Kudeta Rakyat Diluncurkan, 4 Orang Tewas
BANGKOK – Ribuan demonstran anti-pemerintah kemarin melancarkan “kudeta rakyat” terhadap kantor Perdana Menteri (PM) Thailand Yingluck Shinawatra. Sebanyak empat orang dilaporkan tewas dalam bentrok antara pendukung anti-pemerintah dan pendukung Yingluck.
Aksi kudeta rakyat yang dilakukan kubu anti-pemerintah itu memaksa PM Yingluck dievakuasi keluar dari kantornya menuju sebuah lokasi yang dirahasiakan. Polisi didukung militer langsung meredam ribuan massa yang mengepung Rumah Pemerintah atau kantor PM Yingluck. Gas air mata dan mobil penyiram air digunakan polisi untuk menghalau demonstrasi.
Demonstran anti-pemerintah berhasil mengakuisisi 10 kantor pemerintah, enam stasiun televisi dan markas utama polisi. Para demonstran menganggap kemarin sebagai “V-Day” atau hari kemenangan untuk menggulingkan Yingluck. Mereka menyebut itu sebagai “kudeta rakyat” pada hari ke delapan aksi demonstrasi itu.
Pemimpin gerakan anti-pemerintah, Suthep Thaugsuban, menyerukan mogok massal mulai Senin (hari ini). “Semua pegawai pemerintah tidak perlu bekerja pada Senin (hari ini),” seru Suthep dikutip The Nation. Dia meminta seluruh rakyat Thailand untuk bergabung dengan gerakan anti-pemerintah dan menegakkan demokrasi.
Sementara itu, AFP melaporkan kalau Pusat Darurat Erawan di Bangkok menyebutkan empat orang tewas dan 57 orang lainnya terluka dalam kerusuhan antara pendukung Kaus Merah atau kelompok pendukung pemerintah dengan Kaus Kuning atau gerakan anti-pemerintah pada Sabtu malam (30/11) lalu. Satu korban tewas dalam bentrokan itu adalah seorang tentara yang ditembak di Rumah Sakit Raja Mongkut dan dua orang lainnya adalah pendukung Kaus Merah. Korban tewas itu merupakan pertama kali terjadi sejak aksi unjuk rasa damai itu.
Kekacauan yang memakan korban jiwa itu terjadi di stadion di pinggiran Bangkok yang menjadi lokasi 70 ribu pendukung pemerintah. Kekerasan terjadi setelah segerombolan kelompok anti-pemerintah menyerang rombongan Kaus Merah yang ingin bergabung dalam unjuk rasa di distrik Ramkhamhaeng.
Demonstrasi semakin meluas pada Sabtu malam (30/11) lalu itu berlangsung hingga kemarin dan terjadi hampir di sebagian besar Bangkok. Pengunjuk rasa anti-pemerintah itu juga berdemonstrasi di pusat perbelanjaan. Aksi itu semakin seluas ketika para pemimpin oposisi menyerukan rakyat untuk turun ke jalanan untuk mencapai puncak perjuangan sebelum ulang tahun Raja Thailand Bhumibol Adulyadej pada 5 Desember mendatang. Situasi pada hari ulang tahun raja harus tenang dan tidak ada kekisruhan. Ada kesan kalau oposisi harus menumbangkan Yingluck sebelum tanggal 5 Desember.
Polisi mengungkapkan sekitar 30.000 demonstran anti-pemerintah berunjuk rasa di delapan titik. Di tiga lokasi, polisi terpaksa menggunakan gas air mata karena massa melakukan tindakan brutal. “Penggunaan gas air mata itu bagian dari prosedur kita,” kata Juru Bicara Polisi Nasional, Piya Utayo, dikutip Reuters.
Sementara Yingluck kemarin belum tampil ke publik saat terjadi kekisruhan tersebut. Isu yang beredar mengabarkan kalau dia kabur ke luar negeri. Pemerintah kemarin langsung membantah rumor kalau dia melarikan diri ke luar negeri. Isu kudeta pun semakin menguat. Sebanyak 18 kudeta dan upaya kudeta pernah terjadi di Thailand sejak 1932. Kudeta terbaru adalah penggulingkan pemerintahan Thaksin Shinawatra, kakak kandung PM Yingluck.
Aksi demonstrasi itu pecah setelah adanya Rencana Undang-Undang Amnesti yang diajukan PM Yingluck agar memberikan kesempatan bagi mantan PM Thaksin Shinawatra untuk kembali ke Thailand. Upaya itu langsung dipatahkan oleh Mahkamah Konstitusi Thailand karena bertentangan dengan konstitusi. Oposisi masih menyebut pemerintahan Yingluck sebagai boneka yang dikendalikan oleh Thaksin.
Militer Serukan Dialog
Panglima Militer Thailand, Jenderal Prayut Chan-O-Cha, kemarin menyerukan agar PM Yingluck dan pemimpin gerakan anti-pemerintah Suthep Thaugsuban untuk menggelar perundingan. Seperti diteaskan oleh Deputi Juru Bicara Militer, Kolonel Winthai Suwaree, panglima militer terus memonitor aksi unjuk rasa. “Dia menginginkan PM dan Suthep untuk bernegoisasi dan semua pihak harus menunjukkan dukungan kepada mereka untuk berunding,” kata Winthai dikutip Bangkok Post.
Sementara sinyal perpecahan di antara aparat keamanan juga telah muncul. Prayut kemarin meminta polisi untuk menghentikan penembakan gas air mata. “Saya sudah menghubungi kepala polisi nasional dan meminta polisi menghentikan tembakan gas air mata,” kata Prayut. Dia menegaskan baik polisi dan demonstran harus menghentikan kekerasan.
Sebanyak 2.700 tentara telah diterjunkan untuk membantu polisi memulihkan kondisi keamanan. Penerjunan militer pertama kali untuk menangani kerusuhan setelah polisi meminta bantuan. Tetapi militer mau menerjunkan pasukannya tanpa membawa senjata dan ditempatkan di belakang barikade polisi. Ada kesan kalau militer enggan bersentuhan langsung demonstran. (andika hendra m)
Komentar