Topan Haiyan Terjang Filipina, 10.000 Tewas
MANILA – Jumlah korban tewas akibat Topan Haiyan yang menerjang Filipina diperkirakan menewaskan lebih dari 10.000 orang.
Topan Haiyan yang melanda pada Jumat (8/11) lalu hingga kemarin itu, menjadi bencana alam paling buruk melanda wilayah selatan perairan kepulauan Filipina. Haiyan yang berkecepatan 315 kilometer per jam itu menghancurkan enam pulau di timur dan tengah negara itu. Salah satu pulau paling parah adalah Pulau Leyte. ”Kita telah menggelar pertemuan pada kemarin malam (Sabtu malam) dengan gubernur. Berdasarkan estimasi pemerintah, jumlah korban tewas mencapai 10.000 jiwa,” kata Kepala Kepolisian di Tacloban, Pulau Leyte, dikutip AFP.
Prediksi korban tewas itu hanya untuk satu provinsi di Pulau Leyte. ”Sekitar 70 hingga 80% rumah dan bangunan hancur akibat topan.” Tacloban, kota utama di Pulau Leyte, sudah rata dengan tanah. ”Tacloban hancur lebur. Ada warga yang kehilangan akal sehat karena kelaparan dan kehilangan keluarganya,” kata seorang guru sekolah setempat, Andrew Pomeda, 36. ”Warga juga terpaksa melakukan aksi kekerasan. Menjarah toko-toko, mal, cuma untuk mencari makanan, beras dan susu,” tambahnya. Hal senada diungkapkan Jenny Chu, mahasiswa program kesehatan di Leyte.
Para korban selamat menurutnya harus berebut bahan makanan atau mencari anggota keluarga yang hilang. ”Orang berjalan seperti zombi yang mencari makanan. Itu seperti adegan di film,” ujar Chu. Untuk menangani situasi di Pulau Leyte, polisi telah mengirimkan pasukan khusus untuk menangani insiden kerusuhan tersebut. Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat Filipina, juga berjanji akan mengirimkan bantuan. Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan lebih dari 330.900 orang telah dievakuasi, dan 4,3 juta warga di 36 provinsi terkena dampak langsung akibat topan tersebut.
PBB pun menyerukan banyak negara untuk mengirimkan bantuan bagi korban bencana di Filipina. Presiden Filipina Benigno Aquino kemarin berkunjung langsung ke Kota Tacloban. Aquino mengakui jumlah korban akan terus membengkak jauh lebih banyak dari angka resmi. ”Prioritas utama pemerintahannya saat ini adalah mengembalikan aliran listrik serta jalur komunikasi di daerah yang terisolir agar bantuan makanan dan obat dapat dibawa ke lokasi para korban berada,” kata Aquino dikutip BBC.
Menteri Dalam Negeri Filipina Manuel Roxas menjelaskan, kerusakan akibat Haiyan memang sangat parah seperti pulau yang diterjang tsunami. ”Saya tak tahu bagaimana harus menggambarkan apa yang saya lihat. Sungguh mengerikan,” ketika ditanya komentarnya setelah melihat Pulau Leyte saat terbang menggunakan helikopter. Menurut para saksi mata, Haiyan menimbulkan gelombang laut hingga lima meter. Angin kencang akibat topan itu juga merobohkan banyak pohon dan bangunan.
Jika memang korban jiwa lebih dari 10.000 itu benar adanya, Haiyan akan menjadi bencana alam paling dahsyat di Filipina. Sebelumnya, bencana yang paling buruk adalah tsunami yang dipicu oleh gempa 7,9 Skala Richter yang mengguncang Pulau Mindanao dan menewaskan sekitar 5.000 hingga 8.000 orang.
China dan Vietnam Siaga
Setelah menerjang Filipina, Haiyan mengarah ke Laut Cina Selatan, dengan angin berkecepatan 235 kilometer per jam. Para penduduk Hanoi sudah mulai tinggal di penampungan karena hujan deras dan banjir yang melanda kota tersebut.
”Kita sudah mengevakuasi lebih dari 174.000 rumah tangga atau setara 600.000 orang,” demikian laporan otoritas penanganan bencana Vietnam. Pusat Peringatan Topan yang dikelolaAngkatanLautAS memprediksiHaiyanakanmenyebabkan tanah longsor di Vietnam sebelum melintasi perbatasan menuju China. Haiyan diperkirakan akan menghantam Vietnam hari ini. Pemerintah Vietnam telah mengimbau warganya untuk membawa makanan yang cukup untuk tiga hari.
Bukan hanya Vietnam, China juga siaga satu dalam menghadapi Haiyan setelah adanya laporan enam anak buah kapal (ABK) kapal kargo dilaporkan hilang. Apalagi, Lembaga Meteorologi China (CMA) mengeluarkan sinyal merah atau peringatan tertinggi dalam bahaya topan. CMA juga memprediksi Haiyan pertama kali menghantam wilayah Guangxi di China selatan.
Di Kota Sanya, Provinsi Hainan, lebih dari 13.000 orang dievakuasi dan sedikitnya 400 kapal diminta kembali ke pelabuhan. Lebih dari 200 penerbangan dibatalkan dan ditunda. andika hendra
http://koran-sindo.com/node/343518
Komentar