Jelang Ulang Raja, Polisi Hentikan Perlawanan

BANGKOK – Polisi Bangkok kemarin membuka barikade dan memperlonggar keamanan di kantor pusat pemerintahan Thailand. Upaya itu dilakukan untuk menurunkan ekskalasi ketegangan menjelang Hari Ulang Tahun Raja Thailand Bhumibol Adulyadej ke 86 pada Kamis (5/12) mendatang. Langkah polisi itu terjadi setelah beberapa hari ketegangan di kantor Perdana Menteri (PM) Yingluck Shinawatra antara aparat keamanan dan para demonstran anti-pemerintah. Upaya polisi sebagai bentuk penghormatan mereka karena perayaan ulang tahun raja Thailand dengan tenang dan damai. Situasi kemarin seperti perdamaian antara polisi dan para demonstran. Itu dianggap seperti kemenangan bagi kubu anti-pemerintah. Para pengunjuk rasa berteriak “Hidup Raja” dan “Panjang Umur Raja”. Mereka mengibarkan bendera Thailand dan menaburkan bunga sebagai simbol kemenangan. Polisi dan para pengunjuk rasa kemarin juga berpelukan dan melempar senyum satu sama lain. “Sudah ada pemahaman yang saling menguntungkan bahwa semua pihak harus tenang dan pada hari yang menguntungkan ini,” kata Kepala Dewan Keamanan Nasional Paradorn Pattanatabut kepada AFP. “Ini merupakan sinyal positif dan perundingan dapat digelar setelah ulang tahun raja. Itu membutuhkan waktu untuk menyelesaikan waktu dengan negoisasi,” katanya. Pembongkaran barikade juga terjadi hampir semua kantor kementerian dan markas utama polisi serta militer. Kepala Polisi Metropolitan Bangkok, Letnan Jenderal Kamronwit Thoopkrajang, mengungkapkan tidak ada penggunaan gas air mata lagi. “Kita semua warga Thailand. Jika kita bertahan, tidak ada korban luka lagi,” tegas Kamronwit. Para demonstran anti-pemerintah itu menuntut pembubaran pemerintahan PM Yingluck Shinawatra dan menggantikannya dengan “dewan rakyat”. Mereka menganggap Yingluck hanya “boneka” dari kakaknya mantan PM Thaksin Shinawatra. Kubu oposisi juga tidak percaya lagi dengan pemilu karena para pendukung Thaksin masih kuat dengan basis di pedesaan dan kelas pekerja. Berbeda dengan kubu anti-pemerintah yang didukung militer serta istana. Meskipun situasi relatif tenang, pemimpin demonstran anti-pemerintah, Suthep Thaugsuban, mengungkapkan perlawanan untuk menggulingkan pemerintah belum selesai. “Ini merupakan kemenangan sementara, tetapi ini bukan akhir karena rezim Thaksin masih berkuasa. Kamu tidak dapat pergi ke rumah sekarang. Kita akan melanjutkan perjuangan kita,” kata Suthep. Banyak para demonstran yang mengakui terkejut dengan langkah polisi untuk membuka barikade setelah beberapa hari berjibaku dengan para pengunjuk rasa. “Saya tidak yakin tapi saya pikir kita telah menang sekarang,” kata Thanapatr Wiriyongatham, mahasiswa berusia 24 tahun. Dia mengungkapkan mereka berhenti karena ulang tahun raja. “Jika Yingluck masih di sini (kantor PM), kita akan bertarung lagi.” Kerusuhan politik di Thailand itu sempat memicu korban jiwa pada Sabtu malam (30/11) saat empat orang dilaporkan tewas. Tragedi itu terjadi karena bentrokan antara pendukung Yingluck dengan demonstran anti-pemerintah. Aksi kembali memanas pada Senin lalu (2/12) lalu saat polisi sempat menggunakan peluru karet, gas air mata dan penyiram air untuk membubarkan para demonstran yang semakin beringas. Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok telah menghimbau kepada seluruh warga negara Indonesia (WNI) di Thailand untuk menghindari hal-hal yang dapat merugikan dengan menghindari tempat-tempat berlangsungnya demonstrasi. “WNI senantiasa lebih waspada terhadap situasi dan kondisi di sekitar tempat tinggal dan tetap berada di rumah,” demikian keterangan KBRI Bangkok. Di mana PM Yingluck saat ini? PM Yingluck kemarin dikabarkan terbang ke kawasan resort di Hua Hin untuk menghadiri latihan upacara perayaan ulang tahun Raja Thailand. Sebelumnya dia menolak untuk memenuhi keinginan para demonstran karena dianggap inkonstitusional. Adik kandung Thaksin itu juga bersikeras kalau pemerintah tetap terbuka terhadap setiap opsi untuk memulihkan keamanan. Pemerintahan PM Yingluck juga masih berjalan normal. Menurut Deputi PM Pongthep Thepkanchana, pemerintah masih melakukan pekerjaannya. “Pagi ini(kemarin pagi), kita menggelar rapat kabinet seperti biasa,” kata Pongthep kepada Reuters. Dia menegaskan kalau pemerintah belum menyerah. “Mengenai penyerahan kantor PM, itu karena itu yang diinginkan demonstran sebagai aksi simbolik, sehingga kita ingin berkompromi,” imbuhnya. Insiden kerusuhan politik itu merupakan tragedi paling buruk sejak kerusuhan mematikan terhadap demonstran pro-Thaksin pada 2010. Demonstrasi politik menjadi hal biasa dalam perpolitikan Thailand. Selain itu, kudeta juga bukan hal asing di Negeri Gajah Putih itu. Sebanyak 18 kudeta dan upaya kudeta terjadi sejak 1932. Kudeta terakhir adalah saat penggulingkan Thaksin oleh militer. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford