Jelang Ultah Raja Bhumibol, Demonstran Bubar
BANGKOK – Para demonstran anti-pemerintah kemarin mengakhiri unjuk rasa di kantor pusat polisi nasional dan beberapa kementerian. Namun para pemimpin gerakan anti-pemerintah masih menegaskan perjuangan mereka yang telah memakan korban sebanyak lima orang tewas.
Suasana di Bangkok kemarin relatif tenang setelah aparat keamanan memutuskan mundur untuk mencegah terjadinya kekerasan. Atmosfir itu seperti tradisi Kerajaan Thailand di mana perayaan ulang tahun Raja Thailand Bhumibol Adulyadej harus berlangsung damai. Penghentian aksi demonstrasi hanya sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Bhumibol 86 tahun yang berlangsung pada Kamis (hari ini).
Para demonstran dan pasukan keamanan kemarin bekerjasama membersihkan kawasan di sekitar Monumen Demokrasi. Di lokasi tersebut merupakan tempat berkemah bagi puluhan ribu pendukung oposisi selama lebih dari satu bulan. Di Monumen Demokrasi itu juga menjadi pusat perayaan ulang tahun Raja Bhumibol. Selain itu, sampah dan bebatuan di kantor PM Yingluck Shinawatra dan beberapa kementerian juga dibersihkan oleh para penentang pemerintah.
“Kita membantu untuk membersihkan Monumen Demokrasi untuk mempersiapkan ulang tahun Raja Thailand,” kata Palita Nutchoei, 37, salah seorang demonstran. Dia juga menegaskan kalau para pengunjuk rasa tetap akan berdemonstrasi setelah perayaan ulang tahun Raja Bhumibol. “Kita belum mencapai kemenangan saat ini,” imbuhnya.
Raja Bhumibol merupakan raja yang paling lama berkuasa di dunia. Dalam tradisi Kerajaan Thailand, kekerasan yang terjadi pada ulang tahun Raja Bhumibol dianggap sebagai tindakan yang menghargai. Raja Bhumibol dalam beberapa tahun ini dalam kondisiyang tidak sehat. Pada Agustus lalu saja dia baru saja meninggalkan rumah sakit di Bangkok. Kini dia lebih banyak beristirahat di kota pesisir Hua Hin bersama Ratu Sirikit.
Meski adanya perdamaian sementara itu, para pemimpin oposisi tetap bersikeras kalau mereka akan melanjutkan aksi kembali setelah perayaan ulang tahun Raja Thailand. “Demonstrasi akan dimulai lagi setelah itu,” kata pemimpin gerakan anti-pemerintah Suthep Thaugsuban dikutip Reuters. “Kita akan mulai perjuangan pada 6 Desember (Jumat). Kita akan berjuang setiap hari hingga kita mendapatkan kemenangan.”
Suthep menegaskan mereka masih berhasrat untuk menggulingkan Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra. Dia mengungkapkan kemenangan bagi kubu oposisi adalah ketika Thailand telah bersih dari sisa-sisa rezim mantan PM Thaksin Shinawatra, kakak kandung PM Yingluck. Selama ini, kubu anti-pemerintah sering kali menuding PM Yingluck merupakan “boneka” dari kakaknya yang hidup di pengasingan.
Menyikapi perdamaian sementara yang dilakukan kubu oposisi, Menteri Luar Negeri Thailand Surapong Tovichakchaikul, kemarin, meminta Suthep untuk menyerahkan diri. “Kita tidak lagi melakukan perundingan dengan Suthep hingga dia menyerahkan diri ke polisi,” kata Surapong kepada reporter. Dia menegaskan saat ini merupakan waktu yang tepat bagi Suthep untuk menyerahkan diri karena dia telah melanggar hukum.
Sementara itu, militer Thailand kemarin telah berkonsolidasi sebagai penegasan tidak ada kudeta. Semua pihak khawatir kalau militer akan intervensi dalam kekisruhan politik karena Negeri Gajah Putih itu pernah mengalami 18 kali kudeta dalam kurun waktu 80 tahun. “Semua orang sepakat bahwa militer tidak akan ikut arus dalam situasi politik,” kata Kepala Angkatan Laut Thailand, Laksamana Narong Pipathanasai. “Semuanya akan kembali normal.” (andika hendra m)
Komentar