seluruh Timur Tengah,” tutur dia. Berbicara tentang konferensi perdamaian di Montreux dan Jenewa, Swiss, Assad memaparkan fokusnya adalah ”perang melawan terorisme”.
”Jika ada solusi politik yang dicapai tanpa adanya perang terhadap terorisme, itu berarti tidak memiliki nilai,” papar ayah tiga anak ini. Assad juga menuding Prancis mengambil keuntungan besar dan menjadi ”negara racun” bagi Qatar dan Arab Saudi. ”Bagaimana petrodolar dapat membuat para pejabat Barat, terutama Prancis, menjual prinsip dan menjual prinsipprinsip Revolusi Prancis untuk mendapatkan beberapa miliar dolar?” tanya Assad. Selama ini, Suriah menuding negara-negara Barat dan Arab telah mengekspor ”terorisme” ke Suriah.
Assad pun mengaku sulit untuk menjelaskan kepada anak-anaknya soal konflik berdarah yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun. Itu disebabkan banyak hal yang berubah. ”Saya pergi bekerja seperti biasa dan tinggal di rumah yang sama serta anak-anak pergi ke sekolah. Tapi, semuanya berubah,” tutur dia. Sementara, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) Ban Ki-moon telah mengundang Iran dalam konferensi perdamaian Jenewa II. Iran pun menerima undangan tersebut.
”Seperti yang dikatakan berulang kali bahwa Iran dibutuhkan untuk menjadi solusi mengatasi krisis Suriah,” ujar Ban kepada Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif. Ban memastikan, Teheran akan memainkan peranan yang positif dan konstruktif. Langkah mantan Menteri Luar Negeri Korea Selatan ini didukung sepenuhnya oleh Rusia yang menganggap keputusan itu sangat prinsipiil dan bertanggung jawab. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyatakan bahwa ketidakhadiran Iran dalam perundingan akan menjadi kesalahan yang tak dapat dimaafkan. andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/360400
Komentar