Abbott Tak Akan Meminta Maaf - Samakan Kebijakan Usir Manusia Perahu dengan Perang
SYDNEY – Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott kemarin menyamakan, kebijakannya untuk mengusir manusia perahu pencari suaka seperti perang. Pernyataan ini menunjukkan sikap Abbott yang tidak akan berubah dalam mengusir para pencari suaka yang datang dengan perahu-perahu rapuh di perbatasan laut dengan Indonesia.
Ucapan itu juga dilontarkan PM Australia ini di tengah ketegangan diplomatik dengan Indonesia terkait kebijakan manusia perahu. Sebelumnya, satu perahu yang mengangkut pencari suaka dilaporkan kembali ke perairan Indonesia. Media Australia juga menyebutkan lima perahu dipaksa putar balik saat hendak memasuki perairan Negeri Kanguru itu. Kebijakan keras itu bertujuan agar membuat para pencari suaka berpikir ulang saat hendak pergi ke Australia. “Kami berpacu dengan para penyelundup manusia,” ujar Abbott dikutip AFP.
Abbott menyandingkan manusia perahu sebagai musuh yang nyata bagi Sydney. “Dan jika kami sedang berperang, kami tidak akan memberikan informasi yang bisa digunakan oleh musuh,” papar dia. Abbott tidak akan merilis informasi yang akan digunakan oleh para pencari suaka. Manusia perahu itu dianggapnya sebagai kelompok yang tidak menguntungkan bagi Australia. “Kami tidak akan meminta maaf (atas tindakan dan kebijakan itu) karena faktanya kami bukan hotel bintang lima bahkan bintang tiga,” tutur Abbott.
Dia menambahkan, negaranya tetap melaksanakan kebijakan berperikemanusiaan dan yakin diri kalau pihaknya tidak bersalah. “Rakyat Australia mendapatkan rumah, pakaian, makanan dan mereka mendapatkan fasilitas medis. Kami akan tetap menjaga mereka karena itu kita melakukan hal ini (kebijakan berperikemanusiaan) untuk rakyat Australia,” beber Abbott. Politisi konservatif itu menegaskan, manusia perahu yang mayoritas merupakan migran ekonomi hanya ingin ke Negeri Kanguru.
“Banyak negara yang dapat dengan mudah memberikan suaka, tapi manusia perahu tidak memilih hal itu. Mereka justru tetap menginginkan Autralia,” papar dia. Kebijakan penanganan manusia perahu ala Abbott dikecam berbagai pihak di Australia. Kubu oposisi, Partai Buruh, menganggap gaya kepemimpinan Abbott seperti Stalin yang dikenal menggunakan tangan besi dalam melaksanakan kebijakannya. Selain itu, kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) mengkritik prosedur dalam menghadapi para pencari suaka.
Pemimpin Oposisi Australia Bill Shorten mengkritik klaim perang yang diungkapkan Abbott. Dia mengungkapkan, pemerintahan Abbott kini sudah mulai menyembunyikan kebenaran. “Mereka memilih merahasiakan sesuatu dari rakyatnya,” ujar dia, kepada Sydney Morning Herald. Kebijakan Abbott memang cenderung frontal dibandingkan dengan kebijakan Partai Buruh yang kalah pada pemilu tahun lalu.
Jumlah pencari suaka yang datang ke Australia dengan perahu sudah turun drastis sejak Abbott berkuasa. Abbott mempertahankan kebijakan pemerintahan Partai Buruh dengan mengirimkan semua pendatang ke Pulau Nauru dan Papua Nugini. Kritikan tajam terhadap Abbott muncul sejak adanya laporan yang mengungkapkan Angkatan Laut Australia menyiksa para pencari suaka. andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/357801
Komentar